20 Des 2011

SAYA SELALU TERJEBAK KENANGAN TENTANG IBU

"Jiahhh ngambek! Nggak seru ah”

Iya...saya tau saya orang nggk seru. Saya orang yang nggk asyik. Apalagi untuk berteman. Saya egois! Saya cerewet! Saya selalu usil dan iseng sama orang tapi tidak suka di usili dan diisengi.

 

Tapi apakah kalian tau bagaimana saya berusaha menahan ledakan air mata saya. Apakah kalian merasakan bagaimana barang yang saya simpan lebih dari 3 tahun di buat mainan oleh kalian? Di lempar sana di tendang sana. Ya....Ibu saya yang membelikannya. Dan saya tidak sanggup menggunakanya hingga saya siap. Saya selalu bilang barang saya mahal. Iya sangat mahal...tapi bukan untuk harganya. Tapi untuk kenangannya. Bagi bagi saya sepatu itu ukurannya sangat murah, tapi bagi ibuku yang hanya guru SD, harga sepatu itu sangat mahal. Kalian tau kan jika kaki saya sebelah kiri bermasalah karena kecelakaan saat masih kecil?
Dan saya harus memakai sepatu model boot untuk menutup mata kaki saya. Ya...ibu saya selalu membelikan sepatu jenis itu agar mata kaki saya tidak nyeri. Dan untuk terakhir kalinya ibu saya membelikan sepatu itu, saat saya mengatakan saya tidak nyaman dengan sepatu saya yang baru. Saat saya belajar untuk menggunakan sepatu yang tidak menutup mata kaki saya. Ibu saya membelinya tapi tidak sempat memberikannya kepada saya. Hanya menyimpannya di dalam lemari pakaiannya. Setelah 7 hari baru saya menemukannya. Dan pasti untuk saya karena ukuran sama dan hanya saya satu-satunya dalam keluarga yang memakai sepatu jenis itu. Saya tahu sepatu itu akan di jadikan hadiah ulang tahun saya di April 2009. Saat Tuhan menakdirkan ibu saya harus meninggal satu bulan sebelumnya. Saya menyimpannya bertahun tahun. Saya berani memakainya setelah saya bisa menerima kenyataannya.

Dan malam ini kalian mempermainkan saya. Karena tidak mungkin saya menjelaskan semuanya kepada kalian. Kalian tertawa malah mengejek saya. Apa kalian tidak tahu bagaimana raut wajah saya yang sudah memerah. Bagaimana sibuknya saya berusaha mendapatkan lagi sepatu saya? Mata saya yang sudah berlinang. Dan saya lebih baik menjauh dari pada kalian akan malu melihat saya berteriak-teriak seperti orang kesetanan  di tengah lapangan untuk mengambil sepatu yang ibu belikan untuk saya.

Sekarang saya tanya...pernah saya marah? Pernah saya emosi dengan keisengan dan kejahilan kalian? Saya pikir tidak pernah. Sudahlah.....saya tidak perlu menjelaskannya panjang lebar karena kalian tidak akan pernah tau bagaimana beartinya barang-barang peninggalan dan pemberian ibuku. Karena kalian masih punya ibu
Oh ya.....seseorang yang paling penting bagi saya pernah kehilangan jam tangan. Dan dia mengatakan jam tangan itu adalah pemberian dari almarhum ayahnya. Saya berusaha mencari jam yang mirip dengan jam tangannya yang hilang dari satu mall ke mall lainnya. Tapi saya tidak temukan. Hingga saya hanya bisa membelikan dia satu jam tangan yang saya pikir tidak akan pernah bisa menggantikan jam tangan pemberian ayahnya. Saya menggantikannya karena saya tahu bagaimana berharganya sebuah barang pemberian dari orang tua yang sudah meninggal. Dan seharusnya kamu tau bagaimana perasaan ku saat ini.

Apatis? Teman saya mengirim kan sms kepada saya, “Jangan apatis Raa. Mereka tidak tau berharganya buat kamu”
Dan saya diam meneruskan catatan sepagi ini. Saya bersumpah tidak akan lagi menggunakan sepatu itu. Biar kembali ke dalam kotak. Menjadi sebuah benda yang paling berharga bagi saya. .............

Ya...maaf jika saya selalu terjebak dengan kenangan saya bersama ibu saya

 
 Seribu hari bukan waktu yang sebentar Tapi kenapa saya tetap tidak bisa menerima? Sampai saat ini saya terus belajar dan belajar! Perjalanan masih panjang Raa! #catatan seribu hari#

1 komentar:

annie mengatakan...

karena belajar adalah proses seumur hidup, maka bersabarlah, Raa. aku tahu engkau bisa!