1 Jan 2015

PEREMPUAN "SAYA RINDU MEREKA DI HARI IDUL ADHA"



Ternyata saya butuh keberanian ekstra untuk bertemu orang atau tepatnya banyak orang. Tidak cukup hanya sekedar menyiapkan fisik untuk kembali mengendarai motor atau jalan kaki serta membawa ransel.Tidak akan sekaligus.Saya akan melakukannya bertahap.

Saya malas saja bertemu dengan orang yang menatap kasihan kepada saya. Lalu saya akan mengulang ulang cerita yang sama. Apa di pikir menyenangkan? lalu mereka akan memandang saya seakan-akan mengatakan,"Kamu terlalu banyak tingkah. Perempuan tidak semacam itu harus anteng dan bla....blaa... yang lain".

Lalu semacam hakim yang memvonis tubuh saya adalah kanibal bagi fetus-fetus yang tidak tumbuh. Semacam zombie mungkin. Memakan tubuhnya sendiri lalu menjadi obrolan hangat di sebuah meja makan?.Maka saya hanya cukup mempersiapkan diri. Bukan sekedar 'hanya' Raa. Itu menyakitkan.


Maka saya yang selalu mengatakan perempuan merdeka atas tubuhnya sendiri. Lalu mengapa harus mengeluh atas kemerdekaan yang sudah saya terima. Tidak, saya hanya igin saja bicara tentang hak, kewajiban dan tanggung jawab. Kita bicara saja di meja yang sama. Dengan menikmati secangkir teh hangat tanpa harus berteriak teriak yang hanya membuat perut saya semakin sakit. Kita bicara baik-baik dengan menatap mata.

Kau tau? saya semakin malas saja mendengar perayaan HUT TNI yang saat ini berlangsung di Surabaya.
Maka saya hanya butuh keberanian ekstra untuk keluar dari rumah. Keluar dari dunia yang saya ciptakan sendiri. Dunia dengan segala rasa kehilangan dan kesedihan yang membuat semacam saya manekin dari kaca yang mudah pecah.

Biarkan saja saya menceracau tanpa harus berusaha menarik benang merah satu per satu. Ketika saya percaya dengan skenario Tuhan yang Maha Keren.

Perempuan....perempuan...perempuan. "Perempuan macam apa kamu Raa. Mungkin kamu bukan sebuah pilihan yang terbaik".

Maka saya sadar bahwa diri saya membatasi mimpi orang lain. Maka bagaimana jika saya saja yang mengalah dan mundur teratur. Maka silahkan meneruskan mimpi kamu. Bukan lagi mimpi kita. Konyol. Mungkin ini hanya sekedar sebuah emosi yang meluap-luap dari perjalanan bertahun tahun tanpa berhenti. Kamu tahu kan? jika saya ber jeda atau bahkan berhenti sama sekali di sini. Banyuwangi.

Maka besok keluar rumah saja lah Raa. Tinggal mandi. Berbedak lalu gunakan sedikit lipstik coklatmu. Maka bersyukurlah jika matahari masih terbit. Bersyukurlah kamu masih punya otak untuk berpikir secara sadar.

"I trusted you". Pesan Herpien malam ini.

Saya mengalami ketakutan yang sangat. Ketakutan bukan main-main.
Biarkan saya menceracau malam ini. Menceracau saja.

"Raa...Nabi Ibrahim mengkorbankan anaknya Ismail. Ismail yang benar-benar di harapkan oleh Ibrahim. Baiklah, mungkin kamu bukan nabi. Tapi bukankah kita bisa belajar dari sebuah keikhlasan ? belajar dari sebuah kenyataan. Bukan menyalahkan. Menyalahkan dirimu sendiri atau pun menyalahkan orang lain? Ikhlas"

Saya lelah saja. Saya mau tidur. Lalu saya akan terus bermimpi pergi ke bulan. Berkumpul bersama anak-anak saya yang tidak pernah terlahirkan. Menyanyikan mereka lagu nina bobo. Ada ibu dan ayah saya. Bahagia.

Ah saya rindu pada mereka di hari raya Idul Adha

Banyuwangi, 5 Oktober 2014

Tidak ada komentar: