Iya...saya tau saya
orang nggk seru. Saya orang yang nggk asyik. Apalagi untuk berteman.
Saya egois! Saya cerewet! Saya selalu usil dan iseng sama orang tapi
tidak suka di usili dan diisengi.
Tapi
apakah kalian tau bagaimana saya berusaha menahan ledakan air mata
saya. Apakah kalian merasakan bagaimana barang yang saya simpan lebih
dari 3 tahun di buat mainan oleh kalian? Di lempar sana di tendang sana.
Ya....Ibu saya yang membelikannya. Dan saya tidak sanggup menggunakanya
hingga saya siap. Saya selalu bilang barang saya mahal. Iya sangat
mahal...tapi bukan untuk harganya. Tapi untuk kenangannya. Bagi bagi
saya sepatu itu ukurannya sangat murah, tapi bagi ibuku yang hanya guru
SD, harga sepatu itu sangat mahal. Kalian tau kan jika kaki saya sebelah
kiri bermasalah karena kecelakaan saat masih kecil?
Dan saya harus
memakai sepatu model boot untuk menutup mata kaki saya. Ya...ibu saya
selalu membelikan sepatu jenis itu agar mata kaki saya tidak nyeri. Dan
untuk terakhir kalinya ibu saya membelikan sepatu itu, saat saya
mengatakan saya tidak nyaman dengan sepatu saya yang baru. Saat saya
belajar untuk menggunakan sepatu yang tidak menutup mata kaki saya. Ibu
saya membelinya tapi tidak sempat memberikannya kepada saya. Hanya
menyimpannya di dalam lemari pakaiannya. Setelah 7 hari baru saya
menemukannya. Dan pasti untuk saya karena ukuran sama dan hanya saya
satu-satunya dalam keluarga yang memakai sepatu jenis itu. Saya tahu
sepatu itu akan di jadikan hadiah ulang tahun saya di April 2009. Saat
Tuhan menakdirkan ibu saya harus meninggal satu bulan sebelumnya. Saya
menyimpannya bertahun tahun. Saya berani memakainya setelah saya bisa
menerima kenyataannya.
Dan malam ini kalian mempermainkan
saya. Karena tidak mungkin saya menjelaskan semuanya kepada kalian.
Kalian tertawa malah mengejek saya. Apa kalian tidak tahu bagaimana raut
wajah saya yang sudah memerah. Bagaimana sibuknya saya berusaha
mendapatkan lagi sepatu saya? Mata saya yang sudah berlinang. Dan saya
lebih baik menjauh dari pada kalian akan malu melihat saya
berteriak-teriak seperti orang kesetanan di tengah lapangan untuk
mengambil sepatu yang ibu belikan untuk saya.
Sekarang
saya tanya...pernah saya marah? Pernah saya emosi dengan keisengan dan
kejahilan kalian? Saya pikir tidak pernah. Sudahlah.....saya tidak perlu
menjelaskannya panjang lebar karena kalian tidak akan pernah tau
bagaimana beartinya barang-barang peninggalan dan pemberian ibuku.
Karena kalian masih punya ibu
Oh ya.....seseorang yang paling
penting bagi saya pernah kehilangan jam tangan. Dan dia mengatakan jam
tangan itu adalah pemberian dari almarhum ayahnya. Saya berusaha mencari
jam yang mirip dengan jam tangannya yang hilang dari satu mall ke mall
lainnya. Tapi saya tidak temukan. Hingga saya hanya bisa membelikan dia
satu jam tangan yang saya pikir tidak akan pernah bisa menggantikan jam
tangan pemberian ayahnya. Saya menggantikannya karena saya tahu
bagaimana berharganya sebuah barang pemberian dari orang tua yang sudah
meninggal. Dan seharusnya kamu tau bagaimana perasaan ku saat ini.
Apatis? Teman saya mengirim kan sms kepada saya, “Jangan apatis Raa. Mereka tidak tau berharganya buat kamu”
Dan
saya diam meneruskan catatan sepagi ini. Saya bersumpah tidak akan lagi
menggunakan sepatu itu. Biar kembali ke dalam kotak. Menjadi sebuah
benda yang paling berharga bagi saya. .............
Ya...maaf jika saya selalu terjebak dengan kenangan saya bersama ibu saya
1 komentar:
karena belajar adalah proses seumur hidup, maka bersabarlah, Raa. aku tahu engkau bisa!
Posting Komentar