11 Mar 2010

SURAT PADA Y (4) : HARI ITU KUBERPALING PADA SENJA

Tak pernah terbayangkan untuk menemui mu (kembali?). Atau memang kita tak penah ditakdirkan untuk bertemu. Hingga suatu saat sang waktu yang angkuh menemukan kita. Ya….sang waktu yang mengatur pertemuan kita dibantu dengan sang Senja.


Senja yang kita bicarakan berhari-hari dari pandangan kita sendiri-sendiri. Kau memilili senja dan aku juga memiliki senja. Senja masing-masing yang begitu indah. Tapi kau tahu Y…….senja di hari itu adalah senja yang paling indah. Seperti katamu, bukan karena senjanya. Karena proses senja semuanya sama, cahaya matahari meremang dan kemudian hilang di telan keegoisan yang bernama malam. “Senja ini indah karena aku menemanimu”, katamu tergelak. Aku cuma tersenyum dan mengiyakan pernyataanmu dalam hatiku. Ya….dalam hatiku. Aku berteriak bahagia. Bahagia yang tulus, bukan kebahagian semu yang selama ini aku dapatkan. Ah….tak perlu jauh-jauh aku mencari kebahagian. Karena kebahagian itu ternyata ada di sini bersama denganmu. Dengan kesederhaanmu. Tak peduli apa yang kau kenakan. Apa yang kau pikirkan. Dan apa yang ada dalam hatimu.

Menikmati senja dengan secangkir kopi. Kau tau……..! aku sering lakukan itu tapi sendirian mungkin hanya ditemani dengan beberapa buku yang kau akui tak pernah kau baca. Tentu saja kau tak pernah membaca karena aku yakin hidupmu tak sendiri. Hidupmu penuh kawan, penuh sahabat, penuh keluarga yang mengerti. Sedang aku. Hidup dalam kesendirian yang memaksaku untuk membunuhnya dengan membaca buku. Dan kali ini, impianku ini menjadi nyata. Bahagiaku saat itu seperi kebahagian masa kecilku saat ayahku pulang ke rumah sambil menjanjikanku ke toko buku. Aku berteriak-teriak bahagia, jingkrak-jingkrak. Tapi tidak mungkin aku lakukan itu di hadapanmu karena kini aku bukan lagi anak-anak kecil, tapi wanita dewasa yang mungkin terlalu lelah memendam mimpi. Aku bahagia…..benar-benar bahagia Y. Kau menemaniku menikmati senja dengan secangkir kopi capuccino di alun-alunmu walaupun kau lebih memilih segelas jus tomat. Aha…..apakah untuk mentralisir nikotin dalam tubuhmu? Entahlah…..tak penting bagiku. Karena yang terpentig adalah senja ini aku bersamamu dengan secangkir kopi kegemaranku.

Apakah kau menyadarinya, atau pura-pura tak menyadari jika aku benar-benar menikmati senja itu sambil menikmati setiap senti tubuhmu yang selama ini hanya dalam mimpiku. Rahangmu yang masih tertarik tegas. Lekuk matamu yang berada jauh dalam rongga. Dan bibir mu yang sedikit menghitam karena perpaduan nikotin dan kafein serta postur tubuhmu serta saat kau menggerakkan jemarimu yang bisa dikatakan lentik untuk ukuran laki-laki dengan ujung kuku yang menghitam karena kebiasaanmu menjepit batang rokok dan ternoda oleh nikotin. Aku suka itu……mengingatkan pada ayahku. Terlalu naïf jika aku mengatakan itu tapi itulah kenyataannya. Seperti mimpku, aku menemukan telaga ketenangan yang sama di dua matamu. Y…..aku rasa aku kembali jatuh cinta padamu.

Kau tahu…sebenarnya aku ingin berada dalam pelukanmu untuk sekedar merasakan kehangatan yang selama ini tak kutemukan. Sedikit merebahkan kepalaku di dadamu untuk meletakkan sedikit bebanku yang terlalu berat dan menumpahkan segala perasaanku padamu yang tak pernah sempat teruang dalam tulian-tulisanku. Tapi aku tau diri dalam posisiku. Aku bukan siapa-siapa.Aku hanya sang pengagum dan sang pemuja yang benar-benar telah jatuh cinta. Apalagi dengan statusku. Status……? Masih memperdulikan sebuah status yang tak pernah membuatmu bahagia Raa?. Entahlah…….hingga senja itu berubah malam dan turun hujan yang memaksaku untuk meninggalkanmu.

Ya…..sang waktu benar-benar egois. Mempertemukan kita dan juga memaksaku untuk meninggalkan mu dalam derai hujan. Dan aku sudah memperkirakan itu sebelumnya dalam tulisan-tulisanku tentang hujan. Bukankah perjalanan hidup kita ditentukan oleh pikiran kita. Shittttt! Aku benci saat-saat itu. Hujan turun membasahi separuh badanku dan sang waktu menghempaskanku dalam sebuah taxi untuk meninggalkanmu hanya dengan ucapan terima kasih. Y…..aku berharap saat itu kau mengatakan, “Jangan pergi Raa……aku masih menginginkanmu untuk tinggal disini”. Aku berharap kata-kata itu keluar dari bibirmu yang gemetar, mungkin kedinginan karena hujan. Tapi kau hanya diam. Padahal jika kau katakan itu, maka aku akan keluar dari taxi ini membunuh waktu, meyobek selembar karcis ini dan lebih memilih menemanimu menikmati rinai hujan sambil langsung mengatakan padamu jika aku benar-benar mencintaimu secara nyata bukan maya. Tapi kau tetap terdiam, pandanganmu kosong. Apakah kau menyembunyikan perasaanmu sendiri dan aku melihatnya dari balik kaca meninggalkanmu seorang diri dalam rinai hujan dan kau tak pernah tahu jika aku meneteskan air mata di perpisahan malam itu itu. Y…..aku benar-benar jatuh cinta padamu.

Y……kau seperti ayahku yang pernah mebuatku bahagia dengan menjanjikan ku pergi ke toko buku, walaupun akhirnya ayahku tak pernah kembali untuk memujudkan janjinya itu. Tapi paling tidak aku pernah merasakan bahagia karena sebuah janji meski kau tak pernah berjanji padaku untuk mencintaiku. Entahlah…..biar sang waktu yang menjawab semua perasaan ini saat sebuh gairah terus membuncah lewat tulisan-tulisanku.

Dan catatan kecil ini aku buat dalam perjalananku dengan sebuah kereta yang membawaku dalam peradaban yang menjemukan. Dan satu malam penuh aku tak mampu memejamkan mata. Entah……..otak dan hatiku sedang betautan memikirkan tentangmu. Apakah kau memikirkanku? Saat kereta ini kembali membawa ke kehidupan nyata yang membuatku benar-benar dalam penjara. Ples Y……..tolong keluarkan aku dalam penjara itu.
Salahkah jika perempuan jatuh cinta ? salahkah jika aku mencintaimu ? salahkah aku berharap jauh padamu ? dan aku tau jawabannya! Salah!!!!! Tapi jika satu pertanyaan lagi! Salahkah aku untuk mencari kebahagian? Entahlah……karena aku telah jatuh cinta untuk kedua kali padamu. Dan senja itu aku berpaling pada senja!

Pertemuan……..senja…….secangkir kopi……..hujan…….perpisahan…….dan kereta! Sebuah kisah yang menjadi nyata!

Catatan kecilku tentang sebuah perjalanan
Kupersembahkan pada Y, senja dan alun-alunmu yang penuh cerita serta handphone yang sama
Bukankah sebuah kebetulan?
Apakah aku berhak kembali kesana?
Semoga!

7 komentar:

Ivan Kavalera mengatakan...

Senja, secangkir kopi hmmmm, aku banget..

catatan kecilku mengatakan...

Deskripsi tentang Y yang cukup detil, sehingga rasanya aku melihatnya berdiri di depanku mbak.

the others mengatakan...

Dari sebuah perjalanan.., mbak Ira selalu mampu menghasilkan goresan yang indah.

duniaira.blogspot mengatakan...

@IvanT : ivant banget.....hiks! kita mempunyai kebiasaan yang sama Kopi dan senja! ira bangettttt!!!!
@ Mbak reny: hehehehehehe.....tapi raut wajah Y bisa dilihat nggak mbak! sempat mau tak upload fotonya tapi katanya haram hukumnya!!! hehehehehehe........entah kenapa mbak, Sang Y selalu memjadi inspirasiku ....

ceritatugu mengatakan...

inyong sekarang dah ngga minum kopi, ngga seperti dulu baik pagi atau senja selalu minum secangkir kopi

Thariq mengatakan...

nggak salah mbak...setiap orang berhak mencari kebahagiaan, siapapun dia, apapun dia dan bagaimanapun dia...
semoga segera keluar dari penjara rutinitas dan kembali menikmati senja dengan orang tercinta mbak

duniaira.blogspot mengatakan...

@ cerita tugu: kenapa pak? kafeinnya jahat ya? hehehehehe ganti aternatif pake teh aja Gimana?
@ Alrezamittariq: semoga...walaupun sulit! hiks....