21 Mar 2012

TEATER BANGSAWAN “AMOK HANG JEBAT” DI KAMPUNG TUA TANJUNG UMA


Sutradara Nyat Kadir Ketua LAM Batam
: antara cinta, negara  dan persaudaraan

Ini kali kedua saya datang ke Pentas Bulan Mengambang. Hhhmm…..saya masih berpikir siapa yang mengadakan? Lembaga Adat Melayu, Pemko Batam atau EO Batam Bisa? Entahlah…tapi saya suka. Sebuah kesenian yang patut di lestarikan. Dan sekali lagi saya datang bukan sebagai siapa-siapa. Hanya seorang perempuan yang nekad datang seorang diri. “Maksa banget sih datang”. Saya tertawa……kamu tidak bisa merasakan bagaimana indahnya menikmati kesenian dan kebudayaan. Ada kepuasan batin yang tidak bisa diungkapkan, walaupun kepala pegal karena panggung lebih tinggi dari pada saya.

Melayu dan Hang Tuah tidak bisa di pisahkan. Seperti layaknya Majapahit dan Gajah Mada.

Dalam zaman kemakmuran Kesultanan Malaka, adalah Hang Tuah, seorang laksamana yang amat termasyhur. Ia berasal dari kalangan rendah, dan dilahirkan dalam sebuah gubug reyot. Tetapi karena keberaniannya, ia amat dikasihi dan akhirnya pangkatnya semakin naik. Maka jadilah ia seorang duta dan mewakili negeranya dalam segala hal.


Hang Tuah memiliki beberapa sahabat karib: Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu. Ada yang berpendapat bahwa kedua tokoh terakhir ini sebenarnya hanya satu orang yang sama saja. Sebab huruf Jawi wau; "" dan ra; "" bentuknya sangat mirip. Tetapi yang lain menolak dan mengatakan bahwa kelima kawan ini adalah versi Melayu daripada paraPandawa lima, tokoh utama dalam wiracarita Mahabharata.





Pementasan itu menceritakan Hang Tuah bersama saudara-saudaranya Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu yang diangkat menjadi hulubalang kerajaan Malaka karena dianggap berjasa berhasil mengalahkan para Lanun. Hang Tuah mengawal Sultan Malaka ke Majapahit untuk melamar Gusti Raden Mas Ayu. Di Majapahit, Hang Tuah berhasil mengalahkan salah satu  pendekar dari Majapahit sehingga mendapatkan sebuah keris sakti yang  diberi nama Keris Tameng Sari. Kehebatan Hang Tuah menimbulkan keirian diantara para pembesar  kerajaan, terutama Patih Kamawijaya,  tangan kanan Sultan Malaka












Pada saat yang bersamaan datang lah Melur kekasih Hang Tuah yang berasal dari Gunung Ledang. Akan tetapi, oleh Sultan  Malaka, Melur dijadikan selir. Akhirnya, Hang Tuah di hasut  untuk menemui Melur, padahal hal itu dilarang. Raja murka saat tahu Hang Tuah menemui Melur yang akan di jadikan selirnya, hingga akhirnya menyuruh Datuk Bendahara membunuh Hang Tuah.  Datuk Bendara akhirnya membunuh Hang Tuah dan kemudian menyerahkan keris Tameng Sari ke Sultan. Karena posisi hulubalang kosong, maka Sultan melantik Hang Jebat dan menyerahkan keris Tameng Sari. Saat mendengar Hang Tuah mati di bunuh, maka Hang Jebat marah dan melakukan makar dan membuat keributan di istana.

Dan ternyata Hang Jebat kembali muncul. Dia tidak bunuh. Akhirnya Hang Tuah kembali dipanggil oleh Sultan untuk menyelesaikan makar Hang Jebat.  Sebagai seorang yang mengabdi pada negaranya, Hang Tuah melaksanakan titah sang Sultan. Walaupun  Hang Tuah tahu, Hang Jebat membuat kekacauan karena dia marah saudaranya di bunuh. Alhasil…….Hang Jebat mati di tangan Hang Tuah. Ironis…….

Saya sepertinya tidak sepakat! Ingin protes……tidak adil!

“Ini cerita Nda…..Mau tidak mau kita harus mau”. Saat saya protes tentang jalan cerita nya.

Saya menghela nafas. Selalu dalam sebuah cerita tidak lepas dari pengkhianatan, nafsu, perempuan dan juga sebuah kesetian. Kesetian Hang Tuah kepada Kerajaan Malaka, kesetiaan Melur kepada Hang Tuah, kesetian Hang Jebat kepada saudaranya Hang Tuah. Pengkhianatan yang dilakukan Patih Kamawijaya.

Dan yang membuat saya tidak habis pikir adalah ternyata Melayu juga “berkonflik” dengan Majapahit. Bahkan senjata Tameng Sari milik Hang Tuah juga berasal dari Majapahit!!

Tapi yang pasti saya mengakhir tontonan  ini dengan sebuah kebanggaannya. Kebanggaan saya kepada seniman-seniman Melayu. Kebanggaan saya kepada teater Bangsawan yang masih bisa bertahan. Dan kebanggan kepada kamu yang selalu mensuport dan mengajarkan banyak hal kepada ku. Terimakasih sayang……..!


Malam itu bulan mengambang di Tanjung Uma. Senyum ada dan membuat ku bertahan di Pulau Batam. Sayang, Kau tak menghantar ku malam itu…….




“Amok Hang Jebat……….” Saya belajar tentang pengorbanan……….

Tidak ada komentar: