4 Jul 2010

BU...AKU BUKAN ORANG ANEH KAN?

Bu...aku tulis surat ini dalam perasaan yang benar-benar kacau. Aku tidak tahu harus menceritakan pada siapa. Dan aku ingat kamu Bu.......Jika kau masih ada mungkin kau tau jalan keluarnya. Atau paling tidak kau merengkuh kepalaku dan membenamkannya dalam pelukanmu. Dan aku menemukan ketenangan disana. Ketenangan yang selama ini aku cari dalam perjalanan-perjalanan panjangku Bu!

Bu....aku cuma ingin tanya apakah aku ini adalah orang aneh? Mungkin kau akan tertawa mendengar pertanyaan yang aku ajukan. Aku serius Bu dengan pertanyaanku ini. Saat semua orang merasa tertarik ke ibu kota untuk mengejar mimpi-mimpi mereka, aku lebih suka menelusuri jalan-jalan kecil di kota kita. Merenungi perjalanan-perjalanan yang telah kita lalui. Mungkin mereka mentertawakan aku. Tapi jujur Bu...aku merasa sangat nyaman dengan kota kecil kita. Paling tidak aku bisa lebih sering mengunjungi pusaramu. Tidak untuk ibu kota yang telah membunuh ribuan mimpi orang kampung seperti aku. Bu....bukankah sebuah kesalahan jika aku tidak merasa nyaman tinggal di ibu kota?

Mengenai sebuah pernikahan. Maaf Bu...jika aku pernah menyesal dengan keputusan menikah. Bukankah kau tau jika posisi ku saat itu benar-benar di atas. Ya...pencapaian sebuah karier yang aku yakin aku masih bisa mencapainya lebih tinggi di dunia kewartaan. Tapi semua mimpiku hilang. Sebuah perjalanan panjang jurnalisku terbayar mahal oleh sebuah satus pernikahan. Apakah aku salah jika aku pernah menyesal dengan keputusanku. Aku tau Bu.....kau akan sangat marah dengan kejujuranku. Tapi santai aja.....aku sudah mulai bisa menerima dengan semua keputusanku termasuk menikah. (mungkin) aku sudah menerima dengan kehidupanku saat ini. Walaupun proses itu benar-benar sangat sulit dan makan hati dan makan perasaan. Dan aku bisa kembali bisa menjadi Raa. Matahari yang selalu kau banggakan. Nyatanya aku masih bisa survive kan Bu? Aku benar-benar merindukanmu Bu. Tolong Bu...yakinkah aku bukan orang aneh seperti pandangan semua orang, saat aku jujur bahwa aku pernah menyesal dengan pernikahanku. Tapi tidak untuk saat ini. Aku sudah menjadi perempuan dewasamu. 

Dan saat orang lain sibuk dengan kesibukan-kesibukannya. Aku lebih nyaman dengan catatan-catatan dan buku-buku yang dianggap orang lain adalah kesibukan yang aneh. Saat aku terpojok dan membuka buku-buku aku selalu melihat pandangan aneh dari orang-orang sekelilingku. “Kutu buku”. Mereka selalu menyebutku seperti itu. Padahal aku tidak berkaca mata tebal. Aku hanya suka membaca buku itu saja kok. Entah itu di kereta. Di trotoar. Saat makan direstoran. Saat di rumah orang atau bahkan di kamar mandi. Apakah itu salah Bu...apakah itu aneh. Tidak kan? Tolong yakinkan aku Bu! 

Dan saat ini Bu! Orang lain semakin memandang aku aneh. Ya.....dengan semua fasilitas yang sekarang ini aku dapatkan. Entah kenapa aku merasa tidak nyaman. Ah.....ini bener-bener aneh. Rumah tingkat dua dengan semua kamar full AC. Yang terletak di tempat paling eksklusif di wilyah Batam. Mobil pribadi yang siap di gunakan selama 24 jam. Dan semua fasilitas lainnya. Tapi kenapa ada yang kosong di sisi lain jiwaku Bu....
Saat aku ceritakan perasaanku padanya, dia hanya bilang, “Orang yang aneh. Dapet fasilitas kok malah nggk seneng”. Yah....biarlah Bu! Mereka menilai aku aneh. Tapi aku lebih nyaman dengan kebebasanku. Kebebasan untuk menelusuri jalan-jalan becek. Bertransaksi di pasar-pasar tradisional. Minum kopi di trotoar atau warung kecil di pinggir jalan. Teriak-teriak baca puisi atau teater dengan para seniman. Melakukan pelayanan di panti asuhan, di rumah sakit atau di yayasan sosial.  Ngbrol dengan sopir-sopir angkot atau pun tukang becak atau bahkan mengunjungi tempat-tempat prostitusi sambil berbagi beban dengan mereka. Bukan dengan berkunjung dari satu mall ke mall yang lain. Mengikuti acara-acara yang mempunyai prestise cukup tinggi. Menjadi bagian dari kaum sosialita yang selalu dipanggil dengan kata "Ibu" dengan segala santun. Aku muka Bu! dengan segala kemunafikan yang ada di depan aku. Mereka bilang aku adalah orang yang tidak bisa bersyukur. Sudah tinggal di tempat yang nyaman masih saja menuntut yang macem-macem. Jujur Bu...aku nggan nuntut macem-macem kok. Aku cuma ingin berbagi. Itu saja kok. Kalau pake istilah Bung Karno. Berbagi dengan orang-orang Marhaein. Ah......orang akan semakin memandangku aneh jika aku menggunakan kata Marhaein. “ Kamu terlalu berlebihan Raa!”

Satu lagi Bu! Kau sejak dulu mengajarkan aku untuk jujur, apa adanya dan memegang teguh prinsip dan harga diri. Tapi kenapa Bu! Aku selalu terbentur dengan sebuah ketidak nyamanan dengan apa yang aku lakukan. “ Jaman gini. Kalau kamu hidup dengan prinsip dan harga diri kamu nggk mungkin bisa hidur Raa”
Apa iya? Apakah seperti itu Bu? Bukankah ibu yang mengajarkan aku ini semua. Bu....kenapa saat aku jujur banyak yang tidak menyukai kejujuranku? Kenapa saat aku memegang prinsip dan harga diriku banyak orang yang terganggu? Apakah aku terlalu keras kepala? Apakah aku terlalu emosional? Apakah aku terlalu egois dengan semua pemikiranku? Dan akhirnya mereka semakin memandangku aneh? Tolong Bu...jawab semua pertanyaanku? Aku benar-benar tidak tau lagi pada siapa aku mempertanyakan semua ini. Saat aku ingin berjalan dalam satu garis lurus, aku selalu ingat dengan mu Bu. Dengan Tuhan kita. Tapi semuanya tiba-tiba menjadi nol saat kesibukan duniawi menjadi jawaban dari semua pertanyaan-pertanyaanku.

Bu....apa yang harus aku lakukan? Bersembunyi? Berlari ke wilayah Baduy atau ke Sei Guntung untuk mencari ketenangan? Nanti mereka anggap aku melarikan diri dari masalah? Tidak Bu...aku bukan seorang pecundang! Aku sendiri juga heran? Jika mereka menganggap ini masalah aku malah mempertanyakan masalah yang mana? Entahlah bu...kalau aku terlalu berani untuk menceritakan konflik batin yang saat ini aku alami aku yakin akan banyak orang yang terluka. Banyak orang yang merasa tidak nyaman dengan kejujuranku. Tolong Bu...yakinkan aku dalam pilihan hidupku. Meninggalkan semua kemewahan untuk mencari sebuah ketenangan. Ketenangan seperti yang aku dapatkan saat kau memelukku dalam dadamu. 

“Kamu adalah Matahari,Raa. Kamu adalah perempuan kuat. Dalam kelemahanmu kau punya kekuatan”
Aku akan selalu ingat kata-kata itu Bu. Aku akan tetap dengan Tuhan dan prinsip-prinsip yang kau ajarkan padaku. Biarlah mereka menganggap aku aneh. Karena aku memang orang yang aneh. Asalkan kau dan Tuhanku tidak menganggap aku aneh. Aku mencintaimu Bu....dengan segala kekuranganku. Dengan segala ke-aneh-anku. 

Catatan ini aku persembahkan pada Ibu
Pada Hujan yang mendinginkan Matahari
Pada sebuah masa depan
Pada sebuah perjalanan yang masih belum ku temukan titik akhir

6 komentar:

Latifah hizboel mengatakan...

Yakinlah, tidak ada yg aneh pada dirimu, karena masing orang memiliki prinsip yg berbeda termasuk dirimu Raa.

Hanya saja waktu yang masih membuatmu mencari2, mungkin mencari jati diri. Kau adalah matahari, betul kata ibu mu, sinarnya matahari akan selalu menerangi semua umat manusia dimanapun berada, seperti halnya dirimu yg selalu menerangi setiap orang yg berada disisimu. Dengan keperibadianmu dari sosok yang tangguh.

Akupun merindukan sinarmu itu, ditlpn susah dismsm ga dibalas kemana dirimu ....huuuuh...:(

aura keyboard mengatakan...

Ada ruang di akhir 1/3 malam, curhatlah pada Allah! Semoga hati menjadi damai dan memancarkan aura kebahagiaan! Semangat Sobat!

yansDalamJeda mengatakan...

“Kamu adalah Matahari,Raa."

Wahyu mengatakan...

Aku akan tetap dengan Tuhan dan prinsip-prinsip yang kau ajarkan padaku IBU .... renungi saja kalimat itu.

darmantomuat mengatakan...

Liku2 kehidupan akan semakin berkelok jika kita berhalusinasi untuk berkelok... Anggaplah semua jalan lurus meskipun kenyataannya ia berkelok hanya sekedar agar kita merasakan nikmatnya perjalanan ini... Dunia dengan segala isinya bukanlah tempat tinggal kita yang abadi. Ia hanya persinggahan menuju terbukanya ruang yang kekal, bukan fana dan akan hancur. Bersabar dengan segala yang ada adalah suatu kebijaksanaan, itu pun bukan dianggap sebagai kemunafikan. Karena kita ada masanya, dan masa itu pasti akan menjumpai kita.. Tenang, jalani dengan penuh keceriaan, nikmatilah..karena sesungguhnya DIA sedang memberikan jalan yang terbaik untuk dikau Ra, meskipun dikau belum mengerti mana sisi terbaiknya...

salam,
Pintu-Nya selalu terbuka untuk hamba-hamba-Nya..

Anonim mengatakan...

ya mbak...mank terkadang ga' selama indah menurut orang indah juga menurut kita.....