10 Jul 2009

SANTET DALAM PANDANGAN MASYARAKAT USING.....


SANTET DALAM PANDANGAN MASYRAKAT USING

Suku Using adalah sebuah kumpulan etnik di Indonesia yang merupakan keturunan putera-putera Majapahit yang enggan memeluk agama Islam pada kurun ke-16. Bilangan mereka adalah kira-kira 400,000 orang dan mereka berpusat di daerah Banyuwangi di Jawa Timur. Orang Using menutur sebuah dialek yang dipengaruhi bahasa Jawa dan Bali.


Kebanyakan orang Using adalah penganut agama Islam abangan dan Hindu, dan keduanya bercampuran dengan elemen-elemen animisme. Budaya Using serupa dengan budaya Bali, dan penganut Hindu Using merayakan perayaan Hindu Bali seperti Nyepi. Adalah menjadi kebiasaan untuk melihat masjid dan kuil Hindu dibina berdekatan satu dengan lain di Banyuwangi. Sekitar 2-3,000 daripada mereka adalah penganut agama Kristian yang telah dicampuradukkan dengan ajaran Islam dan Hindu.

Sejarah Osing bermula pada akhir kurun ke-15, pada waktu kejatuhan kerajaan Majapahit. Pada masa itu juga, agama Islam sedang giat berkembang di tanah Jawa. Ramai putera Majapahit enggan memeluk agama Islam dan telah melarikan diri ke Banyuwangi, Bali dan Lombok. Kerajaan Majapahit yang ditinggalkan berjaya diIslamkan oleh orang-orang Islam Makassar. Putera-putera ini kemudiannya mendirikan sebuah kerajaan yang dipanggil 'Blambangan' yang bermula dari semenanjung Balmbangan ke pergunungan Tengger di Jawa Tengah. Kerajaan Blambangan berkuasa selama dua ratus tahun sebelum ia jatuh di tangan kerajaan Mataram pada 1743. Pada masa itu, ramai orang Osing masih belum beragama Islam hingga ke akhir kurun ke-19.

Pada kurun ke-19, Banyuwangi masih belum ditakluki oleh kerajaan Hindia Timur Belanda kerana mereka sedar bahawa jika mereka melancarkan serangan ke atas Banyuwangi, mereka akan kalah kerana semangat perjuangan orang Osing yang rela mati daripada menjatuhkan wilayah Hindu mereka ke tangan Belanda. Pihak Belanda yang sedar akan perkara ini telah menghantar pendakwah-pendakawah Islam dan Kristian dengan hasrat untuk menjinakkan semangat perjuangan mereka. Pihak Belanda berjaya untuk membuat demikian dan Banyuwangi berjaya ditawan.

Walaupun kerajaan Belanda berjaya menukarkan agama orang Osing kepada Islam (dan Kristian), ia bukan sesuatu perkara yang mudah untuk mereka yang masih juga mahu hidup sebagai seorang Hindu. Keturunan mereka kini masih wujud dalam bilangan yang ramai di Banyuwangi.

Santet merupakan salah satu “ jalan keluar ‘ untuk menyelesaikan masalah , saat penyelesaian secara formal tidak bisa dilakukan. Santet merupakan salah satu bagian ilmu kebatinan yang dipercaya masyarakat Using. Namun santet menjadi streotipe buruk pada masyarakat luas. Sebenarnya masyarakat using , mengenal empat ilmu. (1) Ilmu hitam : ilmu yang berefek negative ,mencelakakan orang dan membunuh orang. (2) Ilmu merah : ilmu yang dimanfaatkan menarik lawan jenis , dan lebih berkompeten pada seksual. (3) Ilmu kuning : ilmu untuk kewibawaan menghadapi bawahan atau masyarakat umum.(4) Ilmu Putih: Ilmu yang menangkal ketiga ilmu tersebut.

Stigma masyarakat pasti memasukkan santet pada ilmu hitam. Padahal santet merupakan bagian dari ilmu merah , yang lebih mengacu pada pemanfaatan untuk menarik lawan jenis. Dalam ajaran islam , santet merupakan muhabbah atau ilmu pengasihan.( tau nggak muhabbah yang menggunakan surat Yusuf? Katanya efeknya kuat banget). Tapi streotipe santet sudah terlanjur buruk dalam paradigma masyarakat. Apalgi diperkuat dengan isu inja dan santet yang terjadi di wilayah basis NU jawa timur terutama di Banyuwangi tahun 1996. (saat ini di Banyuwangi lagi ada penelitian pelanggaran HAM akibat dari isu tersebut, mungkin bisa menjadi pandangan baru bagi kamu. ) Santet merupakan akronim dari mesisan banthet (sekalin rusak) dan mesisan ganthet (sekalian bergabung). Santet dalam perspektif “sekalian rusak” , saat memisahkan dua pasangan yang saling mencintai. Sedangkan santet dalam perspektif “sekalian bergabung “, saat menyatukan dua orang yang tidak aling mencintai.

Media satet akan digunakan oleh pihak ketiga , dengan alasan yang berbeda. Santet bisa diumpamakan sebuah pisau , terserah siapa yang menggunakan. Pisau akan berfungsi baik jika berada di tangan juru masak. Dan menjadi alat berbahaya jika digunakan oleh seorang pembunuh. Termasuk juga ilmu santet. Ada mudharat dan manfaatnya juga. Tergantung siapa yang “merapalkannya”

Santet yang terkenal adalah santet jaran goyang. Kenapa dinamakan jaran goyang tidak ada kejelasan resmi, tapi ada beberapa kepercayaan Alasan (1) Jaran goyang adalah nama pasukan perempuan yang dipimpin Sayu wiwit , saat perang puputan bayu tahun 1771. Alasannya menggunakan Jaran goyang , karena banyak “korban” santet jaran goyang dari kaum perempuan (mas…apa yang aku tulis ini jangan dijejerkan dengan gender ya). Alasan (2) Jaran goyang , merupakan perumpamaan bagi sikap seorang wanita yang “terkena” mantra jaran goyang. Catatan terpenting: Siapapun yang terkena mantra jaran goyang , akan bersifat seperti “jaran” atau “ kuda” dalam masa birahi. Dia akan melepas “rasa malu” dan pergi kerumah “lelaki”. (sorri….aku selalu menggunakan tanda petik, soale aku kesulitan mencari kata-kata yang tepat).
Sedangkan penggunaan media dalam merapalkan mantra , seperti foto , rambut , tanggal kelahiran , bag sebagian orang hanya sebuah sugesti. Namun ada beberapa waktu yang tepat untuk merapalkan mantra, seperti diatas jam 12 malam. Karena pada saat itu , tubuh manusia dalam keadaan “kosong”. Namun kepercayaan masyarakat pada teks mantra santet jaran goyang berbeda-beda. Aku sempat membaginya dalam beberapa bagian , tapi aku lupa. Hanya satu mantra santet jaran goyang yang aku hapal (dan pernah aku coba)
Sun matek aji-ajiku si jaran goyang
Tak goyang ring tengahe latar
Pet sabetake lemah bongkah
Pet sabetake segoro asat
Pet sabetake gunung gugur
Pet sabetake si jabang bayine………………(sebut nama)
Cep sido cep Sido edan
Yen dudu aku sing nambani
Kersaning allah ta’ala
Lailahaillah………
Dari mantra diatas kita bisa melihat unsur aminisme yang tergabung dalam ajaran islam. Ajaran islam mempunyai pengaruh . karena penyebaran agama islam di pulau jawa oleh wali songo. Salah satunya adalah sunan giri , yang lahir dari rahim Sekar dalu , puti Blambangan yang menikah dengan syekh maulana ishak , salah satu ulama besar dari arab. Jadi secara tidak langsung , unsur pluralitas tetap telihat dalam Mantra jaran goyang. Pluralitas antara animisme dan juga ajaran islam. Kita tidak bisa memunafikkan kenyataan ini. Walaupun masih banyak yang pro dan kontra.

Efek Jaran goyang juga tidak sama. Ada yang hanya 3 hari , 7 hari , 40 hari atau bahkan seumur hidup.Sesuai dengan kemampuan dirinya. Ada juga yang menggunakan media orang ketiga. Munculnya orang ke tiga inilah yang kemudian memunculkan istilah dukun santet , yang popular pada masyarakat Banyuwangi. Termasuk keterkaitan dan kemampuan mayarakat Using untuk meneralkan ilmu dari daerah lain.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

mba ira, saya nge-link kesini untuk ambil kutipan tentang santet. Mba Ira juga silahkan link ke blog saya : ayahmeha.blogspot.com, untuk opini saya tentang santet dan klenik.

makasih

duniaira.blogspot mengatakan...

ok...nggk masalah kok yang penting bermanfaat untuk semuanya