21 Nov 2009

KITA BUKAN TUHAN.....

Kita bukan Tuhan....kata-kata itu terngiang sejak aku menerima telpon tadi malam (21 Nov 2009). Seperti yang aku bagi pada kisah sebelumnya tentang pencarian tanah kelahiran makasar. Pertemuan ku dengan keluarga Daeng Rabin Sila, sahabat Ayahku di rumah sakit Sanglah pada tanggal 16 November lalu. Telpon itu mengabarkan jika Bu Daeng, perempuan tua yang membiasakan diri ku untuk memanggilnya Bu De telah meninggal dunia karena penyakit Kencing Manis........


Ya Allah.....kabar semalam seakan menohok jantungku. Masih belum satu minggu aku bertemu dia sete lah belasan tahun bepisah. Aku ingat pertemuan terakhir di Rumah Sakit Sanglah Bu Daeng meminta aku agar memeluknya dan mencium kedua pipiku seperti kebiasaan yang dilakukan saat aku kecil.
"Raa....sabar ya. Bu Daeng sudah meninggal tadi ba'da sholat Magrib". Suara dari telpon itu membuatku shok. Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Fuich....padahal Bu De telah berjanji akan mengajakku kembali ke Makasar setelah dia sembuh dengan menggunakan pesawat. Dan aku sekarang yakin jika Bu Daeng telah terbang tinggi dengan "pesawatnya" dan akan mampir sejenal di Makasar untuk menyampaikan kerinduannya.

Ah......Kita Bukan Tuhan.....yang bisa merubah takdir sesuka kita. Tak apalah! Aku kembali tersadar jika aku harus tetap bisa berdiri di kakiku sendiri untuk mencari tanah kelahiran Ayahku, karena aku sangat percaya bahwa Allah selalu membuat rencana terindah untukku.

"Bu De.......Aku sangat merasa beruntung bisa menemuimu di hari-hari terakhirmu. Walaupun aku tak bisa ikut melepasmu menuju Surga. Janji ku untuk menginjak tanah Makasar akan aku tepati dengan atau tanpa Bu De bersamaku. Dan sampaikan salam ku pada Almarhum Ayahku dan Almarhum Ibuku. katakan jika aku sangat mencintai mereka. Bu De......Iraa....sayang Bu De. Semoga Bu De, berkumpul bersama Ayah dan Ibuku di Surga"

Seharusnya aku berada di pantai Losari bersama Bu Daeng. Sayangnya kita bukan Tuhan.......



(catatan ku persembahkan pada Bu Daeng Rabin Sila)


15 komentar:

AriE ONly mengatakan...

Aslkum mbak Ira...

Innalillahi wa'inna ilaihi roji'un..

AriE turut berduka y mbak atas kepergian Bu' Denya, Insya Allah di tempatkan ke tempat yg paling mulia Amin....

Vicky mengatakan...

Terharu aku baca perjuangan gigih Ira nyari keluarga ayahnya. Semangat ya, Ra..

reni mengatakan...

Turut berduka atas kepergian Bu Daeng..
Semoga amalnya mendapatkan tempat yg istimewa disisiNYA. Amin.

Unknown mengatakan...

asslmkum wr.wb
salam sahabat
sebuah artikel yang mengharukan..semua ini ada hikmah sob thnxs n good luck ya

Zahra Lathifa mengatakan...

huhuu...jadi sedih ir bacanya, sabar ya say..Allah tahu yang terbaik kok, thanks udah follow, aku follow balik, take care yach

13ahar mengatakan...

keep survive Ra,,

yakinlah ada makna dibalik semua ini,,

-Gek- mengatakan...

Setidaknya, Tuhan sudah mengirim Mbak untuk bertemu terakhir kalinya..

Turut berduka cita ya Mbak..

(btw, boleh kok komennya melalui kolom komentar.. :)) trims udah sering mampir.

NOOR'S mengatakan...

Turut berduka cita atas kepergian Bu Daeng mba Ira, maaf...saya juga baca postingan pak Munir yang kehilangan ibundanya. Apakah Bu Daeng dan Ibunda pak Munir orang yang sama ?

mamah aline mengatakan...

Turut berduka cita atas meninggalnya bu de tercinta,lanjutkan apa yang ingin kau capai, salam kenal ya

-3- mengatakan...

turut berduka cita mbak.

-3- mengatakan...

turut berduka cita mbak.

setiakasih mengatakan...

salam takziah daripadaku
moga rohnya dicucuri rahmat.
Allah SWT menyayangi dia, redhai pemergiannya.

ani rostiani mengatakan...

Innalillahi wainna ilaihi roji'un ...
benar semua kita dari Tuhan dan akan kembali pada-Nya. Tak ada seorangpun yang mampu menahan waktu. Tabah ya, Ir ...

De mengatakan...

turut berduka cita ya

Seti@wan Dirgant@Ra mengatakan...

Inna Lillahi Wainnailaihi Rojiun..
Saya jadi terenyuh membacanya, ternyata pertemuan Ira dengan Bu daeng merupakan pertemuan terakhir waktu itu.

kami semua sahabatmu disini akan menantimu Ir..