Apakah kamu merasakan sendiri? Saat kamu merasa malas untuk pulang dan menenggelamkan diri pada catatan-catatanmu?
Ya....saya
terlalu sering merasakan itu. Saat kantor itu terasa kosong. Satu per
satu semuanya kembali pulang ke rumahnya masing-masing. Rumah yang penuh
kehangatan atas nama keluarga. Ada istri, ada suami dan ada anak-anak
yang menunggu. Lalu saya?
Sedang hujan di luar masih cukup
deras. Saya tidak tahu saya harus kemana. Pulang? Tidak ada yang
menunggu saya pulang. Tidak ada yang peduli saya pulang atau tidak.
Tidak ada yang menanyakan saya pulang jam berapa. Tidak ada yang
menanyakan apakah saya sedang sakit atau tidak. Tidak ada yang
menanyakan apakah saya butuh teman bicara. Tidak akan ada yang pernah
membuka kan pintu untuk saya.
Tidur di hotel? Apa bedanya dengan rumah
saya. Toh di rumah atau pun hotel sama-sama tidur sendiri. Sama-sama ada
kasur dan TV dengan chanel-chanel luar negeri yang bisa saya pilih
sesuka hati. Air putih di meja sebelah kasur yang di sediakan saat saya
selalu bangun tengah malam atau bahkan saya belum tidur hingga dini
hari? Atau saya memilih pulang ke rumah sahabat saya? Ah....saya bukan
tipe perempuan yang merepotkan orang lain. Lagian bukankah saya bukan
bagian dari keluarga mereka? Saya bukan istri, saya bukan kakak saya
bukan adik. Saya hanya seorang perempuan yang kesepian dan butuh teman
berbicara. Aha...pulanglah kalian. Saya tidak akan mengganggu dengan
kecerewetan saya.
Saya berusaha berdamai dengan kenyataan
yang ada di depan mata saya. Menghapus air mata yang sudah mulai turun
saat saya menulis catatan ini dengan sepenuh hati. Apakah ini yang di
rasakan ibu saya saat saya pergi meninggalkan rumah untuk beberapa tahun
saat mewujudkan cita-cita saya. Terkadang saya berpikir betapa bodohnya
saya yang terlalu sering larut dalam kesendirian saya. Saat saya merasa
lelah bersandiwara dan bermuka dua dan mengatakan bahwa saya bahagia.
Saya
menulis catatan saya ini bukan berarti saya ingin di kasihani. Lalu
berbondong-bondong teman-teman saya sms dan mengajak saya untuk keluar
malam ini. Ah entahlah....saat saya akan lebih memilih apatis dan
meneruskan catatan-catatan saya yang benar-benar bodoh ini.
Menengelamkan diri dalam puisi-puisi saya, buku-buku saya, cita-cita
saya dan mimpi tentang cinta saya. Ya benar cinta yang saya
agung-agungkan, yang malam ini hanya menoleh seperti orang asing kepada
saya. Ahh...apakah dia masih menganggap saya kekasihnya? Entahlah
Dear.......karena kita tidak pernah bicara. Saya hanya berharap malam
ini kamu menemani saya. Menggenggam jemari tangan saya. Dan mengatakan,
“Saya mencintaimu Nda. Saya akan menemanimu malam ini"
Bodoh.....hujan
yang turun seharian membuat saya menjadi sentimentil. Jadi merasa
sendiri dan kesepian. Bukankah hari-mu juga seperti ini. Jangan pernah
terlihat lemah Raa..........Mulai kamu lahir hingga saat ini bukankah
kamu sudah terbiasa dengan kata sendiri?
Saya akan
menyelesaikan catatan saya. Menutup laptop saya dan memasukkan ke dalam
ransel. Kenakan jas hujan. Lalu.....lanjutkan perjalanan saya. Yang
pasti saya tidak akan pulang. Karena pulang hanya membunuh saya
pelan-pelan. Entahlah jika tiba di persimpangan ke arah mana saya akan
teruskan perjalanan saya malam ini. Tiba-tiba saya ingin menikmati
secangkir kopi ......entah di mana lagi saya akan menikmati secangkir
kopi saya malam ini. Karena jujur pikiran saya sedang di bawah normal.
Hei...
Raa....cepat selesaikan tulisanmu! Lalu kita lanjutkan perjalanan malam
saat hujan ini. Karena mereka tidak akan pernah melihat air matamu yang
bercampur dengan air hujan yang membasahimu.
Saat saya merasa sendiri
2 komentar:
ya kadang kesendirian begitu menyiksa, tp yg lbh menyiksa adalah merasa sendiri saat ramai..
erm, satu hal.. sebenarnya kita g pernah sendiri, Allah selalu ada unk kita..
inyong mampir kesini diluar juga sedang hujan lebat,komen inyong idem sama yang diatas Tuhan selalu beserta kita
Posting Komentar