15 Jan 2018

Pantai Cacalan



17 September 1691, dua kapal besar dari Semarang yang membawa orang-orang VOC untuk pertama kalinya merapat di wilayah Kerajaan Blambangan sebelah timur. Kedatangan mereka untuk menjalin kerjasama terkait pembayaran bea cukai dengan kerajaan Blambangan.

Pantai yang pertama kali didarati adalah Pantai Klatak atau Tanjung Jajang. Pada saat itu, di sekitar pantai banyak sekali tumbuh Jajang atau Bambu. Mereka disambut dengan upacara kenegaraan dan minum tuak dari gelas bambu. Singoyudo, semacam kepala bea cukai dan dewan kenegaraan dari kerajaan Blambangan yang menyambut mereka. Upacara penyambutan digelar di pantai Klatak atau Tanjung Jajang.

Jalur laut sengaja dipilih karena jalan darat masih belum juga dibuka. Jalur Anyer Panarukan baru ada pada tahun 1808, sedangkan 0 kilometer di Banyuwangi baru selesai 1875. Jalur laut adalah satu satunya jalur untuk masuk ke Kerajaan Blambangan sebelah timur.

Setelah upacara penyambutan mereka singgah ke pos pengamanan Ketapang, Papring, Penataban,Cungking, Kebat, Tambong dan Mangir. Perjalanan yang ditempuh seharian penuh tersebut berakhir di wilayah Singonjuruh, salah satu bagian dari istana Kerajaan Blambangan yaitu daerah Wijenan. Mereka menginap disana.


Sayangnya satu hari setelah kedatangan mereka, Prabu Tawangalun II meninggal dunia tepatnya pada 18 September 1691. Dari tanggal meninggalnya Tawangalun II inilah akhirnya diketahui tanggal berapa dua kapal besar VOC merapat di Pantai Klatak.

Anakn Tawangalun II, Mas Sosronegoro masih kecil. Dia diselamatkan dan diasuh oleh orang keturunan Cina dan wilayah yang sekarang dikenal Labancino. Karena Prabu Tawangalun II meninggal, maka kerjasama dengan orang-orang VOC tidak bisa dilanjutkan. Ini menjadi sebuah keberuntungan bagi negara Blambangan yang tetap tidak tersentuh oleh VOC.

Dan saya tidak akan bercerita secara detail tentang kelanjutan kisah tersebut. Namun sejarah tersebut menjelaskan bahwa Pantai Klatak atau Tanjung Jajang adalah wilayah pantai yang saat ini dikenal dengan nama Pantai Cacalan.

Tanjung Jajang dan Pantai Klatak juga menjadi tempat pendaratan pasukan Panji Sakti, salah satu raja Buleleng Bali untuk menahan serangan dari Untung Suropati pada tahun 1676

Nama Klatak diambil karena wilayah tersebut adalah jalur yang dilewati lahar saat gunung Ijen meletus dan mengeluarkan suara klatak klatak klatak yang berasal dari banyak batu bercampur lahar. Nama Klatak sekarang menjadi nama kelurahan tempat saya tinggal. Sedangkan dinamai Tanjung Jajang karena ada wilayah daratan yang menjorok ke laut dan dipenuhi dengan pohon bambu.

Pertanyaan besar. Mengapa disebut Pantai Cacalan? Karena di masa lalu ada pembukaan lahan pertanian dan pohon bambu di cacal atau di pacul sehingga terkenal dengan Cacalan

Pohon bambu dikenal tanaman yang tumbuh di wilayah yang banyak airnya, dan ini nyata. Di sekitar Pantai Cacalan saat ini, paling sedikit ada empat sumber mata air yaitu Sumber Poh, Sumber Jambe, Sumber Lanang dan Sumber Kedung. Sumber yang terakhir berada di wilayah Sukowidi Utara. Dan beruntung nya, dimasa kecil saya habiskan di sumber sumber itu walau sekarang sudah kesulitan jika disuruh cari kembali karena jumlah rumah sudah semakin banyak. Tapi saya janji untuk menyambanginya

Terkait Tanjung Jajang, saya pikir wilayahnya mulai dari Solong, Tanjung Bulusan hingga Sranit atau Pantai Ancol yang berbatasan d dengan Pantai Boom karena daratannya lebih menjorok dan geografis pantainya memiliki kemiripan, termasuk tradisi Rebo Wekasan

Buat saya pribadi, tidak ada hal lain yang menyenangkan selain mengetahui sejarah tempat saya tinggal. Tempat bumi yang dipijak. Tempat bapak dan ibu membesarkan saya.

Mari mengumpulkan ingatan masa lalu. Tempat menghabiskan masa kecil kita. Terimakasih kepada pak Suhailik yang telah bercerita pada tradisi Rabu Wekasan lalu.

Tidak ada komentar: