15 Jan 2018

Restoran fakir miskin


Jalan menuju ke restoran ini tidak bisa dikatakan bagus. Jalan tanah dan berbatuan. Tapi saat ini masih dalam proses pembangunan. Restoran fakir miskin ini sudah ada sejak dua tahun yang lalu di Lingkungan Secang Kalipuro dan dirikan oleh Haji Isam, warga negara asing Australia yang berasal dari Irak. Dia menikah 7 tahun lalu dengan Maryam, warga Jawa Barat. Mereka berdua tinggal di Australia dan beberapa bulan sekali pulang ke tanah air dan mengunjungi restoran miliknya
Berbeda dengan restoran lainnya, restoran ini hanya buka pada hari Jumat setelah sholat Jumat hingga sore hari. Pengunjungnya adalah fakir miskin yang ada di sekitar Kalipuro. Pada saat saya datang, menu yang disajikan adalah gulai kambing, sate dan buah anggur merah serta apel. Makanan yang berkualitas terlihat dari rasa dan tampilannya
Pengunjung yang datang memiliki kartu pengenal yang sengaja dibuat oleh Haji Isam untuk mempermudah pendataan. Ada 120 fakir miskin yang datang. Untuk mendapatkan kartu, haji Isam melakukan verifikasi dan kunjungan kerumahnya agar restorannya bisa dinikmati oleh orang yang tepat
Bukan hanya makan enak gratis setiap Jumat, sebulan sekali mereka juga dapat uang untuk membeli sembako. Anak anak yatim piatu juga diundang untuk datang ke restoran tersebut setiap sebulan sekali.
Walaupun pengunjung harus membawa kartu, tuan rumah juga terbuka dengan kunjungan tamu lainnya. Hari itu mereka mengajak orang yang bekerja membuat jalan didepan restoran nya untuk ikut makan, termasuk juga orang-orang yang sedang melintas. Jika pengunjung tetap ada yang tidak datang maka makanan akan diantar atau dititipkan. Tidak ada aturan yang saklek.
Tidak ada alasan lain, Haji Isam membuka restoran tersebut kecuali untuk bersedekah. Alasan yang terkadang sering dianggap tidak masuk akal
Dia meyakini banyak kebaikan dengan bersedekah. Yang pertama akan mendapatkan balasan langsung di dunia dengan digantikan berlipat ganda dan yang kedua adalah balasan di akhirat

Tidak sedikit mereka yang datang baru pertama kali makan anggur merah, makan apel atau makan buah pir dan kelengkeng. Kadang mereka juga membawa pulang untuk keluarga yang dirumah. Membawa secukupnya. Gimana saya nggak mewek mendengarkan cerita seorang bapak bapak tua yang jalan kaki hanya untuk bisa makan enak. hujan pun dia jalani. Dia senyum lebar ketika bisa mencicipi anggur merah.
Ada juga yang masih nyinyir ya iyalah dia orang kaya pasti nggak berat bersedekah. Kak Maryam, istri haji Isam yang berada disamping saya sempat berkata jika harta yang dimiliki hanya titipan. Jika pun tidak ada harta, bersedekah masih bisa dilakukan dengan senyuman dan membantu orang lain. "Berikan yang terbaik yang kita miliki. Insyaallah akan ada ganti," jelasnya. Ah saya ingat mas Widi dan teman teman seperjuangan lainnya.
Walaupun suaminya adalah ekspatriat, tapi Kak Maryam jauh dari kesan mewah bahkan sangat sangat sederhana. Jauh berbeda dengan beberapa rekan saya yang juga menikah dengan bule. Kak Maryam tinggal Australia bersama suami dan mertuanya. Mereka bertemu di Lombok ketika sama sama kerja di perusahaan mutiara
Dan apakabar saya yang masih sibuk mikirin diri sendiri? Dan lupa untuk berbagi? Bertemu dengan mereka semacam mengingat kan bahwa di dunia ini nggak melulu tentang bagaimana mencari materi. Kau juga pernah mengalaminya kan Raa? Saat semuanya kamu dapatkan tapi jiwamu kosong? Alasan yang membuat kau memutuskan pulang ke Jawa?
Hidup itu seperti es krim, nikmatilah sebelum mencair. Hidup ini terlalu singkat hanya diam, kepanasan lalu melumer
Selamat ber hari selasa
(Saya, Kak Maryam, Haji Isam pemilik restoran dan haji Husain yang mengelola restoran jika pemiliknya pulang ke Australia)
Semoga tulisan ini mematik orang untuk berbuat baik. Gusti Allah nggak kan diam kok melihat umatnya berbagi.
*Noted
Oh ya ketika berita saya dicopas dan di-posting ulang saya ndak pernah mempermasalahkannya karena sudah konsekwensi kerja di media online tapi ketika di copas kemudian sumbernya diganti dengan media lain bukan media tempat saya kerja disitu saya pingin misuh misuh. Tapi mungkin kudu positif thinking, minimal ikut menebar kebaikan bukan?

Tidak ada komentar: