25 Jul 2013

QUICKNOTE #19 JUNI




Saya sedang belajar untuk tidak peduli.

Ingin berjeda cukup lama dan jauh. Kembali ke Batam, Ke Natuna, Ke Makasar, Ke Pulau Belakang Padang, Ke Kateman Riau Daratan, Ke Bintan, Ke Anambas, Ke Pulau Penyengat, Ke Pulau Burung, Ke Makasar, Ke Ambon, Ke Lombol, Ke Pulau Komodo, Ke Bali hhhmmm ... Kemana lagi? Ke Singapura, Ke Johor Baru Malaysia, ke Thailand, Ke Baduy ke...ke ...ke .... Australia, Ke Belanda dan ke mana saja.

Saya suka menggantung kaki dan meletakkan teh hangat tawar di melihat ke atas langit.

Saya sedang memikirkan diri saya sendiri, ketika saya terlalu sering memikirkan orang lain. Saya ingin bertanya pada diri sendiri, "Hai Raa apakabar mu". Dan saya menjawabnya sendiri, "Saya harus baik-baik saja". Saya sedang belajar mengasihani diri sendiri.

Terlalu sering mengorbankan diri sendiri. Konyol menjadi lilin.
Memikirkan orang lain yang belum tentu memikirkan saya.

Merindukan kamu yang saya tidak tahu apakah kamu juga merindukan saya.

Neptunus .... Sampaikan salam ke agen Bintang Utara. Bagaimana kabar dia? Apakah Tuhan menjaganya? Tahukah kalau saya sangat membutuhkannya?

"Jangan pergi iRaa"

Saya memilih diam di sini. Mencoba untuk hidup dengan catatan baru.

"Saya akan menjaga kamu"

Saya coret coret surat saya pada kamu. Tidak beraturan. Seperti penderita autis yang semakin kehilangan mimpi.

Dan akhirnya saya harus terus berjalan walaupun tertatih sendiri. Semuanya berdarah-darah.

Saya sudah terlalu menggantungkan mimpi saya ke kamu. Bermanja-manja. Inilah itulah. Lupa bahwa kamu Raa.... Matahari.

Baiklah saatnya memikirkan dirimu sendiri Raa. Memikirkan masa depan kamu sendiri. Simpan semua rahasiamu dalam sebuah kotak pendora. Buang ke samudra.

Surat pada Neptunus saya tulis malam ini. Saat saya menggantungkan kaki. Teh hangat saya tinggal seperempat. Saya membacanya sebentar sebelum membentuknya menjadi perahu kertas dan melayarkannya di sebuah kali kecil saat saya pulang nanti. Tulisan sederhana yang membuat saya menghela nafas berat. Membacanya sekali lagi.

"Neptunus, katakan pada Bintang utara saya merindukannya dan membutuhkan dia. Tidak pernah ada lagi keberanian mengatakannya. Karena saya tahu diri. Neptunus jaga dia untuk saya"

Berhenti berdongeng Raa!!!! Hidup kamu realita!!

Saya meremas kertas itu menyobek-nyobeknya menjadi serpihan kecil. Mengusap air mata di tegukan terakhir teh hangat yang dingin. Meninggalkan uang 5000, dan mbak penjual yang hanya diam saja melihat tingkah saya.

Beban saya berat Tuhan.....

1 komentar:

Yanuar Catur mengatakan...

Maap mbak, saya bingung mau komen gmn?