29 Jan 2010

LIPSYNC : SAATNYA POSISI PENYANYI DI PERTANYAKAN


Berkali-kali aku datang di acara musik, baik itu konser besar maupun acara rutin harian. Musik selalu ada dalam langkahku, walaupun aku bukan seorang penyanyi. Aku sadar diri. Jangan untuk menyanyi, mengucapkan Bismillah saja sudah terdengar sangat fals. Tapi ada satu yang fenomena yang menarik sekaligus memalukan yang muncul di kalangan penyanyi. LIP SYNC!!!


Lipsync yang menurut wikipedia adalah a technical term for matching lip movements with voice. In the case of live concert performances lip-synching is generally considered controversial although in many instances it is required from a production standpoint to ensure quality for broadcast or a performer may be harmonizing with their own vocals. Sebuah kontroversi yang membudaya di kalangan penyanyi. Dan aku menulis catatan ini menggunakan sudut pandangku. Sudut pandang seorang Ira, bukan seorang penyanyi tapi hanya penikmati seni.

Lip sync adalah kependekan dari Lip Synchronization. Secara harfiah dapat diartikan penyanyi hanya menggerak-gerakkan bibir sesuai dengan musik yang sudah di Play back. Dengan menjamurnya acara bertema musik di layar kaca, budaya memalukan ini semakin meraja lela. Bukan hanya saat on air di studio, bahkan pada saat konser pun ada yang menggunakan Lip sync. Aku mengatakan budaya memalukan, karena Lip sync merupakan pembohongan publik. Liat saja, penyanyi China didenda hampir 100 juta karena selalu lip sync setiap penampilannya. Hhhmmmmm kasihan sekali rakyat Indonesia. Sudah di bohongi oleh pemerintah dan mereka juga tak sadar di bohongi oleh para artis yang mereka puja.

Ada yang mengatakan, seorang penyanyi Lips Sync hanya karena alasan tekhnis untuk mengurangi kesalahan dibandingkan Live. Hahahaha....aku tertawa saat membaca alasan itu. Bukannya semua pekerjaan ada resikonya termasuk resiko sebagi seorang penyanyi yang tampil live. Kesalahan atau sebuah ketakutan? Ketakutan tiba-tiba listrik mati? atau microphone mati? alasan yang di buat-buat. Kenapa aku berani mengatakan ini. Karena aku (awalaupun tidak bekerja) tapi berada di lingkungan sebuah vendor sound sytem yang sering digunakan alam acara-acara konser. Para pekerjanya solid. Mereka adalah ”laskar” tekhnis musik yang siap untuk mengamankan sebuah kesalahan tekhnis. 
mereka di balik "suara" sebuah konser

Ada juga yang sengaja mengatakan Lip Sync untuk menghemat waktu karena proses cek sound yang lama dan rumit. Hmmmmm......kembali alasan yang sengaja dipaksakan. Bukannya mereka bekerja sebagai ”penyanyi”. Seperti halnya wartawan. Sebuah berita tayang dengan melewati berbagai proses. Dan sebagai penyanyi yang profesional seharusnya juga melewati proses itu. Jika lelah untuk cek sound, bukankah mereka punya kru khusus untuk cek sound. Jika masih merasa ribet untuk melakukan sound system, bukannya mereka bisa menggunakan tekhnik “karaoke”-an atau lebih dikenal dengan istilah Minus one. Sedikit lebih terhormat dibandingkan Lip Sync.

Masih ada yang menyangkal, Lip sync di lakukan karena suara penyanyi serak dan habis karena nyanyi terus-terusan. Waduh....jika boleh mengambil istilah, ini adalah meng”onani” sebuah alasan. Mereka telah memutuskan menjadi seorang penyanyi. Dan dia pasti memahami sejauh mana kemampuan suaranya. Biasanya para penyanyi yang sedang ”in”, biasanya langsung ambil semua job. Serakah! hingga membohongi public dengan Lip sync. Lebih baik menjaga “nama baik” dengan lebih selektif memilih job. Contoh kecil. Ada tamu di rumah kita dan dia suka sekali dengan Mie. Dengan alasan menyenangkan sang tamu, kita selalu menyuguhkan menu Mie tiap detik, tiap jam tiap waktu. Bisa-bisa sang tamu langsung muntah di depan mie yang kita sajikan. Istilah Aji Mumpung yang selalu di kambing hitamkan. Intinya jika tidak sangup menyanyi karena alasan sakit atau lelah lebih baik di batalkan dari pada melakukanpembohongan publik.

Tapi saat aku diskusikan kasus Lip sync dengan ”sound man” dia memberikan sedikit pandangan jika tidak sedikit stasiun televisi ”yang memaksa” yang penyanyi untuk melakukan lip sync untuk menghemat biaya tekhnis dan juga akomodasi. ”Kalau secara kerja kita lebih ringan karena piranti musik hanya sebagi properti, tapi kurang fun karena tidak ada inteaksi antara penyanyi dan penonton sehinga penampilan terasa mati”, jelasnya padaku. Hhmmmmm sound man saja bisa berpikir seperti itu, padahal mereka yang bertanggung jawab atas kelancaran ”suara” dalam penampilan. Waduh.......Kalau masalah bayaran yang berbeda antara penyanyi Live dan Lip sync aku tak bisa menjelaskan. Namun seyogyanya ada sebuah idealisme antara stasiun TV dan manajeman penyanyi untuk tidak lagi membohongi publik dengan budaya lip sync

Bagiku seorang penyanyi yang Lip sync tidak mempunyai rasa percaya diri sehingga tidak pantas untuk dipuja. Di beberapa acara musik televisi, baik itu band baru, band lama bahkan sekelas Diva masih saja lip sync.Dan herannya lagi....para penonton juga tetap histeris menyaksikan penyanyi favoritnya lip sync. Aku jadi bertanya-tanya, mereka datang untuk menikmati musik atau hanya melihat wajah ganteng dan cantik. Entahlah.....
Apalagi pada saat konser!
Pernah suatu saat aku melihat salah satu penampilan band baru yang digawangi anak musisi dengan vokalis cewek secara live di sebuah acara remaja yang di gelar di daerah Senayan. Gilaaaaaaa.....suaranya hancur banget!!! Bahkan untuk menutupi malunya ia sering mengarahkan microphone ke arah penonton untuk di ajak bernyanyi sambil bersembunyi di belakang pemain keyboard. Kalau seandainya aku tak punya etika, ingin kulempar sandal saja untuk menghentikan permainan mereka. Teriakan huhhhh..... mengiringi selama mereka performence. Dan ternyata beberepa minggu ini aku kembali lihat mereka main secara live di televisi acara sebuah bank. Dan masih tetep sama dengan suara hancur. Hingga akhirnya band mereka masuk di sebuah infotainment dengan berita kualitas suara yang tak bagus. Dan sang penyanyi hanya bilang, ”No coment”. Oalah...mungkin itu alasan kenapa sang vokalis selalu lip sync di awal kemunculan band ini dan  sang vocalis selalu menolak di suruh nyanyi secara langsung oleh host.

Atau Lips sync merupakan imbas dari ” efek aji mumpung”. Contoh kecil, Kyai jadi politikus, pelawak jadi anggota dewan. Gimana tidak kacau aturan kalau mereka berada pada jalur yang bukan jalurnya. Tanya saja anggota dewan yang ”bukan” dari kalangan politisi? Aku yakin mereka tidak akan pernah paham dengan atuan di dewa, Sekarang mana ada artis yang duduk di ajaran pansus Century kecuali satu orang yang berdiri di persimpangan antara pengacara dan bintang sinetron (opsss...kok jadi lari ke kasus Century Halah...). Host menjadi penyanyi, pemain sinteron jadi penyanyi, pelawak jadi penyanyi bahkan yang gagap pun sekarang juga menyanyi. Hanya dengan modal tampang, ketenaran, berakting di atas panggung sambil menggerak-gerakkan bibir mereka sudah di bayar jutaan.  Ternyata mereka hanya makan gaji buta....! lalu apa bedanya dengan nonon video klip atau mendengarkan lewat kaset. Halah.....
 
Kalau foto ini aku ambil saat mereka bener-bener live entah di tempat lain


Sekarang coba kita bandingkan dengan penyanyi-penyanyi jaman dulu seangkatan Broery P, Titik Puspa, dan kawan-kawannya. Merekalah penyanyi sejati yang benar-benar mempunyai karakter kuat dan tentunya dengan melewati proses alami. Bukan seperti sekarang, baru bia mengucapkan do re mi sudah membuat single dengan modal uang, tampang, ketenaran dan ”penyalah gunaan” tekhnlogi. Alhasil tetap saja kembali ke lip sync.
Buat anda yang kontra saya tidak akan menutup mata dan mengajak debat kusir Karena ini hanyalah pandangan seorang Ira. Tidak harus menjadi presiden untuk mengkritik presiden, tidak harus menjadi sastrawan untuk mengkritik sebuah karya sastra. Dan bukan harus menjadi musisi untuk mengkritik musisi. Karena kita adalah penikmat musik sebuah bentuk dari apresiasi seni. Dan catatan ini adalah sebuah kritikan bukan sebuah penghinaan. 
 
Belajar tapi tak pernah bisa....akhirnya hanya bisa menikmati "suara"
Catatan ini aku persembahkan kepada Sound man-ku
Laskar-laskar tekhnis dan juga musisi-musisi Indonesia
Say no to Lip sync




18 komentar:

ceritatugu mengatakan...

O...Kalau gitu inyong dibohongi oleh para penyanyi to, berarti ngga bener-bener profesional ya

Hendriawanz mengatakan...

Dari dulu aku tidak nyaman dengan Lips sync.
Bukankah listrik mati, microphone mati, suara serak karena tidak fit, bukankah itu juga kita nikmati? Mengapa kriteria "kenikmatan" sebuah acara live harus di persempit, dibatasi secara sepihak? Analog dengan tumbuhan plastik yang indah, tidak perlu air, tetapi tetap saja tidak wangi dan segar.
BIarlah apa adanya, jika memang belum mampu membuat nyaman kuping pendengar, memang artinya belum waktunya utk berada disitu.

Btw, maaf mb, kupinjam catatanmu di postinganku..:)

Anonim mengatakan...

Sepertinya tradisi begini karena pengaruh kemajuan teknologi jg,cb skali2 tanya sm Tim broadcast di stasiunTv,mrka jg punya alasan sendiri...contoh pengalamanku sm STAY band, prnh tampil disLh1 acara tv,pihak mrka mnta kita playBack,dan kt maksa untuk perform live (karena kt merasa hebat nih)..dan mrka ttp gk bs mengubah konsep yg sudah mrka buat,,malah kt dimarahin.
jgnkan di'indonesia..sekelas M.J aja performnya ada lipsync jg,krn prtimbangan teknis dan alasan2 itu ada bnernya mgkn.
Tp tetep,,, dr semua kemampuan brpikir orang,beda2,dan pasti kita bisa ambil kesimpulan negativ atau positiv,pro atau kontra..
nah terserah dr sudut mana anda2 berpikir dan menganalisa,Negativ kritis..atau Positiv yg bijaksana???
Hayooo....
kalo aku Lipsync sih malu,tp kLo trpaksa ya apa boLeh buat.
dan kyanya ini gk ada hubungannya sama pemerintah deh mbak?¿

Joko Sutarto mengatakan...

Lipsync kalau menurut saya sah2 aja, sejauh dengan catatan: Memang karena kurang PeDe dan atau memang tidak bisa nyanyi beneran dan yang penting, bukan untuk tujuan komersial. Lipsync juga masih bisa ditolerir kalau tujuannya untuk lucu2an atau melawak.

sibaho way mengatakan...

ini efek industri dengan persaingan era american wrestling. aturan diabaikan, yang penting menang dan: duit!

selama demand masih kuat, supply akan gila2an dengan berbagai cara. sebenarnya kembali ke masyarakat, mau gak mengkonsumsi tayangan seperti itu.

dan tulisan ini bisa jadi salah satu tool yang memberikan pencerahan kepada masyarakat :)

Fanda Classiclit mengatakan...

Yang penting adalah kemampuan asli si penyanyi. Kalau dia menggunakan lip sync karena ketidakmampuannya, itu yang namanya kebohongan publik. Tapi kalau dalam keadaan darurat mungkin OK aja ya. Aku sih tak terlalu ngerti dunia broadcasting. Tapi memang banyak penyanyi (karbitan) yg kalau nyanyiin lagunya sendiri bagus, tp begitu disuruh nyanyi sembarang lagu, jd belepotan. Notnya aja ga pas, piye iki??

Kabasaran Soultan mengatakan...

Renyah ditelinga dan enak dimata ..
inilah sebenarnya pangkal persoalannya yang ditangkap dengan cerdas oleh dunia industri.

nice sharing

HB Seven mengatakan...

sepakat....mbak buat apa lipsync...mendingan live...seperti halnya sekarang di acara tv rata-rata lipsink semuanya...nggak ada yang live...so profesonalitasnya dimana....nih........

nuansa pena mengatakan...

kadang tampak sekali gerak bibir dan tubuh mereka tidak sesuai dengan lirik dan musiknya, ternyata bukan kesalahan copy, ternyata ada yang dinamakan Lip Sync, semakin maju tehnologinya semakin marak penipuan, jadi ingin mendengarkan lagu-lagu lama!
Nice posting!

NOOR'S mengatakan...

Hmm..Lip Sync..!! saya jadi teringat kasus yang menimpa penyanyi AS, saya agak lupa namanya tapi kalau ngga salah Duo Milly Vanily. Kalau yang ini alasan bisnis, dua-duanya punya wajah yang bisa dijual tapi ngga bisa nyanyi & yang nyanyi orang lain yang tidak punya nilai jual dari wajahnya...kalau ngga salaaah !

Yunna mengatakan...

setuju...
aku juga gemes sendiri kalo liat penyanyi yang lip sync....

Desi Eria R. mengatakan...

Samaaaa banget.
Aku jg ga suka banget sama yg lip sync gitu.
Tapi emang kebanyakan skrg lip sync.
Katanya yg ga pernah lip sync tuh band GIGI, ga tau bener apa ga.
Kalo yg penyanyi baru lip sync terutama karena emang kualitas suara mereka yg ga seberapa kan?

Oya salam kenal mba, aku udah follow yaa :)

Unknown mengatakan...

setuju bangettt!
oh ya mba,aku pernah baca kalau penonton acara2 musik yang di tv itu pake penonton bayaran loh..mereka disuruh heboh sendiri di acara itu.
bukan acara musik ajah sih,..tapi juga acara2 lainnya kaya komedi dll.
nice post!

Hennyyarica mengatakan...

band keren, penyanyi cantik, ngedance nya jago..ga taunya nyanyi lipsync. bikin patah semangat

shasa mengatakan...

Selamat malam tante. Ini Shasa. Masih ingat?

ƒitri LaskarHijab mengatakan...

hohohoho
piet ga terlalu paham...
tapi mau corat coret...
salam ukhuwah ka....
KEEP POSTING.....

13ahar, mengatakan...

dunia ini panggung sandiwara,,,

realita tunggal Indonesia; dikuasai kemunafikan,,,,

Unknown mengatakan...

ya lihat sikon lha,boleh aja lipsync asal jgn tiap tampil lipsync