4 Des 2011

SUDAH SERIBU HARI YA BU?


 
Bu....bagaimana kabarmu? Baik-baik saja kan di surga. Adik kangen....kangen banget sama ibu. Terimakasih ya Bu. Semalam ibu datang memeluk adik. Walaupun adik tahu dunia kita sudah berbeda. Ibu di surga dan adik masih di dunia. Tapi adik percaya bahwa masih ada benang merah yang membuat kita masih bisa berkomunikasi. Ya...komunikasi yang tidak akan mungkin di pahami oleh orang lain. Hanya adik dan ibu.


Sudah seribu hari ibu ninggalin adik sendirian di dunia ini. Sudah seribu hari adik melakukan sebuah perjalanan panjang tanpa ibu yang membimbing adik. Sudah seribu hari adik hidup secara “liar” tanpa pengawasan ibu. Sampai sekarang terkadang adik berpikir kenapa Tuhan terlalu cepat memanggil ibu ke surga? Tapi adik percaya bahwa Tuhan mempunyai rencana terhebat buat adik.


Oh ya Bu.....adik pingin cerita. Tadi malam adik di photo aura. Dan hasilnya sudah adik duga. Ada sesuatu dalam photo aura adik. Kuning, Hijau dan putih. Tidak perlu adik jelaskan bagaimana artinya. Cukup adik dan orang-orang tertentu yang tau maknanya.
“Saya lihat kamu naik ke atas piramida Raa. Sudah separuh jalan. Dan masih ada 7 tingkatan lagi yang harus kamu lewati Raa”
“Kalau saya mundur”
“Kamu tidak akan bisa mundur. Walaupun mundur kamu akan terus terseret kedepan”
“Lalu apa yang harus aku lakukan”
“Berdamailah dengan hidup kamu.......terimalah kenyataan siapa diri kamu. Bahwa kamu adalah.......”
Tidak perlu adik teruskan perbincangan itu Bu. Tentunya ibu sudah tahu jawabannya. Atlantis.........Jawaban yang tidak bisa dijelaskan dengan jawaban-jawaban rasional. Seperti satu tambah satu sama dengan dua. Seandainya ibu saat ini menemani adik untuk melewati tangga-tangga itu.

Bu.....kalau boleh jujur adik sebenarnya lelah. Sangat lelah. Terlalu banyak pergolakan-pergolakan batin yang tidak bisa adik selesaikan sendiri. Adik tidak tahu harus berbagi pada siapa. Karena adik pikir bahwa pergolakan-pergolakan dalam batin bukan sesuatu yang wajar dan bisa diterima secara logika. Adik sangat lelah. Adik kangen sama tangan ibu. Adik kangen sama dada ibu tempat adik menangis sepuas hati. Adik kangen sama senja yang selalu kita nikmati berdua di rumah sukowidi. Adik kangen bu.....adik kangen diskusi panjang lebar tentang hidup. Diskusi-diskusi hebat yang tidak adik temukan di seminar-seminar yang pernah adik datangi.

Sudah seribu hari Bu? Sepertinya baru kemarin ibu telpon terakhir, “Raa....kenapa kamu takut sendirian. Bukankah kamu lahir dan mati juga akan sendiri?”. Sepertinya baru kemarin adik panik saat hp ibu nggk diangkat saat adik ingatkan buat sholat magrib. Sepertinya baru kemarin ada dua kupu-kupu besar berwarna hitam masuk kedalam rumah di Bintaro, dan feeling adik mengatakan bahwa ibu sudah meninggal. Sepertinya baru kemarin adik nerima telpon dari Banyuwangi, “Raa cepat pulang Ibu kritis”. Walaupun akhirnya adik tau semua membohongi adik. Walaupun mereka mengatakan ibu kritis, tapi adik tahu ibu sudah meninggal. Sepertinya baru kemarin adik terbang lewat Bali untuk pulang ke Banyuwangi dengan cuaca buruk dan berharap agar pesawat tersambar petir dan adik ikut mati bersama ibu. Sepertinya baru kemarin ibu mengantar adik dan mencium adik di stasiun kereta api saat adik pergi ke Jakarta. Sepertinya baru kemarin saat adik menginjakkan kaki di rumah sukowidi adik tidak menemukan pelukan ibu, tapi hanya menemukan senyuman jenasah ibu. Sepertinya baru kemarin adik mencium kening ibu terakhir kali dengan rasa kehilangan yang tidak pernah terhapuskan hingga sekarang.

Bu.....adik kangen......kangen sekali!!!!! Rasa kangen yang mengalahkan semua sakit yang adik alami saat ini. Ibu kangen nggk sama adik? Entahlah Bu.....Sudah seribu hari!!!!!!  Terkadang adik membenci diri adik sendiri kenapa tidak bisa menerima kenyataan bahwa ibu sudah pergi!!!! Ajarkan adik bu untuk berdamai dengan kenyataan
Oh ya...bagaimana dengan kabar Bapak? Sudah berapa lama ya Bu terakhir adik bertemu dengan bapak. 10 tahun? Ah....tidak....18 tahun.? Lebih........ya...sudah 22 tahun adik hidup tanpa bapak. Sejak adik umur 8 tahun kan? Cukup lama juga ya bu? Bagaimana wajah bapak bu? Apakah bapak masih gagah? Saat dia masih pakai sepatu laras dan baju doreng dia? Maafkan adik kalau adik sudah lupa wajah bapak. Tapi yang adik ingat bahwa bapak mewariskan bentuk mata, alis dan sifat keras kepala kepada adik. Bukankah itu yang selalu ibu katakan sama adik dulu? Salam hormat adik buat Bapak ya bu?

Lalu bagaimana kabar Aulia? Ah.......berbicara tentang perempuan kecil itu sama beratnya saat adik berbicara tentang ibu. Walaupun Aulia hanya beberapa bulan bersemayam dalam rahim adik, tapi.........! entahlah Bu...kenapa Tuhan mengambil orang-orang yang adik cintai lebih cepat. Bapak, Ibu, emak dan Aulia......

Bu.....secepatnya adik akan pulang ke Banyuwangi. Iya bu....untuk menabur kan bunga di makam ibu, bapak dan emak serta Aulia.  Iya.......Banyuwangi adalah sebuah tempat peristirahatan ternyaman saat adik terlelah melewati perjalanan yang cukup panjang ini. Dan nanti kalaupun adik harus meninggal.  Dimana pun adik berada adik harus di makamkan di Banyuwangi. Tanah leluhur adik Berkumpul dengan orang-orang tersayang adik. Ya Tuhan.....karena adik terlalu lelah!

Ibu....Bapak.....Emak....Aulia....Banyuwangi! tunggu saya pulang! Untuk menaburkan bunga di makam kalian. Membacakan Yasin di depan kalian. Mengunjungi rumah masa kecil adik yang menjadi sebuah jawaban dari kelelahan adik. Walaupun adik tahu rumah itu kosong! Tapi adik tau bahwa rumah itu akan memberikan energi positif bagi adik untuk melanjutkan hidup dan perjalanan adik.

Ya....sudah seribu adik melewati hari-hari berat tanpa ibu. Dan adik tahu Bu! bahwa perjalanan adik tidak hanya berhenti di hari ke seribu! tapi masih ada ribuan-ribuan hari yang harus adik lewati tanpa bergantung dengan siapapun.

4 Desember 2011
Hari ini Seribu Hari malaikat saya di panggil Tuhan........Ibu-ku.....Ismiwati

 DISANA AKU DIPELUK IBUKU Entah kenapa tiba-tiba aku rindu rumah itu Rumah dimana aku mengenal perempuan yang kelak aku panggil Ibu Perempuan tua yang aku tau dia adalah ibu dari ibu ku Di sana aku selalu di peluk ibu Saat aku masih belum bisa memanggilnya ibu Pagi Siang Sore dan Malam dia selalu memelukku Menambatkan keliaranku dan keegoanku Sempat ku jengah....tapi aku tak pernah menolaknya Karena aku sangat mencintai ibu ku lebih dari aku mencintai nyawaku dan mimpiku Tiba-tiba aku rindu di peluk Ibu Satu perempuan yang menjinakkanku seperti matador yang mengendalikan banteng dengan kain merahnya Atau seorang kusir yang menarik talinya melawan kekuatan kuda liar di pedatinya Dan tiba-tiba aku ingat dini hari Saat aku memeluk dia dan menatap matanya untuk terakhir kali Mengecup keningnya Ibu tidak membalas pelukku Aku berontak dan aku baru menyadari Tuhan lebih mencintai ibuku Tuhan: boleh aku meminta? Aku butuh pelukan ibu saat ini! Bisa Engaku kirim Ibuku ke sini.......... Batam: 28 Juni 2011 (perempuan berbaju orange di sebelah kanan adalah bidadariku: Banyuwangi 16 Februari 2008)

Tidak ada komentar: