2 Jul 2012

PENTAS BULAN MENGAMBANG V : TEATER BANGSAWAN “Sultan Mahmood Mangkat di Julang”

: lebih baik berpisah dengan rindu dari pada bersama dalam kejemuan
“Aku ada script Sultan Mahmood Mangkat di Julang. Dan itu yang akan kita pentaskan”, kata Bang Bur pada satu waktu.

Jujur saya mengernyitkan kening.  Judul yang sedikit membingungkan. Saya menyambung-nyambungkan, mencari benang merah dengan kemampuan bahasa Melayu saya yang tidak seberapa ini. Mangkat itu artinya mati, wafat, meninggal. Julang itu di junjung atau di angkat. Lalu … apa hubungannya? Apakah ada seorang raja yang mati pada saat di junjung?

“Ingat petatah petitih raja adil raja di sembah, raja zalim raja di sembah?”, katamu suatu waktu. Saya mengangguk tegas. “Dari kisah itu lah petatah petitih itu keluar. Nda….”

Saya membaca script tersebut sekilas. Menarik … dan sengaja saya selipkan di antara buku yang saya bawa dalam perjalanan saya. Perjalanan? Iya … saya harus ke Jawa awal bulan Juni lalu. Sebuah perjalanan yang tidak saya rencanakan sebelumnya. Perjalanan yang saya lakukan saat saya merasa dalam sebuah titik jenuh dengan kemunafikan yang selama ini saya lakukan. Script itu saya baca serius pertama kali di atas pesawat dari Batam – Surabaya.  Dan saya mengakhiri membaca scrip itu dengan sebuah helaan nafas yang berat. Tragis ………


Saya bisa membayangkan betapa hancurnya Megat Sri Rama, seorang Laksamana yang mengetahui  Wan Anom istrinya mati karena di bunuh oleh Tun Bija Ali atas perintah Sultan Mahmood. Tau alasannya apa? Sederhana karena Wan Anom mencicipi buah nangka milik Sang Sultan karena dia sedang hamil dan mengidam. Ah … tragis, padahal Megat Sri Rama telah menjalankan perintah Sang Sultan untuk membasmi para Lanun. Keadilan macam apa ini……..? saya pikir impas saat Megat Sri Rama membunuh Sultannya sendiri walaupun akhirnya dia juga harus mati karena lemparan keris Sultan Mahmud di ujung ibu jari kakinya ….Saya pikir cerita ini lebih tragis dari Amok Hang Jebat yang melibatkan intrik persahabatan, percintaan ... Ini adalah  pembelaan atas istri nya .... atas pengabdiannya pada raja yang Dzalim..... sebuah keadilan ..... Saya jadi ingat negara saya tecinta Indonesia Raya ......

Hal ini juga yang mengawali terpecah belahnya Suku Laut.

Karena Orang Laut menolak mengakui wangsa Bendahara yang naik tahta sebagai sultan Johor yang baru, karena keluarga Bendahara dicurigai terlibat dalam pembunuhan tersebut. Ketika pada tahun 1718 Raja Kecil seorang petualang Minangkabau mengklaim hak atas tahta Johor, Orang Laut memberi dukungannya. Namun dengan dukungan prajurit-prajurit Bugis  Sultan Sulaiman Syah dari wangsa Bendahara berhasil merebut kembali tahta Johor. Dengan bantuan orang-orang Laut (orang suku Bentan dan orang Suku Bulang) membantu Raja Kecil mendirikan Kesultanan Siak setelah terusir dari Johor.

Pada abad ke-18 peranan Orang Laut sebagai penjaga Selat Malaka  untuk Kesultanan Johor-Riau pelan-pelan digantikan oleh suku Bugis.

Kematian? Kenapa lagi semuanya harus berakhir dengan yang namanya Mati?.

“Karena memang tidak ada yang abadi di dunia ini Nda”.  Katamu saat itu. Termasuk sumpah bahwa keturunan Laksamana Bentan dilarang untuk menginjak Kota Tinggi atau johor Lama. Yang melanggarnya maka akan muntah darah. Ah … seandainya saya keturunan Laksamana saya akan langgar kuntukan itu ……!!!!

Dan dalam perjalanan 2 minggu saya di jawa saya tetap berusaha mencari data tentang peristiwa itu. Sejarah atau hikayat? Entah lah ….. tapi saya menemukan sebuah data bahwa Megat Sri Rama meninggal pada 29 Oktober 1698 setelah menikam Sultan Mahmud Syah pada 23 Oktober 1698.  Itu tandanya ada jeda 1 minggu antara pembunuhan Wan Anom dan matinya Sultan Mahmood.  Dan satu lagi, makam Laksamana Bentan dan Istrinya Wan Anom ada di Kompleks Makam Kampung Kelantan. Malaysia? Apakah ini sejarah? Atau sekedar sebuah hikayat? Dan sepertinya saya tidak mempunyai ilmu yang berkompeten untuk menentukan apakah ini sejarah, hikayat atau hanya sebuah kisah? Saya hanya menikmatinya saja …….

Raa…. Kamu itu orang Indonesia, kenapa juga harus peduli dengan Melayu yang notabene punya Malaysia.  Sebuah pesan masuk ke inbox Fb saya …… Saya tertawa…. Saya hanya membalasnya, “Apa kamu lupa Bahasa Melayu itu adalah induk dari bahasa Indonesia? Atau mungkin kamu pura-pura bodoh dengan melupakan sejarah? Indonesia atau tidak Indonesia diriku tidak di dasari dengan kecintaan  saya pada melayu. Indonesia itu bukan hanya Jawa bung!!”
Dan akhirnya saya harus menyelesaikan perjalanan backpacker saya 1 minggu lebih cepat.  Alasannya sederhana, karena saya harus kembali ke Batam untuk bergabung bersama sahabat-sahabat saya di Batam Bisa Production. Hhhhmmmm …. Ternyata Bang Bur lebih kuat menyuruh saya pulang dari pada tanggung jawab saya kepada yang lain.

Pentas Bulan Mengambang di Kampung Tua Dapur 12.

Iya … saya telah mengalami proses kembali. Hasil itu penting tapi yang lebih penting bagi saya adalah proses untuk menuju hasil. Walaupun untuk pentas bulan mengambang kali ini saya tidak begitu banyak terlibat karena saya masih melewati proses tersendiri  dalam hidup saya. Dan itu alasan saya saya menuliskan

: lebih baik berpisah dengan rindu dari pada bersama dalam kejemuan

Saya tahu, saya mengerti. Dalam kehidupan terkadang ada sebuah kebosanan, dan mungkin itu juga yang kita alami. Bosan …. Lelah ….. masalah ….. semuanya menyatu yang membuat kita malas untuk beranjak dan bergerak. Atau pertanyaan sederhana, “apa sih yang kita dapatkan? Cuma capek, lelah, bersitegang, cemburu, marah dll” . Tapi bukan kah ada sebuah perasaan tenang dan puas saat kita berdiri bersama dan para penonton bertepuk tangan menikmati karya kita? Saling mengerti, saling menggenggam tangan, saling mengkuatkan, saling mengisi. Hal-hal sederhana yang membuat kita semakin dekat dan menjadi sebuah keluarga baru bukan?

2 minggu saya pernah merasakan kerinduan atas kebersamaan itu. 2 minggu saya  rindu dengan Bang Bur yang selalu menciptakan kalimat ambigu yang membuat saya selalu mengernyitkan kening dan memaksa saya belajar bahasa ilmu komunikasi. Saya kangen Kak Mona yang selalu menyediakan bahunya  dan  menjadi kotak rahasia saya  serta supplier tiket pesawat saya. Bang Jebat yang selalu membuat saya memonyongkan bibir karena selalu mengatakan bahwa saya adalah orang Jawa. Bang Aripin yang dalam diam nya selalu memberikan support dan mengatakan, “Kamu juga berhak bahagia Raa”. Bang Pardi yang selalu semangat walaupun dalam keadaan sakit dan saya belajar padanya untuk tidak mengeluh. Bang Rahmad yang selalu mengatakan bahwa perempuan itu luar biasa. Kak Icha yang dengan kelemah lembutannya membuat saya bertekuk lutut dan tidak bisa membantah.  Jun, Criminal Partnerku yang luar biasa. Arul yang selalu mengirimkan pantun walaupun saya tidak pernah saya balas.  Pak Sholeh dengan atribut cincin dan Sukarnoismenya yang cukup kuat. I Love u all. Kalian lah salah satu alasan saya kembali ke Batam.

Dan saya telah mengalami perpisahan saat saya rindu. Wakaupun mugkin kita pernah mengalami sebuah titik kejemuan dalam perjalanan kebersamaan kita.

Dan mari kita sama-sama melakukan perlawanan, pemberontakan yang terinspirasi dari mereka yang tergusur  dengan kerja keroyokan. Kata Bang Jebat , “Batam Bisa Production adalah nama yang kami pilih, kami membentuk komunitas ini sebagai tempat berkumpulnya orang yang ingin berbuat untuk Budaya Melayu” Walaupun saya bukan Melayu tapi sederhana, “Dimana Bumi Dipijak, disitu langit diJunjung”

Ahhh… saya bangga menjadi bagian dari kalian. Dan esok tanggal 7 Juli 2012 mari kita sama-sama menjaga lentera yang akan kita pasang di Kampung Tua Dapur 12 untuk menggelar kembali Pentas Bulan Mengambang yang ke 5 ….. Luar biasa …..

Walaupun nanti akhirnya kening kita akan berkerut dengan hitung-hitungan angka , nombok dan harus ijin kerja karena kelelahan yang luar biasa. Bukankah hidup itu harus bergerak kawan?

“Kenapa namanya Dapur 12 Yah?”
“Karena  di sana ada tungku .. atau dapur yang fungsinya untuk membuat arang”, katamu menjelaskan.
Seperti biasa saya selalu mengernyitkan kening jika tertarik dengan sesuatu.  “Tulislah …….” Dalam hati saya mengiyakan.

Ah ….. melayu selalu membuat saya jatuh cinta berkali-kali.


Tidak ada komentar: