2 Agu 2012

LEGENDA BATU SINDU : ANTARA CINTA DAN HARGA DIRI

Sindu namenye ade di natuna, Senubing kote awal mulenye. 
Terukir pule jadi cerite, di kias jadi suatu legende. 
Berkisah crite Bujang dan Dare, Berpadu kaseh seakan ese. 
Restu dinanti tak kunjung tibe, Terlerai kaseh hampe di dade. 

Pilu di hati merasuk jiwe., Sembilu menyayat membelah due. 
Tak kuase diri berbuat murke, Tertulis sudah wasiat Bujang Dare. 
Ini legenda hai Batu Sindu, Tertoreh di hati anak Melayu. 
Kisahnye terus jadi tauladan, buruk baeknye jadi acuan. 

Tanjung Samak tak jauh bersulang, lautnye dalam bercurah pantai. 
kate orang tue jangan di tentang, Balak di jauh petuah dipegang. 

Pulau Sahi memanjang Kaku, Pantai Tanjung bak betatap muke. 
Berkaseh baek berperilaku, serahkan diri pade Yang Kuase.

(Legenda Sindu  - dinyanyikan Erson G.A S.Sos)

Batu Sindu dari arah Bukit Senubing
Jangan pikir itu adalah lagu Malaysia. Bukan…. Itu lagu Melayu asli Indonesia. Pertama kali saya mendengarkan saat saya masih duduk di depan computer produksi. Lagu yang menarik buat saya.. Legenda Sindu? Saya langsung searching di internet. Apa itu Legenda Sindu? Dimana? Mengapa saya tidak pernah mendengarnya? Dan akhirnya saya membaca… membaca… membaca…. Hingga hapal di luar kepala tentang Legenda Sindu.

Konon, ada sepasang kekasih yang saling mencintai. Perempuannya berasal dari sebuah dusun di Tanjung Datuk, sedangkan pria nya berasal dari Bukit Senubing (tempat Batu Sindu berada). Mereka berdua tidak bisa dipisahkan sehingga mereka berencana untuk menikah. Keluarga pria pun berencana untuk meminang. Sang perempuan. Beriring-iringan mereka dari Bukit Senubing menuju Tanjung Datuk. Kedatangan mereka awalnya di sambt gembira dan bahagia. Namun seketika menjadi petaka, saat salah seorang kerabat dari pihak laki-laki mencela makanan yang disajikan dan celaan tersebut di dengar oleh pihak perempuan. Alhasil kegembiraan menjadi sumpah serapah dan pihak perempuan mengusir keluarga pria serta membatalkan pertunangan yang di sudah direncanakan.  Pihak laki-laki mengatakan jangan sekali-kali ada orang Bukit Senubing menyebut Tanjung Datuk di tanahnya, atau akan mendapatkan kesialan dalam percintaan. Begitu juga sebaliknya, pihak perempuan mengatakan orang yang berada di Tanjung Datuk, dilarang menyebut kata Bukit Senubing atau akan mendapat kesialan.


Luar basa..... Batu Sindu adalah dua batu besar

Bukan hanya sumpah serapah, konon dalam perjalanan keluarga pria pun mendapatkan celaka.  Namun cinta antara sang pria dan sang perempuan tidak pernah padam. Mereka masih berharap agar bisa bersatu, namun waktu terus berjalan sehingga yang tersisa tinggal sebuah legenda.  Masyarakat masih percaya, jika berada di Bukit Senubing pantang mengucapkan Tanjung Datuk, selain akan turun hujan tiba-tiba, maka juga akan ada bencana, atau mungkin jika datang berpasangan maka akan pisah.

Dan akhirnya saya bersorak. Tempat pertama kali yang saya datang di Natuna adalah Bukit Senubing. Batu Sindu…….. Melihat langsung Batu Sindu yang selama ini hanya saya dendangkan . Tidak begitu jauh dari Ranai, ibu kota natuna, 2 atau 3 kilo menuju Pantai Tanjung. (saya pikir disini hanya ada 3 arah. 1 arah ke Bukit Arai, 1 lagi ke Bandara dan 1 lagi ke Pantai Tanjung, jadi tidak akan pernah tersesat. Percaya  lah dengan saya).  Jika ada jalan setapak sebelah kanan ikuti saja. Memang agak susah dan tersembunyi.  Saya sudah terkagum-kagum dengan  batu-batu besar sepanjang jalan setapak. Dan saat saya sudah berada di puncak Bukit senubing. Luar Biasa….. saya langsung berteriak-teriak kegirangan. Gila…. Ini surga… betul ini surga. Hamparan dataran tinggi yang berbatasan langsung dengan Laut China Selatan serta hamparan batu-batuan yang hanya saya lihat di film Laskar Pelangi. Bukan…. Ini lebih indah lagi.

Saya tidak tau bagaimana peran pemerintah Natuna disini. Apakah ini milik pemerintah? apakah ini milik pribadi. Saya tidak tahu. Akses ke Batu Sindu tidak terlalu jauh dari ibu kota Natuna yaitu Ranai.  Tapi tidak ada tanda-tanda arah atau rambu yang menunjukkan arah ke Sindu. Saya tidak bisa membayangkan jika saya berangkat sendirian ke Sindu. Tidak akan sampai, paling hanya akan lolos ke Pantai Tanjung.  Saya tidak tahu apakah pemerintah peduli?

Saya bayangkan jika ini dikelola sebagai eko wisata. Menjadikan obyek wisata bukan untuk lokal tapi untuk mancanegara. Luar biasa.........!!!!

“Mau turun…”

Tanpa basa basi saya mengiyakan. Saya tidak peduli lagi dengan celana jeans hitam saya yang membuat jalan saya tidak nyaman. Tidak peduli lagi dengan sepatu hitam yang seharusnya saya pake di dalam ruangan. Tidak peduli lagi dengan lelahnya perjalanan saya Batam – Natuna.  Ini lah hidup…..

Dan akhirnya…. Biarlah gambar yang berbicara…………

Lebih indah di lihat dari atas

Hamparan batu-batu besar di Bukit Senubing Kereeenn.......




Batu raksasa yang ber ulir



Batu-batu besar dengan karakter yang unik



surga ber-batu

Hati kecil saya berkata…… “Indah kan Raa…. Kamu kagum kan dengan ‘surga” Sindu ini? Penciptanya lebih indah Raa”.  Saya menundukkan wajah saya dalam-dalam. Tuhan…. Betapa saya egois dengan jalan yang telah Engkau pilihkan untuk saya?

Tiba-tiba saya ingat percakapan suatu sore

“ Lagu baru Yah… Legenda Sindu. Dari Natuna. Nda suka banget. Suatu saat Nda pasti akan sampai sana. Ikut? “

Kamu tersenyum dan mencium pelan keningku. “Berangkatlah sendiri ke sana. Aku nunggu saja disini nunggu cerita kamu. Keliling lah… karena aku yakin kamu pasti akan kembali disini, disamping aku. Wujudkan terus cita-cita kamu Nda”


Hamparan batu besar yang unik dan menarik

sisi lain bukit Senubing

Pulau Senoa terlihat lur biasa


Tidak akan pernah bosan duduk manis memandang ke arah sindu


Laut China Selatan
Dan saya berdiri di sebuah batu dan menatap hamparan “surga” Sindu ini.  Akhirnya benar, saya berdiri disini tanpa kamu di samping saya. Saya juga tidak tahu apakah saya masih bisa bercerita tentang perjalanan ini ?

Berkisah crite Bujang dan Dare, Berpadu kaseh seakan ese. 
Restu dinanti tak kunjung tibe, Terlerai kaseh hampe di dade

Betul…. Tidak semua cinta bermuara dengan sempurna. Seperti legenda Sindu. Mereka saling mencinta, berencana menikah. Tapi kenyataannya…. Sebuah harga diri mengalahkan semuanya. Dalam hati saya berbicara, “ Hai Senubing…. Tidak kah kau rindu pada perempuan mu yang ada di Tanjung Datuk”

Tiba-tiba saja gerimis datang, padahal panas matahari masih memancar.

“Kak.. Hujan… kita harus pulang”

Saya menggaruk kepala saya yang tidak gatal. Saya telah bermain-main dengan sumpah mereka.

Saya merasa keren disini.... ;-)


Untung belum masuk Ramadhan. Jalannya menanjak!!!!


Karakter batunya unik


 “ Kak tau tidak? Konon salah satunya. Entah perempuan nya, entah laki-lakinya, entah kedua-duanya. Mereka bunuh diri dan loncat dari ujung Batu Sindu itu”

Saya diam saat harus loncat dari satu batu ke batu yang lain dan sedikit mempercepat langkah melewati jalan yang menanjak. Jangankan mereka… saya juga hampir saja memutuskan untuk mati saat saat saya patah hati.

Saya tersenyum sendiri……. Tuhan selalu mempunyai rencana yang luar biasa untuk saya.

Ini "surga" yang tersembunyi


Saya menolah sekali lagi ke arah Batu Sindu yang jauh ada di bawah saya.
 Membayang seorang perempuan tersenyum dan melambaikan tangan kepada saya. 
Saya membalasnya dan berteriak, “heiii… suatu saat saya akan kembali ke kesini”
 
Jangan pernah tanyakan bagaimana saya bisa duduk manis di sana


Saya tidak gila……….

Saya bersenandung perlahan,

" Pilu di hati merasuk jiwe., Sembilu menyayat membelah due. Tak kuase diri berbuat murke, Tertulis sudah wasiat Bujang Dare. Ini legenda hai Batu Sindu, Tertoreh di hati anak Melayu. Kisahnye terus jadi tauladan, buruk baeknye jadi acuan"

Ada sebuah kerinduan, kebanggan saya bisa berdiri disini tanpa kamu ... iya Ilalang ku, ternyata saya bisa hidup walau tanpa kamu berdiri disamping saya. Hidup saya sempurna...... satu per satu mimpi saya terwujud Dear

































1 komentar:

wenceu mengatakan...

cantik cantik banget batunya.