7.23 WIB
Seharusnya sepagi ini saya berada di ruang
siar saya bersama criminal partner saya Jun Batam Juge dan menghabiskan
sepiring lontong sayur atau nasi lemak yang dibeli di depan studio.
Atau sibuk membuat laporan untuk meeting setiap hari senini. Hei… ini
kan hari senin? Saya tersenyum melanjutkan catatan saya ini.
Semalam
dari Porong Sidoarjo jalur atreri satu berangkat setelah magrib.
Bahagia rasanya bisa menghadiri pernikahan dua sahabat saya, walaupun
akhirna saya banyak menghabiskan waktu di dalam kamar untuk membaca.
Maklumlah saya merasa tau diri saat tamu dan keluarga nya melihat saya
dengan aneh. Tidak pernah ketemu, tidak pernah datang sebelumnya
tiba-tiba saja menginap jauh dari batam dan menggunakan celana jeans dan
kaos. Mungkin mereka tidak ahu atau tidak “ngeh” saat saya berdandan
cantik menggunakan baju melayu orange saya pas Ijab Kabul. Biarlah….
Saya sudah mulai tidak peduli dengan pandangan aneh kepada saya.
“Berangkat jam piro nang Malang?. Mudhun ngarep arjosari tempat penitipan sepeda yo. Kabari nek wes budhal”
“Nang kene udan Ndollll”
Sahabat lama di Pramuka. Namanya Taufik. Sekarang dia di Malang, istrinya orang Kediri.
“Tak enteni sak tekan mu Ra….”
“Siap”
Saya
memaksakan diri untuk pulang dari pesta pernikahan teman saya walaupun
harus lewat rumah belakang. Tersenyum dan mengatakan “Selamat bahagia
Yans”.
“Kon gak katene ketemu neh ta ambe aku Raa”
“Selama saya masih bisa melakukan perjalanan saya akan tetap singgah di kota kamu”
Hujaan……..
saya tetap memaksa untuk pulang dan mengingat-ingat pesan kerabat Yans
di mana harus menunggu bus jurusan Malang. Sepatu saya terendam banjir…
Fuich… kenapa saya tidak memilih menggunakan sepatu gunung saya? baju
saya mulai basah kuyup. Jaket sudah saya selamatkan di dalam tas. Paling
tidak jika benar-benar basah saya masih bisa menutup nya dengan jaket
saat dalam bus. Dan itu terbukti. Perut saya lapar…. Kapan terakhir saya
makan? Saya mengingatnya? Jam 10 pagi… sedangkan ini sudah jam 6 malam
lewat 15 menit.
Ingat pesan mu, “Jangan lupa makan Nda….” Saya meringis…….
Bus
menuju Malang. Full…. Dan saya tidak mendapatkan tempat duduk. Berdiri
tepat di depan pintu belakang. Untung ada mas-mas baik hati yang siap
mengoper tas saya di belakang. Dan bapak-bapak yang mempersilahkan saya
untuk menggantikan posisi duduknya. Terimakasih……..mas dan bapak.
Hanya
7000. Saya menikmati perjalanan panjang lebih dari 1 jam. Berjubel.
Saya lupa kapan terakhir saya naik bus seperti ini ya? Jaman SMA
mungkin? Sejak saya merasa di zona nyaman saya selalu banyak menuntut.
Ini lah itulah… seribu alasan yang saya gunakan jika di suuh naik bus.
Mabuk lah…. Sempit, gerah, panas… dll. Dan sekarang saya benar-benar
menikmatinya.
Di depan terminar Arjosari. Saya berteriak-teriak bertemu sahabat lama saya. Sudah belasan tahun tidak bertemu.
“Mau kemana Raa…..”
“Makan… aku laper tingkat dewa”.
Sebuah hal yang luar biasa saat saya juga berdamai dengan rasa lapar. Biasanya jika lapar sedikit saya protes tidak karuan.
“Tambah nasi lagi Raa”
Saya menggeleng…. Makasih…. Sudah cukup”. Saya menyuapkan nasi belut terakhir di mulut saya. Mantab…..
“Malam ini kamu mau tidur dimana Raa”
Saya mengangkat bahu…..” hotel…..mess… masjid dimana saja yang penting aku bisa tidur sama numpang charger”
“Di mess kantorku mau….Tapi seadanya”
“Nanti setelah dari taman budaya”
Rumah kuno. Bangunan tua lebih tepatnya.
“Apa… di sini. Serius? Aku bisa di makan hantu disini”
“Kalo nggak mau yang nanti aku carikan hotel”
Berpikir cepat. Mending tidur disini. La wong cuma tidur. Tidak perlu mengeluarkan dana lebih dan juga bisa sekalian uji nyali.
“Sendirian….”, suara saya lirih
Sahabat saya mengangguk… …..”Dikamar ya sendirian. Tapi di sini ada 3 orang kok. Kalo ada apa-apa kamu tinggal
ketok aja kamar mereka. Aku sudah kasih tau kamu akan tinggal di sini malam ini”
Rumah besar dan bersekat-sekat gini hanya ada 4 makhluk dan salah satu nya saya.
Kamarnya
besar dan saya yakin sudah kosong berhari-hari, mungkin
berminggu-minggu. Ada kasur busa tipis di lantai di tutup kain seadanya
dan bantal serta selimut. Sepertinya sudah di persiapkan untuk saya
termasuk anti nyamuk elektrik yang sudah di pasang.
“Ntar kalo aku dimakan hantu gimana? Terus hantu Merry datang membelah jantung ku dan aku mati”
Sahabat saya tertawa ngakak….., “Nikmati sajalah….. Mau kan tidur sini?”. Dia berusaha meyakinkan saya sekali lagi
Saya memonyongkan bibir, “tapi tunggu di luar sampai saya lepas dari kamar mandi dan sholat Isya”
Akhirnya
dengan gerakan perlahan saya merebahkan tubuh saya. Dan saya mulai
ketakutan. Saya hanya membayangkan saja tiba-tiba ada pocong yang
berdiri di sudut kamar. Atau suster ngesot yang ketuk-ketuk pintu. Atau
kuntilanak yang terbang di langit-langit kamar atau tuyul yang membuka
jendela kamar yang tidak terkunci. Atau lemari di pojokkan terbuka dan
ada hantu Merry membawa pisau untuk membelah dada saya.
Benar
kata Bang Burhan. Saya mempunyai daya khayal yang luar biasa. Sepiii……
bahkan suara tetes air menggema. Saya melawan ketakutan saya……
mengenakan jaket menutupi kepala dan saya memutar music dari hp saya
dengan volume maksimal. Masa bodoh dengan mereka yang ada di sekitar
saya. Dan akhirnya saya bisa terlelap dan terbangun tepat adzan shubuh.
Horeee…..
alhasil saya berani melawan ketakutan saya. “Hati-hati dengan kekuatan
pikiran kamu Raa”. Bukan hanya satu atau dua orang yang berpesan seperti
itu kepada saya. Dan akhirnya saya mulai bisa mengatur kekuatan
pikiran saya. Sederhana sih… tapi ini adalah sebuah prestasi yang luar
biasa untuk saya yang selalu meledak-ledak tanpa bisa menkontrol emosi
saya.
Sebuah perjalanan yang luar biasa.
Dan
hari ini…… saya berencana untuk keliling sendirian di wilayah Malang
kota. Setelah sepagian tadi me resume tulisan saya. Museum,
perpustakaan, dan tempat buku-buku bekas. Nanti selepas siang sahabat
saya barus bisa mengantar saya ke batu dan beberapa candi di kota
Malang. Dia saya wajibkan untuk bolos kerja atau paling tidak kerja
setengah hari. Dan demi saya dia mau. “Kapan lagi iso nglayap ambe
awakmu Raa”. Sahabat yang bagossss…………
Oh ya… saya juga ada rencana untuk mencari kerabat saya, kalau dia masih menganggap saya cucu jauh.
“Nekat kon Raa…. Nek di usir gimana”, Kata sepupu saya.
“Kalo
diusir yo mbalek… kok repot. Wong niate nyambung silaturahmi. Kalo
memang tetua-tetua kita dulu bermasalah, itu urusan mereka. Nggak ada
salahnya kan aku mengawali islah”
“Wong gendeng…. Nekat……”
“Duduk ira nek nggak gendeng lan nekat”
8.12
Saya
sudah mandi. Airnya dingin… sepertinya saya harus segera ganti baju
yang sudah saya gunakan sejak sabtu kemarin. Hiksss…. Maaf sayang. Kamu
apsti akan geleng-geleng dengan tingkah saya ini.
“Jangan
lupa sholat istirahat dan makan”. Saya memonyongkan bibir saya. Anggap
saja catatan ini laporan tertulis untuk kamu walaupun kamu tidak
membalas pesan saya.
Oh tidak… ada tanda lebam di betis kiri saya. Dan tandanya saya sudah mengalami kelelahan yang luar biasa. ……..
Saya ingin menikmati pagi di Pasar Singosari.
Malang, 11 Juni 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar