Bukan hanya sekali dua kali saya berdiri di atas panggung
besar seperti saat ini. Saya bukan penyanyi. Saya bukan stand up comedy. Saya
hanya seorang perempuan biasa yang berusaha agar waktu saya tidak sia-sia dan
bermanfaat bagi orang lain.
“Setengah jam lagi Raa. Istri walikota on the way. Praktisi
pendidikan juga sudah duduk di undangan. Nara sumber yang lain sudah siap kok”
Saya mengiyakan sambil mencoret-coret kertas di depan saya.
Sesekali saya memandang ke pintu masuk yang jaraknya 300 meter di depan saya. Sosok
yang saya cari tidak ada. Walaupun ada ribuan orang yang hadir hari ini, saya
akan tahu bagaimana bayang dia.
“Raa….temani nara sumber yang sudah datang ya”.
Saya menghela nafas. Waktu semakin dekat.
Rombongan istri ibu walikota sudah masuk. Saya mundur
memilih ke samping panngung. Seorang laki-laki menyalami saya. Dan memberikan
banyak pengarahan. Suara dia tiba-tiba berubah menjadi suara ribuan lebah di
telingaku. Saya hanya memperhatkan dia menunjuk beberapa sofa dan sudah di
tempelkan nama sesuai dengan nara sumber dialog interakif tentang pendidikan
anak. Dan nama saya tertera di kursi moderator. Saya menghela nafas.
“Raa…..10 menit lagi”
Saya membetulkan letak jilbab dan merapatkan jaket saya.
Nama saya dipanggil. Sekali lagi saya melihat ke pintu masuk dengan karpet
merah. Terhalang seribu orang. Dan kembali saya tidak menemukan wajah kamu.
Waktu mulai berjalan. Teori-teori pendidikan, psikologi anak
semuanya berjalan. Semuanya mengalir saat saya belajar mengkpnsentrasikan
diri. Dan saya masih berharap bahwa ada
kamu di antara ribuan orang yang hadiri di ballroom hotel ini.
Jam 16. Ada sebuah kode. Finish….tugas saya selesai. Setelah
berbasa basi di atas panggung, saya menepi dan masih berharap kamu mengejutkan
saya dengan memeluk pinggang saya dan mengatakan, “Kamu hebat Nda….”. Dan
kemudian saya mencium tangan kamu.
Tapi semuanya kosong.
Ucapan terimakasih dari beberapa orang seperti menggarami air laut.
Datar……….. Saya hanya butuh genggaman tangan kamu.
Ballroom lantai empat ini sudah mulai kosong. Semuanya sudah
pulang satu persatu. Dan saya mengemasi tas dan kamera, melangkah sendiri
melewati lorong-lorong hotel yang cukup sepi buat saya. Dipelataran hotel hujan turun semakin lebat…….saya
terduduk sendiri di tangga hotel. Tiba-tiba air mata saya mengalir tidak
terbendung. Saya membenamkan wajah saya dalam kedua telapak tangan saya.
Kau tau Yah….Nda
ingin menceritakan betapa bangganya Nda hari ini. Betapa berharapnya, kamu
menemani Nda setiap kegiatan Nda. Betapa inginnya Nda, kamu yang pertama kali menyalami
Nda saat turun dari panggung.
Hujan mulai mereda tinggal gerimis.
Saya membaca pesan yang saya kirim 1 menit sebelum saya
duduk di kursi moderator
“Ayah….Nda cuma mau bilang Nda sayang sama Ayah. Love U”
“ Love u too Nda…sukses buat Nda, Mff ayh ngk bisa nemenin
ya…..emmmuuaachh”
Sebuah pesan sederhana yang membuat saya bisa terus
berbicara di atas panggung, walau dia tidak ada di samping saya.
****
“Nggk nyangka, Nda bilang seperti itu”
Saya terdiam. Saya sadar bahwa saya baru saja mengatakan
bahwa dia selalu bisa membantu untuk orang lain. Dan kamu tersinggung.
“Kalau nda minta temenin, aku nggk pernah bisa. Iya kan Nda”
Saya semakin diam. Saya terpojok. Saya tidak bermaksud
seperti itu. Saya pikir bukan sesuatu yang harus di debatkan. Saya menginstropeksi
diri. Apakah selama ini saya selalu memaksa kamu? Apakah saya selama ini selalu
marah-marah dengan nada suara tinggi jika kamu tidak menemani saya? saya tidak
akan pernah menuntut kamu. Memaksa kamu mengikuti kemauan saya.
Apakah saya pernah melarang saat kamu membantu orang lain? bahkan
mengkorbankan diri mu sendiri untuk kepentingan orang lain? Pernah saya protes?
Seingat saya tidak pernah……..Bahkan saya selalu mendukung kamu untuk membantu
orang lain. Bukankah kamu selalu mengajarkan hal itu kepada saya? Bantu orang
selain selama kita bisa Nda….Jangan hitungan….rejeki nggak kemana. Kalau nglakuin apa-apa harus ikhlas.
“Nda minta maaf Yah….”.Saya mengalah. Iya saya meminta maaf
atas keegoisan saya. Ya….saya menganggap saya yang egois yang masih belum bisa
mengerti kamu,
***
Balkon hotel
“Sama siapa Mbak?. Nggak di jemput”
“Sendirian aja…….”
“Tadi keren lo mbak……dialognya nggk berat. Mengalir”. Saya tersenyum sambil mengucapkan terimakasih
“Abang nya pasti bangga sama mbak. Pinter. Mandiri. Nggk
tergantung sama laki-laki”. Senyum saya terhenti seketika dan melihat wajah perempuan muda yang
berdiri di sebelah saya.
“Iya dia sangat bangga kepada saya”. Suara saya lirih nyaris
tidak terdengar.
“Duluan ya Mbak…..pacar saya sudah jemput.”. Perempuan muda
itu segera menuju ke seorang laki-laki yang duduk di atas motor sambilng
memberikan jaket dan helm warna merah”
Hujan semakin deras. Saya tidak peduli……saya melangkah dan
membiarkan air mata saya bercampur dengan hujan. Tanpa kamu ada di samping
saya, saya sangat mengerti bahwa kamu akan selalu mendoakan yang terbaik untuk
saya……
“ Dear, Saya mencintaimu dengan kekuranganku!
1 komentar:
hemmmm...sedih juga bacanya.. tapi tetap semngat mba....
Posting Komentar