Seharusnya saya tidak pulang. Seharusnya saya tidak kembali ke Batam.
Seharusnya saya menunda tiket saya. Seharusnya saya masih menemani
adik-adik saya yang sedang libur sekolah. Seharusnya saya membantu
mereka mendaftar di sekolah baru. Seharusnya saya menemani mbak Yuni dan
Wawan yang pindahan. Seharusnya saya menunggu kiki yang datang tanggal
29 dari Jakarta karena ia tidak bisa pulang saat lebaran. Dan dik Ida
dari Pasuruan. Seharusnya saya menunggu mereka semua di Banyuwangi. Ya…
seharusnya saya menunda mengakhir perjalanan saya.
Tapi
apakah saya menyesal…? Tidak… saya tidak pernah menyesal dengan semua
keputusan yang telah saya ambil apapun itu. Bahkan sampai saat ini saya
duduk di pojok kamar saya dengan di topang bantal dengan kemeja lusuh
saya
‘Dia bilang "Diam membuat kita MATI, Bergerak membuat kita HIDUP"’
Saya
membaca status seorang teman saya. Entah apakah status itu di tujukan
untuk saya atau tidak. Saat saya membacanya saya hanya merasakan ia
sedang menghantamkan sebah gada besar di kepala saya. Iya… saya selalu
mengatakan kepada teman saya, “Bergerak lah terus…. Jangan berdiam.
Dengan berdiam kamu akan mati… hanya dengan bergerak kamu akan hidup”
Dan
sekarang saya merasa menelan racun yang telah saya siapkan untuk diri
saya sendiri. Saya tidak bisa bergerak. Badan saya masih sama seperti 2
minggu yang lalu. Panas dingin tidak jelas. Sayangnya saya tidak
mempunyai termometer untuk menghitung suhu badan saya. Semalam jam 3
dini hari badan saya bergetar hebat dan membuat saya hilang akan
kesadaran. Alahai Tuhan…. Apa lagi ini. Perut saya tegang dan serasa
isinya berontak ingin keluar. Ah… beberapa hari ini makan hanya sebagai
sebuah rutinitas tanpa sebuah jiwa. Memasukkan ke dalam mulut
menelannya
Saya seperti Annelies, tokoh perempuan dalam
Novel Bumi Manusia karangan Pram. Yang hanya bisa terkapar di tempat
tidur saat Minke kekasih hatinya pergi meninggalkan dia. Kehilangan
harapan. Tiba-tiba ingat saat perempuan itu datang dan bercerita kepada
saya,
“ Kau tau Raa…. Laki-laki yang aku cinta
menghabiskan makan malam bersama perempuan lain di hadapan ku dan dia
hanya mengatakan agar aku tidak berpikir macam-macam. Lalu bagaimana
dengan mu Raa… jika laki-laki mu berpamitan makan malam dengan perempuan
lain ? apakah salah aku berpikir macam-macam? Lalu aku? Dianggap apa?
Aku hanya perempuan yang disembunyikan oleh dia Raa….. Aku disuruhnya
instropeksi? Aku sudah menginstropeksi diri Raa…. Menanyakan kabarku pun
lebih banyak dari cangkir kopi yang aku habiskan. Aku tau aku terlalu
egois untuk mendapatkan dia. Tapi tidak seperti ini. Banyak lelaki yang
memberikan harapan kepada ku Raa. Bahkan beberapa minggu terakhir ,
lelaki lain datang dengan menawarkan sesuatu yang membuat ku tidak
payah untuk bekerja. Tapi aku mundur perlahan Raa. Aku menolaknya. Aku
belajar untuk setia walaupun aku bukan perempuan setia. Aku belajar
,menghargai dia. Dia tidak tau Raa…. Bagaimana aku mati-matian menolak
laki-laki lain untuk menjamah tubuh ku. Tapi apa Raa…… apa yang aku
dapatkan?
Saya diam dan membunuh perempuan itu. Dan
dia terkapar tanpa darah. Yang penting dia diam dan ocehannya tidak
merecoki otak saya yang ikutan panas.
Saya akan terus
bergerak ………..!!!! jika saat ini saya tidak bisa bergerak dengan fisik
saya maka saya akan bergerak dengan mata saya, dengan jari-jari saya
Dengan mata batin saya…..
Sedarhana … saya tidak mau mati dengan kesia-siaan …. Seorang pelacur pun masih berharap ingin bermanfaat bagi umat
Atau
seharusnya saya menjadi pelacur saja……….. yang akan mati perlahan dan
setiap orang akan mengatakan, “semoga dia di ampuni oleh Allah atas dosa
nya”
Seharusnya …… saya tidak pernah mengirim surat itu ke pada kamu
1 komentar:
bergerak dan semangat baru
Posting Komentar