Dimana Raa ? saat saya menulis catatan ini saya berada di Dusun
Kedung Kampil Porong Sidoarjo. Pesawat saya dari Batam jam 4 sore dan
landing di bandara Juanda pas magrib di wilayah Jawa Timur. Jangan
tanya jam berapa karena saya tidak tahu.
“Sholat Nda”,
pesan mu saat saya pergi. Dan saya mengenal kembali Gusti Allah di
bandara Juanda. Saya mengirim pesan padamu. Pending.
Sambil
duduk menunggu Mamo, adik sahabat saya menjemput saya duduk manis di
depan antrian pengambil bagasi. Di sebelah saya pasangan kakek nenek.
Mereka sibuk berbicara tentang anak mereka yang belum menjemput,
sedangkan mereka sudah menunggu lebih dari 2 jam. Saya menghela nafas.
Seandainya mereka adalah ibu dan ayah saya maka saya tidak akan
membiarkan mereka menunggu lama.
Saya menekukkan punggung
saya di atas ransel dalam pangkuan saya. Tiba-tiba saya ingat dengan
perbincangan dua lelaki di sebelah saya dalam pesawat tadi. Mereka
dengan bangga nya menceritakan jika mereka sama-sama telah menikah dua
kali. Dan dengan konyolnya mereka bercerita bagaimana hubungan seksual
mereka dengan mantan istri dan istri mereka yang sekarang. Saya
tersenyum sinis. Saya pikir laki-laki tidak suka rempong. Ternyata sama
saja. Mereka bercerita tanpa ada batas. Alahaaaii…. Apa dipikir aku
perempuan tuli.
“Ternyata perempuan itu semua sama saja. Seperti roti…. Saat dilihat pingin banget ….. eh setelah di makan ternyata sama saja”
Saya
langsung menimpali, “Tapi roti yang di jual di pinggir jalan dengan
roti yang di jual di etalase pasti beda kan bang? Mana ada roti yang
harga seribu dengan harga 50 ribu sama rasanya. Bulshit. Yang terpenting
adalah bagaimana kalian menghargai perempuan-perempuan kalian”
Mereka
berdua diam. Saya melanjutkan pembicaraan saya. “Laki-laki itu seperti
kopi ini. Lihat… “ Saya menyesap secangkir kopi pemberian pramugari
perlahan…. “Pahit”. Kemudian saya membuangnya ke tempat sampah. “Itulah
laki- laki………. Buang lah laki-laki seperti kalian di tempat sampah”.
Mereka terdiam dan saya kembali melanjutkan bacaan saya. Lumayan cukup
membuat mulut dua laki-laki itu diam.
Oh ya… saat saya
menuliskan catatan saya ini saya berada di Dusun Kedung Kampil Porong
Sidoarjo. Sahabat saya Yans dan Muhim menikah esok hari 10 juni 2012 Dan
saya berkesempatan datang dan menginap di sini. Tapi mungkin Tuhan tahu
bahwa saya ingin menenangkan diri. Aneh bin ajaib. Semua hp saya
kehilangan sinyal. Smartphone saya malah SOS sedangkan hp baru saya
sinyalnya super irit. Dan modem internet saya juga kehilangan
kekuatannya. Saya benar-benar terisolir. Tidak bisa berkomunikasi dengan
dunia di luar sana. Tidak apalah…….Kehilangan internet 2 X 24 jam bukan
kiamat kan?
Hei bagaimana kabar kamu? Sudah makan? Apakah
kamu sudah minum teh panas di campur antangin? Saya mendoakan kamu
dari tempat saya berdiri saat ini. Iya…. Saat ini saya sedang
mempertanyakan pada diri saya sendiri. Apakah jarak ratusan kilometer
ini membuat kita saling merindu? Saling membutuhkan? Apakah kamu
membutuhkan saya? dan apakah saya membutuhkan kamu.
Terisolir.
Dan saya berharap saya besok mendapatkan sinyal untuk internet saya.
Saya berharap…….. Dan esok setelah mengikuti akad nikah sahabat saya,
tiba-tiba saya ingin ke Malang. Saya ingin bertemu kakek saya disana.
Mbah Suwono……. Apakah dia ingat ya jika punya cucuk ponakan yang bernama
ira? Entahlah….
Dan baru saja saja beberapa kerabat saya marah-marah karena ke jawa tanpa memberikan kabar ke mereka.
“Kon iki edan ta Raa…. Batam Jawa digawe engklek”
Saya
tertawa ngakak, “Dari pada di Koran ada headline yang berjudul
perempuan jawa terjun dari jembatan Barelang? Mending aku pulang dengan
nyawa kan?”
Saya memang gila. Seperti katamu, “Kalau itu memang keputusan mu, aku bisa apa? Hanya bisa mendoakan yang terbaik buat kamu”
Dan saya juga berdoa agar esok saya mendapatkan sinyal internet. Minimal sinyal untuk smartphone saya.
Ilalang ku……. Saya juga mendoakan kamu malam ini
Porong, 9 Juni 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar