23 Des 2009

SAAT FILM "PEREMPUAN" BERJAYA

Lebih baik telat dari pada tidak sama sekali. Acara penganugrahan Festifal Film Indonesia 2009 memang telah usai di gelar pada 16 Desember 2009 lalu di Hall D1 Jakarta Internasional Expo Arena PRJ Kemayoran Jakarta Pusat. Walaupun mungkin FFI 2008 kurang "menggigit" tapi untuk tahun ini sedikit membuat aku merasa tertarik. Alasannya mungkin karena hampir seluruh film yang masuk nominasi adalah film yang pernah aku lihat. Namun yang membuat aku sedikit ber"bungah" adalah karena sebagian besar film yang masuk nominasi adalah Film yang bertemakan "perempuan". Sebut saja film yang berjudul, Rumah Maida, Emak Ingin Naik Haji, Identitas, Perempuan Berkalung Surban, Mereka Bilang Saya Monyet dan Ketika Cinta bertasbih 2. Ops....satu lagi yang menjadi film favoritku Jamilah dan Sang Presiden. Catatan ku kali ini aku tidak akan mereview film ini satu-satu tapi hanya sedkit berapresiasi pada film yang bertemakan perempuan. Untuk sedikit memberi info aku akan sertakan daftar nominasi dan pemenangnya. Pemenangnya sengaja saya beri tanda warna merah.

Nominasi Pemeran Wanita Terbaik:
Atiqah Hasiholan (RUMA MAIDA)
Aty Kanser (EMAK INGIN NAIK HAJI)
Leony (IDENTITAS)
Revalina S Temat (PEREMPUAN BERKALUNG SURBAN)
Titi Sjuman (MEREKA BILANG SAYA MONYET).

Nominasi Pemeran Pendukung Wanita Terbaik:
Ayu Pratiwi (EMAK INGIN NAIK HAJI)
Henidar Amroe (MEREKA BILANG SAYA MONYET)
Niniek L Karim (KETIKA CINTA BERTASBIH 2)
Widyawati (PEREMPUAN BERKALUNG SURBAN).

Nominasi Pemain Pria Terbaik:
Tio Pakusadewo (IDENTITAS)
Emir Mahiri (GARUDA DI DADAKU)
Reza Rahardian (EMAK INGIN NAIK HAJI)
Vino G Bastian (SERIGALA TERAKHIR)
Yama Carlos (RUMA MAIDA).

Nominasi Peran Pembantu Pria Terbaik:
Deddy Mizwar (KETIKA CINTA BERTASBIH 2)
Frans Tumbuan (RUMA MAIDA)
Mamiek Prakoso (GARUDA DI DADAKU)
Reza Rahardian (KING)
Verdy Sulaiman (RUMA MAIDA).

Nominasi Penyutradaraan Terbaik:
Ari Kusumadewa (IDENTITAS)
Djenar Maesa Ayu (MEREKA BILANG)
Hanung Bramantyo (PEREMPUAN BERKALUNG SURBAN)
Ratna Sarumpaet (JAMILA DAN SANG PRESIDEN)
Teddy Soeriatmadja (RUMA MAIDA)

Penata Musik Terbaik:
Aksan Syuman dan Titi Syuman (GARUDA DI DADAKU)
Djaduk Ferianto (JAGAD KALI CODE)
Aksan Syuman dan Titi Syuman (KING)
Bobi Suryadi (RUMA MAIDA)
Arge Swara (MERAH PUTIH).

Penata Suara Terbaik:
Edo Sitanggang (IDENTITAS)
Iwan Akbar dan Edo Sitanggang (EMAK INGIN NAIK HAJI)
Satrio B dan Jajang Muslim (JAMILA DAN SANG PRESIDEN)
Hikmawan Santoso (RUMA MAIDA)
Trisno dan H Santoso (SERIGALA TERAKHIR).

Nominasi Film Terbaik:
IDENTITAS
JAMILA DAN SANG PRESIDEN
MEREKA BILANG SAYA MONYET
PEREMPUAN BERKALUNG SURBAN
RUMAH MAIDA

Dan dari sekian Film yang masuk sebagai nominasi Film terbaik adalah IDENTITAS. Film ini menceritakan tentang kehidupan seorang perempuan muda (tanpa identitas) yang bekerja sebagai pekerja seks komersial untuk membiayai ayahnya yang di rawat di Rumah Sakit. Sedangkan di sisi lain, penjaga kamar mayat rumah sakit jatuh cinta pada perempuan tanpa identitas tersebut. Bahkan ketika perempuan itu mati karena penyakit kelamin, penjaga kamar mayat tetap mencintainya dan nekat mencuri mayat perempuan yang organ tubuhnya dijual. Mayat perempuan tanpa identitas pun tinggal di dalam rumah bersama penjaga kamar mayat. Hingga akhirnya penjaga kamar mayat membakar mayat perempuan temasuk rumah dan dirinya sendiri hingga mati.

Sayangnya saat aku liat Film Identitas sekitar beberapa bulan lalu hanya ada 6 orang di dalam satu studio bioskop! Padahal film ini sangat menarik dibandingkan film-film lain yang bertemakan horror nggak jelas dan mengumbar tubuh wanita. Halah....

Fim dan perempuan merupakan satu paket yang tidak bisa dipisahkan. Tapi jika kau berharap aku menulis film yang berkaitan dengan perempuan yang berbaju terbuka, hal itu tidak akan pernah terjadi. Karena aku lebih respek dapa fil-film yang bertenmakan perempuan. Dan kabar baiknya adalah, dengan bertambahnya perempuan yang terlibat di dunia film, penggambaran tokoh wanita bergeser ke arah yang lebih baik. Seperti film Pasir Berbisik (2001), Ca Bau Kan (2002), Arisan (2003), Berbagi Suami (2006), dan Perempuan Punya Cerita (2007). Temanya pun bermacam-macam mulai masalah ringan seperti arisan sampai masalah berat seperti poligami, perdagangan wanita atau kekerasan rumah tangga.

Budaya Patriarki yang masih kuat di kalangan masyakat, sosok perempuan dalam fim biasanya harus tampil sesuai dengan "kebutuhan" mata pria. Cantik, berwajah mulus dan cenderung Indo, serta berambut hitam panjang. Jadi merupakan hal kewajaran jika dalam perkembangannya film cerita cenderung dibuat dari sisi pandang kaum pria, termasuk penokohan cerita, unsur pria cenderung lebih dominan. Bahkan dibeberapa film, bukan hanya film-film lama tapi juga film-film baru tak jarang perempuan hanya menjadi objek seks saja. Dan hanya ada satu film yang pemerannya semua adalah perempuan, yaitu film Women (2008).

Sedangkan di Indonesia, pemeran perempuan sudah terlihat pada film Tiga Dara (1956) yang menceritakan Tiga Dara. Nunung, Nana, dan Nenny, cukup bikin pusing si nenek, pengganti ibu mereka yang meninggal dunia. Apalagi bapak pusing dengan urusannya sendiri. Di sekitar gadis itu muncul Herman dan Joni. Pertentangan pertentangan antara Nunung yang pendiam dengan Nana yang agresif berhasil ditanggulangi oleh si bungsu yang lincah, Nenny. Sampai awal tahun ’90 an, gerakan feminisme masih belum terlihat. Sosok perempuan hanya sebagai objek penderita. Film yang mengekspresikan seksualitas wanita, film esek-esek. Sekitar tahun 1993 sampai 1997, perfilman nasional didominasi judul-judul "menyeramkan" sebut saja Ranjang Cinta, Gairah Terlarang. Gejolak Nafsu, Selingkuh dan Kekasih Gelap yang semuanya mengeksploitasi tubuh peremuan. Tapi masih ada beberapa film nasional yang baik seperti film-film nominasi yang masuk ke Festifal Film Indonesia yang di adakan sejak tahun 1995. Seperti RA Kartini (1984), dan Roro Mendut.



Namun karakter perempuan semakin kuat di Film Ibunda (1986). Pasalnya sutradara mendukung karakter Ibunda dengan studi dan pemahaman yang baik tentang perempuan.


Ibunda (diperankan Tuti Indra Malaon) adalah janda priyayi yang selalu mengambil alih beban hidup anak-anaknya. Ia punya puteri sulung yang pengatur dan tidak disukai adik-adiknya; anaknya yang lain berpacaran dengan pemuda Irian; putra lainna menyia-nyiakan istri dan hidup bersama perempuan yang lebih tua dan banyak lagi masalah dalam kehidupannya di masa tua. Teguh karya Sang sutradara berusaha memotret seorang ibu yang kuat, tidak seperti karakter ibu yang biasa digambarkan dalam film seperti pintar memasak dan ngomel-ngomel. Dan film ini berusaha menunjukkan sisi psikologi dari seorang ibu dalam menyelesaikan masalah keluarga.


Tidak hanya dari dalam negeri. Film luar pun tidak lepas dari "jajahan" pria. Bahkan film Cleopatra (1963) yang jelas-jelas merupakan kisah tokoh wanita dan melambungkan Liz Taylor tetap di filmkan dengan perspektif pria. Namun sekitar tahun 1960-an Katherine Hepburn berani mendobrak stereotipe wanita dalam film-film Amerika sekitar tahun 1930-an yang konon wanita selalu dituntut untuk tampil ideal seperti mengenakan rok panjang. Penggunaan rok itu sempat diprotes oleh Katherine dan mengancam akan meninggalkan perannya. Akhirnya Katherine diperbolehkan menggunakan celana panjang dan jas safari. Sejak saat itu, film Amerika tidak hanya berisi perempuan yang menggunakan rok panjang. Selain itu film lain yang mengangkat isue perempuan adalah Pretty Women (1990). Dalam film ini, kita dapat mengetahui jika seorang PSK tak harus digambarkan sebagai wanita mata duitan, dan seorang Milyader nyatanya bisa memperlakukan PSK secara manusiawi. Kalaupun mereka besatu, bukan karena faktor uang ataupun faktor PSK melainkan karena faktor cinta.



Bicara tentang film perempuan aku jadi ingat film Cococ Before Chanel (Coco Avant Chanel) yang sempat aku lihat di Jakarta Internasional Film Festval awal bulan Desembe 2009 lalu. Film ini merupaan kisah hidup Gabrielle "Coco" Chanel sebelum menjadi tokoh penting dalam sejarah fashion dunia. Ia terkenal sejak menciptakan pakaian untuk perempuan yang memungkinkan pemakaianya untuk bergerak bergerak. Ia tinggal di panti asuhan di antar oleh Ayahnya setelah Ibu kandungnya meninggal. Kemudian Coco bekerja sebagai penyanyi penyanyi cafe yang mengalami godaan hidup. Bahkan dia juga mengalami konflik batin saat tinggal serumah dengan lelaki tua kaya raya namun juga mencintai seorang lelaki muda. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan lelaki tua untuk tingal bersama laki-laki yang dicintainya. Sayangnya, pemuda itu tewas sepulang dari melamar Coco.
Akhirnya Coco yang terkenal sebagai Chanel, memutuskan hidup sendiri dan tidak menikah hingga akhir hidupnya walaupun sukses mendirikan bisnisnya di bidang Fashion. Dan aku rasa jika kamu mempunyai sedikit "Jiwa" femisnis, aku rekomendasikan untuk menonton film yang bergenre Drama ini.

Kembali ke Film "Perempuan"!

Kalau Film di masa lampau sosok perempuan Indenesia selalu digambarkan sebagai perempuan lemah dan tidak bisa melakukan perjuangan dan selalu bergantung pada pria, sekarang sosok perempuan menjadi sosok yang jauh lebih mandiri dan independent, walaupun tidak harus digambarkan sebagai wanita super.

Kutipan dari Ketua Sinematik Indonesia Adi Pranajaya menguaraikan empat karakteristik film perempuan yaitu :

1. Mampu menggambarkan karakter wanita yang kuat

2. menyangkut persoalan wanita

3. Dapat melihat persoalan dari pola pikir wanita

4 Mampu menunjukkan penyelesaian onflik dari sisi wanita dan menggunakan prespektif wanita.
Selain itu, Film Perempuan itu Film yang tokohnya perempuan, tokoh utama protagonisnya perempuan, bercerita tentang masalah perempuan, dan tidak mengeksploitasi seksualitas atau keindahan tubuh wanita secara terpaksa. Film-film perempuan juga tidak selalu menengahkan ide-ide cemerlang dari seorang perempuan. Ketika sebuah film mengetengahkan kelemahan-kelemahan wanita juga bisa dikategorikan sebagai film perempuan karena dianggap mampu menginspirasi para wanita untuk menjadi lebih baik. Selain itu Film perempuan juga memberikan ruang, memberi jalan bagi perempuan yang ragu-ragu untuk memperoleh keyakinan atau bahkan sebaliknya, kelemahan perempuan yang digambarkan dalam film dapat menjadi tantangan bagi kaum perempuan untuk memiliki keinginan berubah. Seperti karakter dalam film Berbagi Suami, Pretty Women, Identitas dan Jamilah dan Sang Presiden.

Dalam film Berbagi Suami, kita bisa melihat berbagai kehidupan wanita dan pria dalam konsep ideal pasangan berumah tangga. Setuju atau setuju, ada alasan mengapa sosok dalam film itu berbagi suami. Ada berbagai persoalan yang timbul dari sikap tersebut. Dan penonton juga dipersilahkan menyetujui ataupun tidak untuk meniru tokoh ini. (dan aku tetap katakan tolak poligami!).

Sedangkan di Film Jamilah dan Sang Presiden (yang ceritanya mirip seperti Perempuan di titik Nol karya Nawal El) menceritakan. Di Film ini kita akan mendepatkan kisah yang mengharu biru tentang tokoh Jamilah yang menghadapi Traficing yang dialami adiknya, Dia aktif di LSM untuk mencari keberadaan adiknya yang ternyata mati di lokalisasi. Akhirnya Jamilah membunuh Sang Germo dan memutuskan untuk menjadi PSK kelas atas. Banyak pekebat-pejabat negara yang "menggunakan" nya. Hingga akhirnya dia berhubungan dengan seorang "menteri" hingga hamil dan menolak menikahi Jamilah hanya karena dia seorang PSK. Akhirnya Jamilah membunuh Sang Menteri hingga mengantarnya di dalam Penjara. Konflik batin juga dialami oleh Jamilah di dalam Penjara. Termasuk dengan Kepala Penjara Perempuan, Sipir, bahkan Pengacara Muda yang mencintai Jamilah. Hukuman Mati menunggu Jamilah karena desakan dari kelompok agama tertentu. Dan Jamilah memilih tiang gantungan sebagi bentuk mempertahankan harga diri bahkan menolak menandatangani pengajuan Garasi kepada Presient.
(pada akhir film aku sempat bertanya dalam hati, siapa kira-kira presiden yang muncul. Apa yang dikatakan Presiden? Apakah Preisen akan memberikan grasi pada Sang Jamilah. Fuich....ternyata hanya muncul siluet dan aku tak bisa menebak tokoh presiden yang digambarkan. Dan Sang President tidak melakukan apa-apa karena tidak ada surat pengajuan Grasi dari Jamilah sendiri). Waduh....kok aku jadi mereviw film ini ya. Sayangnya, seperti film Identitas! Hanya beberapa orang dalam hitungan tangan yang melihat film ini di Bioskop bersamaku.

Semakin bertambahnya perempuan di balik layar sebuah film, membuat penggambaran perempuan ideal versi pria semakin terkikis dan mengalami pergeseran ke arah yang lebih baik. Walaupun banyaknya wanita sineas Perempuan Indonesia belum cukup kuat untuk memperbesar porsi film perempuan dalam dunia perfilman. Tapi patut diacungi dua jempol, film perempuan sudah mempunyai perbedaan mencolok. Jika film umum sering kali muncul sesuai tren, film perempuan tidak bisa didikte oleh tren yang sedang bergulir. Karena Film perempuan keluar dari hati. Contohnya Film-Film yang masuk nominasi FFI 2009, adalah Film Perempuan yang mucul saat film bertemakan "hantu seksi" menggempur bioskop Indonesia.

Semoga Film Perempuan tidak akan pernah mati!!!

Catatan ini aku persembahkan pada perempuan-perempuan yang menuntut keadilan, sineas perempuan dan seluruh manusia yang merasa didrinya adalah "perempuan"!
(tapi untuk laki-laki yang tidak menganggap perempuan adalah kelas dua)

23 komentar:

Ivan Kavalera mengatakan...

Sineas-sineas perempuan dan bintang film perempuan memang hebat-hebat ya.

Ivan Kavalera mengatakan...

Idolaku di dunia film adalah bunda Christine Hakim.

kedai kopi mengatakan...

mengamankan posisi ke-3 heheheh

edi mengatakan...

Seperti Bang Ivan Untuk bintang film wanita idolaku Christine Hakim pesonanya tak kalah dengan yang muda-muda!
qi qi qi qi yang diulas film jadi lari ke idola.....selingan!
Bangkit Perempuan, Semangat!

RanggaGoBloG mengatakan...

semoga perfileman indonesia kembali berjaya.... merdeka.....

NOOR'S mengatakan...

Salut buat para wanita yang memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan perfileman Indonesia..

De mengatakan...

wanita-wanita perkasa, eh salah. wanita-wanita tangguh
hehehe...

Yunna mengatakan...

perempuan memang selalu hebat...

sibaho way mengatakan...

semoga perempuan tidak sekedar bumbu pemanis di dalam film :)

sibaho way mengatakan...

semoga perempuan tidak sekedar bumbu pemanis di dalam film :)

ateh75 mengatakan...

Perempuan indonesia semuanya hebat dan tangguh,termasuk ibuku.

HB Seven mengatakan...

memang top banget perempuan indonesia..

Bunda Alfi mengatakan...

Untuk menampilkan pos komentar di bawah postingan.Di pengaturan ,klik komentar dibagian Penempatan Formulir Komentar,tandai jendela munculan.

Semoga berhasil ya mba,mudah kok mba ^_^

reni mengatakan...

Mantap nih data yg disajikan...
Selama sakit kok masih bersemangat ngeblog ya mbak.. ?

ceritatugu mengatakan...

rupanya pemerhati film sampai datanya lengakap banget

TS Frima mengatakan...

posting menarik :)

akli ini cuma mampir sebentar.
salam kenal ya :)

REYGHA's mum mengatakan...

Wah mba Ira makin jago nulisnya nih....trims ya postingannya nambah pengetahuan, karena ngga pernah nonton film di bioskop kecuali film anak2 yang anakku pengen nonton.

- mengatakan...

Saya suka film lawas IBUNDA. Sekarang barangkali sulit menemukan karakter pemain sekuat seperti Almarhumah Tuti Indra Malaon.

duniaira.blogspot mengatakan...

@ to All: tenkyu atas apresiasinya....

Hennyyarica mengatakan...

sepertinya masyarakat indonesia kurang peka terhadap cita rasa film. kayak film horor yang lebih menjurus ke pornografi lebih digemari daripada film yang isinya "lurus".

jadi berminat nonton film ini :)

Seti@wan Dirgant@Ra mengatakan...

Gimana kondisinya Raa?
Udah baikan??
Alhamdulillah....

Saya sangat terkesan akan peran Tuti Indra Malaon dalam Film Ibunda.....

Kotak komentnya sekarang diubah yah?

MONOKROM mengatakan...

ENERGI PEREMPUAN MEMANG LUAR-BIASA, TINGGAL KESEMPATAN YANG HARUS DIBERIKAN SECARA ADIL UNTUK MEMBERDAYAKAN PEREMPUAN INDONESIA, TERUTAMA DALAM BIDANG-BIDANG LAIN YANG MEMILIKI COVERAGE YANG LEBIH LUAS, KALAU DALAM BIDANG SENI RASANYA SUDAH MEMADAHI TAPI BIDANG LAIN SEPERTINYA MASIH DIPERLUKAN KOMITMEN YANG LEBIH SERIUS LAGI....
CONGRATULATION UNTUK 'FILM PEREMPUAN' KARNYA ANAK NEGERI....

SELAMAT MENIKMATI LIBURAN AKHIR TAHUN DAN MENYONGSONG TAHUN BARU YANG PENUH HARAPAN MBAK!

Alil mengatakan...

Ira..
review mu luar biasa...
sebagai salah satu pemerhati film bangsa, alil salut..