8 Okt 2009

PEREMPUAN SAMUDRA

friday071100090

Aku adalah perempuan yang aku yang perempuan. Bukan wanita, bukan jenis manusia yang pantas di puja, diagungkan dan dicinta atau mungkin di rindukan. Aku perempuan yang perempuan. Memoles mimpi kanak-kanak tentang cerita pangeran dan seorang puteri. Ibu..aku selalu terjebak pada epos seorang pangeran. Aku perempuan samudra yang segala samudra. Bukan perempuan mewangi yang pantas untuk di sanding. Aku adalah aku yang selalu mengawinkan pantai dan ombak, sedang aku menepis sepi sendiri bergulung riak dan arus yang setiap saat menyetubuhiku. Aku adalah perempuan samudra yang aku.



Aku bukan putri mawar atau putri samudra. Ah...aku hanya perempuan samudra. Menerima semuanya dalam celukku, sampah, bangkai kapal, bangkai binatang, bahkan seribu mayat aku terima dengan lapang dada atau mungkin juga hati seorang pangeran?. Aku kembali terjebak pada epos seorang pangeran. Aku tersenyum saat seonggok besi menimpaku dan aku menelannya mentah-mentah, kan ku simpan dalam perutku atau mungkin bisa membuatku mual. Seperti halnya seribu mayat yang tenggelam dalam pelukku. Duhai....selalu ku nikmati tiap pelukan dingin mereka. Saat mereka butuhkan kehangatanku, atau matahari yang ingin meniduriku. Aku pasrah dan lilo, nerimo. Karena aku hanya perempuan samudra yang aku. Wahai...aku yang pasrah dalam keabadian sendiriku

Aku adalah aku. Mataku berubah menjadi kabut, yang membawa titik air mengabur menembus batas mata di tengah hatiku, hati samudra.Mengendap menunggu sunyi dan sepi tumpah dalam alunan laguku. aku resah, lewat desahan mimpi yang aku bangun sejak kanak-kanak. Tangan lelaki yang aku sebut ayah, membopongku, atau memelukku ketika aku merasa ketakutan dengan suara guntur, saat aku kedinginan keika hujan turun di luar rumah. Atau menanyakan, "sudahkah kau makan malam, Raa?" ketika aku merebahkan badan di atas ranjangku. Aku adalah perempuan samudra yang aku. Aku merasa sunyi dan terpencil. Seperti arus dan riakku yang bergerak di bawah alam sadarku. Seperti awan yang berada di atasku, mengecil menjelma kupu-kupu bahkan kunang-kunang yang tak pernah kunikmati kebersamaannya denganku. Kabut itu mulai datang dan dia mengkristal di otakku. Ku gosokkan telapak tanganku pada pipiku, seperti tiap malam aku merindukan ketenangan dari dekapan lelakiku. Aku ingin menyirnakan kristal itu, namun tidak bisa hilang bahkan menjadi buliran halus menetes mendarat menjadi hujan dalam keheninganku. Tuhan....aku menangis sendiri. Bahkan kabut pun mulai mengkristal dan semuanya hilang. Ada badai datang di hatiku. Menghancurlantakkan semua mimpiku. aku harus belajar kembali berdiri.

aku ingin meraung, menumpahkan airku bagai memohon pertolongan atau tertawa tergelak melihat tingkahku seperti kanak-kanak yang rindukan ayahku. Bajingan yang aku cintai, aku membutuhkanmu malam ini

***

"Aku membutuhkanmu mas....".

Lelaki di sebelahku hanya diam. Aku menuangkan sedikit kopi susu di tatakan dan membiarkan asapnya membumbung tinggi, sambil kubayangkan sosok ayahku yang pernah hanya sekali menemaniku sarapan pagi, tentu saja dengan segelas kopi di depannya tanpa berkata apa-apa ataupun sekedar ungkapan kebahagian karena aku menjadi uara kelas. Lelaki di sebelahku persis ayahku.

Aku mendekatkan tatakan ke mulutku dan ku hirup sedikit. Ah...mungkin ini doping terbaikku.

"Aku menyayangimu", ucapku tiba-tiba tanpa ku sadari sambil memandang wajahnya

"Aku juga", balasnya tanpa merubah rautnya. Tetap dinin, seperti pertama aku menemuinya. Aku menghela nafas. Lelaki ini, kutukku. Bajingan yang aku cintai yang mampu membuatku kalah menjadi seorang perempuan, bukankah aku wanita. Kejantanan yang mempesona, kekuatan yang menggoda, ketegasan yang memancarkan kelembutan. Penyatuan energi mistis, berubah menjadi tarian jiwa yang statis. Sebuah totalitas yang menghasilkan energi. Enegri yang mampu membuat adrenalinku memuncak.

" Apa karena aku mendua", balasku tanpa nada

Dia menghela nafas panjang. "Awalnya aku kecewa, tapi aku bisa menerimanya. Sudah aku katakan aku mas masuk dalam pemikiranmu. Termasuk juga mengikut permainanmu"

"Ak akan memilih"

"Tentu kamu memilih yang terbaik"

"dan aku ingin memilihmu"

"Kau berkata itu karena kau ada di depanku. Coba kalau di depannya", dia menggeleng sambil tersenyum khas. Bisakah dikatakan itu senyuman? ketika ujung bibir tertarik hanya seperkian setik?.

Ini cinta. Bukan permainan, bisikku dalam hati. Aku perempuan samudra yang mudah menerima segalanya untuk lubukku. Mungkin juga perasaan itu.

"Kita tidak ada masalah bukan?", katamu sekali lagi.

Aku menggeleng. "Silahkan pulang lebih dulu. Aku masih ingin menikmati kembali segelas kopi", ucapku smabil mendekatkan kembali bibirku pada pinggir gelas yang ada dalam gengamanku. Tanpa berkata apa-apa dia berdiri dan semenit kemudian pandanganku mengabur. Tentu, lelakiku kecewa.

***

"Maaf, aku memilihnya"

"Dan meninggalkan semua"

"Iya termasuk mimpi tentang kita"

"Mengertilah aku Raa"

Aku menekan tuts hpku. ada lelaki kembali terluka malam ini

***

58994

Erotika.....

Aku telah merangkai air terjun. Keduanya saling bersisian kanan dan kiri. Semakin deras mengalir memancar dari tusuk abadi menuju lembah azali. Aku perempuan samudra yang terbiasa bisa, tapi melemah oleh keteduhan mata yang mengusir sebuah makna. Matanya, lelakiku, pangeranku. Aku kembali terjebak epos sang pengeran. Aku masih berkeyakinan dengan keteguhan hati seorang perempuan, kalau aku mencintai dia. Pada garis tepi yang sama. Tapi apakah hakekat cinta selalu pada ketidakpastian?.

Mengetilah aku. Perempuan samdra yang butuhkan keteguhan sebuah tempat singgah yang memberikan makna cinta. Aku perempuan biasa yang terbiasa bisa, lalu apakah aku bisa menyingkirkan perasaan pada sebuah cinta yang esa pada sosok androgini yang aku gandungi.

aku merasakan sesuatu yang aneh detik ini. Aku sangat marah, muak, malu dengan apa yang ada dalam cerukku. Matahari tertawa dia memanasiku. Airku bergemuruh, tapi semunya tiba-tiba jadi kosong. Aku mlai jengah, bukan karena apa karena aku mencintai dia, hingga tak menyisakan tabir untuk melihat rerupanya yang menyakitkanku.

Apakah Drupadi juga peremuan Samudra?. Saat dia di menangkan dalam sayembara oleh seorang begawan yang bernama Arjuna, tapi dia membagi dirinya pada lima lelaki yang dikenal dengan Pandawa, dan lebih mementingkan Yudistira yang ada lebih dulu lahir dibandingkan Arjuna. Padahal ini hanyalah sebuah pengabdian seorang perempuan atas nama cinta. Aku, drupadi ataupun perempuan Samudra hanyalah seorang perempuan. manusia yang dirindu?

Samudra bergolak dan seorang gadis ditemukan mati di pantainya dengan membawa dua cinta. Tak ada lagi yang memilihnya selain sang Samudra.


7 komentar:

Jhoni20 mengatakan...

wow menulis novel ya????.........wah kalo saya gak paham sama cerita yang banyak memakai perumpamaan...tapi ni kisahnya kayaknya soal cinta yang dikhianati ya????....jadinya si lelaki memilih pergi gitu ya hehehehe sok tau nih !!!

inuel mengatakan...

hmmmmm , bahasanya beraaaaaaattttt banget buat aku , mba ira bisa ceritain intinya ngga, beneran mba , cinta ini aku ngga ngerti ,hehhe samudra, lelaki itu hmmmmmmm :) binun hehhe

duniaira.blogspot mengatakan...

@ all: nggak cuma yang baca ngrasa berat La wong aku aja yang nulis juga ngrasa berat banget....Kalo boleh aku cerita langsung, nih kisah tentang seorang perempuan yang mempunyai banyak cinta dan berpindah dari pelukan satu laki-laki ke laki-laki lain. Dengan alasan ingin menemukan kasih sayang ayah yang tak pernah ia dapatkan. Akhirnya sang perempuan memilih hidup sendiri dan memilih bunuh diri dengan menyeburkan diri ke samudra. Karena tidak menemukan ketenangan hati. Ceita yang ironis kan...but tenkyu atas apresiasinya

Sohra Rusdi mengatakan...

tenggelam disamudera biru bersama cintanya yang suci yang tak pernah ia temui

irarachma mengatakan...

@munir:tenkyu atas apresiasinya

akhatam mengatakan...

wah mungkin wanitanya serng berenang di samudra kali ya... hehhe

duniaira.blogspot mengatakan...

@ akhatam: hehehe...iya kale soale di rumahnya pdam lagi mati