6 Nov 2013

QUICKNOTE ETAPE 2 TOUR DE IJEN 2013

 
ini bukan di Pulau Merah. Ini di Bukit Semocong Batam. Saya rindu saja

Baiklah kawan. Saya menulis catatan ini Pantai Pulau Merah. Iyaa saya menyebutnya Pilau Merah. Walaupun Bupati Banyuwangi lebih suka menyebutnya Red Island. Ahhhh mengada-ngada. Jadi nama ku adalah Women Of Love dong?

Ini bukan selat Bali. Tapi masih saja bertemakan laut. Saya mencintai laut hampir sama dengan saya mencintai hujan dan secangkir kopi. Diseberang saya ada gunung Tumpang Pitu yang selama ini dikatakan mengandung riuan ton emas.

Yang diributkan dan diperebutkan dengan banyak orang dengan segala macam kepentingan. Politik dan kekuasaan? ah buat saya biar saja gunung Tumpang Pitu sombong dengan keangkuhannya. Ada asap di puncaknya? sebentar itu asap apa kabut? fenomena yang aneh... di bawah sini panasnya mencapai 36 derajat celcius. Apa mungkin Prabu Tawang Alun lagi geleng-geleng kepala dari atas melihat para pemimpin sebuah kerajaan Blambangan yang dulu ia perjuangkan sedang berpesta pora di bawah gunung Tumpang Pitu?

Akhirnya saya harus memberikan penghormatan yang sebesar-besarnya pada masyarakat Banyuwangi.

Duh ... saya merasa terharu saat mereka berdiri sepanjang jalan. Mulai dari anak-anak sekolah, ibu rumah tangga, bapak-bapak, kakek-kakek, nenek-nenek dan semuanya. Bermain alat musik sepanjang jalan ketika saya lewat dengan menggunakan mobil media.

Saya saja terharu dengan keramahtamahan mereka. Padahal saya bukan Bupati yang namanya di elu-elukan sepanjang jalan. Pasti Bupati Banyuwanginya juga bangga. Padahal kabupaten ini bukan punya Bupati. Kabupaten ini punya masyarakat yang bayar pajak.


Raa.... kamu selalu mencerau.

Baiklah saya hanya berharap nanti para pemimpin Bupati mungkin. Kepala desa mungkin. Tidak lupa memberikan bonus atau uang lelah kepada para hansip atau linmas. Hah? kok Linmas Raa? Kok Hansip? Iyalaahhhh saya liat sepanjang jalan mereka yang mayoritas berusia tua selalu memberikan hormat kepada mobil dan para pembalap yang lewat di hadapan mereka. Termasuk mobil media yang saya lewati. Padahal belum tentu mereka mendapatkan gajian bulanan yang memadai dari pemerintah.

Duh bapak hansip dan bapak linmas. Saya lebih tertarik melihat njenengan daripada liat para pembalapnya. Buat saya anda pahlawan hari ini. Yang membuka jalan untuk kami agar bisa sampai di Pulau Merah sebelum pembalap pertama masuk ke garis finish.

ehhh tiba-tiba saja saya takut melihat bayangan saya dari layar laptop. Kenapa Raa? Kulit saya hitam legam. Bagian tangan dan bagian wajah yang berantakan. Terbakar tercampur dengan minyak debu dan keringat. Sama sekali tidak menarik mungkin. Hahahahah.... ternyata wanita semodel saya juga takut tidak terlihat cantik. Wanita-wi lahhh. Jika boleh menggantinya dari istilah manusia-wi.

Baiklah... hadiah sudah di serahkan ke pemenang. Saya harus kembali ke kota walaupun hanya ke kota Genteng. Paling tidak saya butuh mandi, ganti baju dan tidur lalu menulis. Besok perjalanan masih panjang Raa.

Hei Pulau Merah. I Love U.... seperti sahabat-sahabat saya lain. Saya tetap tolak tambang untuk menyelamatkan mu.

Sebentar. Saya berlari sebentar ke tepi pantai. Mengirim surat pada Neptunus. Berharap sampai ke Istana Laut yang ada di Selat Bali.

"Lelakiku hujanku..... titip gerimis untuk kamu bawa pulang. Gerimis yang menandakan bahwa sebuah jeda itu romantis. Cepat pulang"

Tidak ada komentar: