23 Mei 2014

LALU BAGAIMANA DENGAN SAYA BU

"Lalu bagaimana dengan adek?. Jangan pergi Bu"

5 tahun lalu di tanggal yang sama seperti hari ini saya pernah mengiba berjam-jam di depan jasad perempuan yang melahirkan saya. Namanya Ismiwati dengan pelafalan hampir mirip dengan nama lengkap saya Rachmawati.

Ketika saya harus terbang dari Jakarta menuju Banyuwangi lewat Bali. Saat itu saya berharap pesawat saya meledak begitu saja lalu saya mati di hari yang sama dengan ibu saya yang katanya meninggal di 9 Maret di Banyuwangi sendirian saja tanpa saya.

Beberapa hari lalu saya menemukan dua kupu-kupu besar coklat yang mati di sebuah teras rumah. Bukan di rumahku. Tapi di sebuah rumah yang terkadang selalu membuat saya ingin pulang kesana.

Lalu apakah itu kupu-kupu yang sama saya temui 5 tahun yang lalu di rumah Bintaro? Kupu-kupu yang ingin menyampaikan sebuah pesan kematian? Saya menekan dada saya yang terasa sakit hari itu. Meminggirkan kupu-kupu mati dengan sayapnya patah. Saya menangis saat itu. Ketika kematian semacam kabar gembira yang disampaikan sepasang kupu-kupu. Mungkin itu ibu dan ayah ku yang sudah menyatu di surga.

9 Maret 2014

Saya menyelesaikan hari ini dengan sempurna ketika berhari-hari saya merasa di kejar kejar oleh waktu. Ketika saya saja tidak ada waktu sekedar untuk mencuci muka dan tidur agak lama. Dan semuanya pulang. Rumah ini kembali kosong dan hanya saya yang tertinggal. Karena memang saya tidak punya tempat untuk pulang.

Menghempaskan tubuh di atas kursi hijau. Rumah ini berantakan tapi menyenangkan karena berarti ada banyak sahabat dan keluarga yang pernah datang di rumah ini. Menghela nafas dan memilih mengurung dalam kamar.

Saya lelah sekali dengan pusing hebat yang saya lupakan berhari-hari.

"Bu. Boleh adek nangis. Ini hari kamu mati dan saya sendirian mengingatnya. Ketika semuanya seakan melupakan hari ini"

Membenamkan wajah di bantal. Lamat-lamat saya bermimpi. Ibu, Bapak, anak-anak saya dan Emak berkeliling di sekitar saya. Ibu meraih kepala saya dan membenamkan kepala saya di pelukannya. "Nak.. Luka kamu sudah bernanah". Saya merasa sedih yang sangat menyakitkan.

Ini tanggal 9 Maret. Dan akhirnya saya kembali menikmati kesendirian.

Kamu dimana? Ketika saya cukup egois menjadikan kamu seperti apa yang saya mau. Lalu bagaimana jika saya balik kanan saja? Menikmati kembali pilihan hidup yang pernah kamu anggap sebagai pilihan konyol.

"Saya akan menemani kamu Raa. Janji kamu jangan menangis lagi"

Kamu tidak menepati janji kamu dan saya pun tidak akan (lagi) memaksamu untuk menepatinya. Termasuk hari ini. Sekedar menemani saya duduk diam dan berdoa untuk ibu ku di hari kematiannya.

"Lalu bagaimana dengan saya"

Saya mempertanyakannya kembali jelang senja hari ini. Maka saya akan bilang semuanya akan baik-baik saya.

Balik kanan dan mengatakan "Kamu hujan, saya matahari. Mana mungkin kita menyatu. Kita terlalu memaksakan sesuatu yang tidak di sepakati alam"

Tapi konyolnya saya masih saja mencintai kamu. Temani saya berdoa hari ini. Kamu tidak ada dan saya berdoa sendiri

Tuhan terimakasih atas hari-hari hebat yang Engkau berikan kepada saya

Tidak ada komentar: