Saya rindu meja kosong itu. Seharusnya kamu duduk di balik
meja itu. Seperti biasa. Kamu duduk di sana
dengan segudang aktivitasmu. Dengan kerutan-kerutan di dahimu. Atau
sekedar menggerakkan mouse
“Lagi apa Yah?”
“Main Game”. Dan aku tergelak, “Kirain serius ngerjain apaan”
Aku Kesepian. Berkali-kali aku melihat meja kosong itu. Aku melangkahkan
kaki ke belakang. Menyeduh secangkir teh
panas yang biasa aku aku buatkan untuk mu setiap senja. Mengaduknya perlahan.
Cangkir yang baru aku belikan beberapa minggu yang lalu. Ukurannya lebih besar
dari pada cangkir kecil. “Cangkir kecil ngak cocok buat kamu Yah. Nda beli yang
lebih gede biar nggak cepat habis”. Kamu mencium keningku.
“Makasih Nda”
Aku kembali melihat meja di pojok ruang ini. Masih kosong.
Tiba-tiba aku rindu kamu. Rindu gaya konyol tarian kamu. Tekukan bibir kamu
saat mengerjakan kerjaan kamu. Rindu gaya kamu menopangkan kepala di tangan
kiri kamu sedankan tangan kanan kamu sibuk menggerakkan mouse.
Aku meletakkan secangkir teh di meja tempat kamu bekerja. Walaupun aku
tahu kamu tidak sedang duduk di balik meja itu.
Malam telah datang. “Neng….teh nya nggak di minum” . Aku
menggeleng. “Biar tetap di sana. Besok aku yang akan ganti”.
Terbayang. “Nda bagi teh nya ya Yah. Dari pada Nda minum
kopi”. Tanpa menunggu persetujuanmu, aku meraih cangkir teh di hadapanmu.
“Maafkan aku”. Aku menundukkan kepala. Ternyata rindu itu
menyiksaku. Mengusap air mata dan melangkah keluar dari ruang yang menyiksaku
dengan bayang mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar