30 Jul 2013

INDEPENDENT DAY EVERYDAY





"Raa..... bawahan hanya menurut perintah atasan. Jika atasan bilang X maka bawahan harus patuh. Walaupun melakukan perintah yang jelas-jelas merupakan tindakan manipulasi. Apalagi kalau tidak menyenangkan pimpinan"

Bicara sambil mengacungkan teunjuknya di hadapan saya.

Saya diam dan misuh-misuh dalam hati. Merekamnya dalam memori saya dan mempengaruhi alam bawah sadar saya untuk menolaknya.

Dia telah menunjukkan dirinya sebagai manusia kecil yang tidak akan pernah berkembang menjadi manusia.

"Teman-teman mu juga melakukan hal yang sama. Apa susahnya kamu juga mengikutinya. Ini sudah sistem"

Saya menggigit ujung bibir saya. Saya bukan alat yang harus di fungsikan sebaik-baiknya untuk kepentingan mereka. Sebagai alat mereka tidak akan pernah menjadi pemimpin yang baik.

Mudah sekali merasionalisasikan kepengecutan sebagai bentuk kepatuhan. Merasionalisasikan kemalasan sebagai bentuk kesulitan ekonomi.

"Siapa kamu?"
Mereka menjawab, saya bekerja di X. Saya anggota partai X. Saya anggota LSM X. Saya mahasiswa di universitas X.

Mereka yang hanya patuh pada instruksi yang mengikat. Sedang saya selalu protes dengan pengetahuan dan pengalaman saya yang terbatas.

'Kita ini cuma pegawai rendahan. Kalau di suruh jalan, ya kita jalan. Di suruh nunggu, ya kita nunggu"

Jawaban dari seorang manusia yang telah patah semangat. Seperti jaman Jepang. Saat Jepang mau lewat semua jalan di tutup. Ah... Raa. Kau lupa. Sekarang pun masih berlaku jaman Jepang. Bupati datang saja semua jalan tikus di tutup. Ingat kemarin kamu jatuh karena hampir di serempet mobil yang katanya mengawal Bupati dan Sang Menteri. Sedangkan bagian keamanan langsung pergi begitu saja tanpa peduli lalu lintas yang semrawut gara-gara mereka yang katanya pejabat itu lewat.

Beberapa hari saya menjadi manusia autis yang asyik dengan pikiran saya sendiri. Memikirkan keputusan-keputusan yang dianggap konyol bagi orang lain. Membenarkan yang dianggap salah oleh orang lain. Saya tahu kemungkinan saya salah bertindak. Tapi itu lebih baik dibandingkan saya diam. Tidak bertindak karena takut salah.

Siapa kamu Raa?

Saya adalah manusia dan bukan alat siapapun. Bergerak bukan karena intruksi yang selalu di jadikan alat pembenaran. Bergerak sebagai manusia

Terkadang saya bertanya kepada orang yang saya temui, "siapa anda?"
"Saya adalah anggota partai X. Kebenaran di tentukan oleh DPP"
"Saya adalah pegawai di X. Disini tidak butuh orang pintar. Tapi hanya butuh orang bodoh yang mau disuruh jalan sambil berjongkok"

Mereka lupa bahwa mereka adalah manusia.

Saya terlalu banyak bicara.

Tidak ada komentar: