27 Jun 2012

MALANG 11 JUNI : SAYA MELAWAN KETAKUTAN SAYA

7.23 WIB

Seharusnya sepagi ini saya berada di ruang siar saya bersama criminal partner saya Jun Batam Juge dan menghabiskan sepiring lontong sayur atau nasi lemak yang dibeli  di depan studio. Atau sibuk membuat laporan untuk meeting setiap hari senini. Hei… ini kan hari senin? Saya tersenyum melanjutkan catatan saya ini.

Semalam dari Porong Sidoarjo jalur atreri satu berangkat setelah magrib. Bahagia rasanya bisa menghadiri pernikahan dua sahabat saya, walaupun akhirna saya banyak menghabiskan waktu di dalam kamar untuk membaca. Maklumlah saya merasa tau diri saat tamu dan keluarga nya melihat saya dengan aneh. Tidak pernah ketemu, tidak pernah datang sebelumnya tiba-tiba saja menginap jauh dari batam dan menggunakan celana jeans dan kaos. Mungkin mereka tidak ahu atau tidak “ngeh” saat saya berdandan cantik menggunakan baju melayu orange saya pas Ijab Kabul.  Biarlah…. Saya sudah mulai tidak peduli dengan pandangan aneh kepada saya.

“Berangkat jam piro nang Malang?. Mudhun ngarep arjosari tempat penitipan sepeda yo. Kabari nek wes budhal”

“Nang kene udan Ndollll”

Sahabat lama di Pramuka. Namanya Taufik. Sekarang dia di Malang, istrinya orang Kediri.

“Tak enteni sak tekan mu Ra….”


“Siap”

Saya memaksakan diri untuk pulang  dari pesta pernikahan teman saya walaupun harus lewat rumah belakang. Tersenyum dan mengatakan “Selamat bahagia Yans”.

“Kon gak katene ketemu neh ta ambe aku Raa”

“Selama saya masih bisa melakukan perjalanan saya akan tetap singgah di kota kamu”

Hujaan…….. saya tetap memaksa untuk pulang dan mengingat-ingat pesan kerabat Yans di mana harus menunggu bus jurusan Malang. Sepatu saya terendam banjir… Fuich… kenapa saya tidak memilih menggunakan sepatu gunung saya?  baju saya mulai basah kuyup. Jaket sudah saya selamatkan di dalam tas. Paling tidak jika benar-benar basah saya masih bisa menutup nya dengan jaket saat dalam bus. Dan itu terbukti. Perut saya lapar…. Kapan terakhir saya makan? Saya mengingatnya? Jam 10 pagi… sedangkan ini sudah jam 6 malam lewat 15 menit.

Ingat pesan mu, “Jangan lupa makan Nda….” Saya meringis…….

Bus menuju Malang. Full…. Dan saya tidak mendapatkan tempat duduk. Berdiri tepat di depan pintu belakang. Untung ada mas-mas baik hati yang siap mengoper tas saya di belakang. Dan bapak-bapak yang mempersilahkan saya untuk menggantikan posisi duduknya. Terimakasih……..mas dan bapak.

Hanya 7000. Saya menikmati perjalanan panjang lebih dari 1 jam. Berjubel. Saya lupa kapan terakhir saya naik bus seperti ini ya? Jaman SMA mungkin? Sejak saya merasa di zona nyaman saya selalu banyak menuntut. Ini lah itulah… seribu alasan yang saya gunakan jika di suuh naik bus. Mabuk lah…. Sempit, gerah, panas… dll. Dan sekarang saya benar-benar menikmatinya.

Di depan terminar Arjosari. Saya berteriak-teriak bertemu sahabat lama saya. Sudah belasan tahun tidak bertemu.

“Mau kemana Raa…..”

“Makan… aku laper tingkat dewa”.

Sebuah hal yang luar biasa saat saya juga berdamai dengan rasa lapar. Biasanya jika lapar sedikit saya protes tidak karuan.

“Tambah nasi lagi Raa”

Saya menggeleng…. Makasih…. Sudah cukup”. Saya menyuapkan nasi belut terakhir di mulut saya. Mantab…..

“Malam ini kamu mau tidur dimana Raa”

Saya mengangkat bahu…..” hotel…..mess… masjid dimana saja yang penting aku bisa tidur sama numpang charger”

“Di mess kantorku mau….Tapi seadanya”

“Nanti setelah dari taman budaya”

Rumah kuno. Bangunan tua lebih tepatnya.

“Apa… di sini. Serius? Aku bisa di makan hantu disini”

“Kalo nggak mau yang nanti aku carikan hotel”

Berpikir cepat. Mending tidur disini. La wong cuma tidur. Tidak perlu mengeluarkan dana lebih dan juga bisa sekalian uji nyali.

“Sendirian….”, suara saya lirih

Sahabat saya mengangguk… …..”Dikamar ya sendirian. Tapi di sini ada 3 orang kok. Kalo ada apa-apa kamu tinggal 
ketok aja kamar mereka. Aku sudah kasih tau kamu akan tinggal di sini malam ini”

Rumah besar dan bersekat-sekat gini hanya ada 4 makhluk dan salah satu nya saya.

Kamarnya besar dan saya yakin sudah kosong berhari-hari, mungkin berminggu-minggu. Ada kasur busa tipis di lantai di tutup kain seadanya dan bantal serta selimut. Sepertinya sudah di persiapkan untuk saya termasuk anti nyamuk elektrik yang sudah di pasang.

“Ntar kalo aku dimakan hantu gimana? Terus hantu Merry datang membelah jantung ku dan aku mati”

Sahabat saya tertawa ngakak….., “Nikmati sajalah….. Mau kan tidur sini?”. Dia berusaha meyakinkan saya sekali lagi

Saya memonyongkan bibir, “tapi tunggu di luar sampai saya lepas dari kamar mandi dan sholat Isya”

Akhirnya dengan gerakan perlahan saya merebahkan tubuh saya.  Dan saya mulai ketakutan. Saya hanya membayangkan saja tiba-tiba ada pocong yang berdiri di sudut kamar. Atau suster ngesot yang ketuk-ketuk pintu. Atau kuntilanak yang terbang di langit-langit kamar atau tuyul yang membuka jendela kamar yang tidak terkunci. Atau lemari di pojokkan terbuka dan ada hantu Merry membawa pisau untuk membelah dada saya.

Benar kata Bang Burhan. Saya mempunyai daya khayal yang luar biasa. Sepiii…… bahkan suara tetes air menggema. Saya melawan ketakutan saya……  mengenakan jaket menutupi kepala dan saya memutar music dari hp saya dengan volume maksimal. Masa bodoh dengan mereka yang ada di sekitar saya. Dan akhirnya saya bisa terlelap dan terbangun tepat adzan shubuh.

Horeee….. alhasil saya berani melawan ketakutan saya. “Hati-hati dengan kekuatan pikiran kamu Raa”. Bukan hanya satu atau dua orang yang berpesan seperti itu kepada saya.  Dan akhirnya saya mulai bisa mengatur kekuatan pikiran saya. Sederhana sih… tapi ini adalah sebuah prestasi yang luar biasa untuk saya yang selalu meledak-ledak tanpa bisa menkontrol emosi saya.

Sebuah perjalanan yang luar biasa.

Dan hari ini…… saya berencana untuk keliling sendirian di wilayah Malang kota. Setelah sepagian tadi me resume tulisan saya. Museum, perpustakaan, dan tempat buku-buku bekas. Nanti selepas siang sahabat saya barus bisa mengantar saya ke batu dan beberapa candi di kota Malang. Dia saya wajibkan untuk bolos kerja atau paling tidak kerja setengah hari. Dan demi saya dia mau. “Kapan lagi iso nglayap ambe awakmu Raa”. Sahabat yang bagossss…………

Oh ya… saya juga ada rencana untuk mencari kerabat saya, kalau dia masih menganggap saya cucu jauh.

“Nekat kon Raa…. Nek di usir gimana”, Kata sepupu saya.

“Kalo diusir yo mbalek… kok repot. Wong niate nyambung silaturahmi. Kalo memang tetua-tetua kita dulu bermasalah, itu urusan mereka. Nggak ada salahnya kan aku mengawali islah”

“Wong gendeng…. Nekat……”

“Duduk ira nek nggak gendeng lan nekat”

8.12

Saya sudah mandi. Airnya dingin… sepertinya saya harus segera ganti baju yang sudah saya gunakan sejak sabtu kemarin. Hiksss…. Maaf sayang. Kamu apsti akan geleng-geleng dengan tingkah saya ini.

“Jangan lupa sholat istirahat dan makan”. Saya memonyongkan bibir  saya.  Anggap saja catatan ini laporan tertulis untuk kamu walaupun kamu tidak membalas pesan saya.

Oh tidak… ada tanda lebam di betis kiri saya. Dan tandanya saya sudah mengalami kelelahan yang luar biasa. ……..
Saya ingin menikmati pagi di Pasar Singosari.

Malang, 11 Juni 2012.
 
 

Tidak ada komentar: