9 Mei 2013

: KATAKU DONGENG SANG PUTRI DUYUNG

Kali ini saya ingin berdongeng tentang Putri Duyung.

Iya putri duyung yang menukar suara dan ekornya kepada penyihir laut agar ia mendapatkan cinta dari seorang pangeran yang pernah ia tolong saat kapalnya karam. Namun cintanya tidak terbalas karena sang pangeran lebih memilih seorang putri yang bersuara merdu untuk menjadi istrinya.

Sedangkan tanpa cinta pangeran, sang Putri duyung akan binasa. Maka sang penyihir laut mengatakan, agar tidak mati dan kembali ke wujud awal satu-satunya cara adalah membunuh sanga pangeran. Namun cinta sang Putri Duyung sedemikian besar sehingga memilih untuk menyeburkan diri ke dalam laut. Tenggelam dan mati menjadi busa-busa ombak. Putri Duyung jiwanya kosong saat patah hati, namun rela berkorban untuk sang Pangeran. Ia akhirnya berubah menjadi roh di udara dan menghibur perempuan-perempuan yang kesepian.

Sebelum putri duyung berawal, bangsa Yunani terlebih dulu mengenal siren, anak-anak perempuan Dewa Sungai Achelous yang kemudian berubah menjadi perempuan dengan sayap burung bersuara merdu. Siren, dengan nyanyian cinta dan kata-kata manis, membujuk para pelaut mengubah haluan dan datang ke pulau mereka untuk kemudian dimangsa.

Dalam epos Odyssey (sekitar 800 SM), penulis dan filsuf Yunani Homer menuliskan pengalaman Odysseus yang meminta awak kapalnya menutup telinga mereka dengan lilin untuk menghindari nyanyian siren. Dia sendiri memutuskan melawan siren dengan meminta awak kapal mengikat tubuhnya kuat-kuat di salah satu tiang kapal. Para siren yang mendekati kapal Odysseus akhirnya berguguran dan musnah dengan kepala membentur badan kapal.

Selain siren, bangsa Yunani mengenal naiades atau lelembut berwujud perempuan (nymph) yang hidup di air – Laut Mediterania, samudra, sungai, danau hingga sumur. Naiades dianggap memiliki kekuatan menyembuhkan dan kesuburan sehingga menjadi objek penyembahan. Serupa siren, Naiades juga dianggap sebagai penggoda para dewa dan manusia.

Begitu buruknya kah namanya perempuan? harus menjauh hanya untuk sebuah alasan nama baik.
Oke... nama baik saya bisa mengerti. Tentu dengan konteks permasalahan yang berbeda-beda.

Kembali ke Putri Duyung.Putri duyung adalah makhluk abadi yang kerap menarik pelaut ke dasar laut untuk diambil jiwanya dan binasa. Untuk menjaga kesetiaan terhadap agama, mereka mengajarkan kemolekan putri duyung sebagai daya tarik duniawi yang menghalangi manusia mendapatkan keselamatan.

Duh perempuan....

Sepagi tadi saya mengikuti wawancara istri Fathanah salah satu koruptor kasus suap daging import yang menyeret salah satu partai besar berbasis agama. Ia di mintai pernyataan tentang beberapa perempuan yang tertarik dalam kasus korupsi suaminya.

Perempuan itu berkata, "Jika perempuan baik-baik dan terhormat maka dia akan melakukan itu. Menerima uang dari suami saya"

Saya sedikit banyak menyetujui. Tapi bukankah sebuah hubungan antara laki-laki dan perempuan adalah sebuah kesepakatan. Saya pikir tidak adil jika hanya menyalahkan sisi perempuan saja.

Nah ini sama saja dengan kasus Sang Putri Duyung.

Penglihatan akan putri duyung, terutama oleh para pelaut, di kemudian hari disimpulkan para peneliti sebagai sosok dugong dan manatee yang memiliki kelenjar susu di bawah sirip dada dan ekor menyerupai ikan. Dugong dan manatee pun dikelompokkan dalam Ordo Sirenian, yang namanya diambil sesuai anggapan umum.

Ilmuwan Richard Dawkins dalam The Greatest Show on Earth: The Evidence for Evolution (2009) menulis, “Mungkin para pelaut yang sekian lama menahan hasrat biologisnya, dari kejauhan di tengah laut memandang dugong dan manatee serta keliru menganggap mereka sebagai perempuan" Dan itu diyakini sama dengan yang dilihat oleh Columbus di perairan Karibia.

Sirenian adalah mamalia laut yang memiliki beberapa persamaan sekaligus perbedaan dengan lumba-lumba dan paus. Seperti lumba-lumba dan paus, Sirenian hanya mampu hidup di dalam air dan dapat bertahan dalam air hingga 15 menit. Untuk menghirup oksigen, ia akan muncul ke permukaan air serta bernafas melalui hidungnya. Namun berbeda dari lainnya, Sirenian adalah satu-satunya mamalia laut yang herbivora; pemakan rumput laut dan alga. Melalui tahapan evolusi, Sirenian pun mengalami perubahan fungsi fisik sehingga berkarakteristik mamalia laut seperti sekarang.

Lalu siapa yang disalahkan? apakah Dugong dan Manatee, mamalia laut yang menyusui? atau otak para pelaut yang mayoritas laki-laki dan colombus yang menganggap bahwa binatang serupa perempuan karena kebutuhan seksual yang tidak bisa di tahan?

Saya tidak akan menghakimi laki-laki atau perempuan untuk dongeng sang Putri Duyung.

Ketika saya belajar berdamai dengan kenyataan atas sebuah keputusan sepihak yang tidak pernah diperbincangakan empat mata. Hanya alasan nama baik dari satu pihak. Lalu bagaimana dengan saya? lalu bagaimana dengan dongeng putri Duyung yang memilih bunuh diri dari pada harus membunuh sang Pangeran yang telah menolaknya agar sang Putri kembali normal?

Ah... Jiwa Sang Putri Duyung masih hidup dan dia menghibur dan menangisi perempuan-perempuan yang tersakiti.

akhirnya biar saja Neptunus dan Putri Duyung tetap menjadi sebuah kisah yang abadi dalam hidup saya. Menyimpan nya seperti Kisah Hang Tuah dan Putri Gunung Ledang, atau Sri Tanjung dan Sidopekso.

Kamu lupa .... perempuan juga mempunyai kekuatan yang luar biasa ketika telah memilih jalan hidupnya,

Putri Duyung, Sri Tanjung, dan Putri Gunung Ledang semuanya berakhir pada keabadian yang mengatas namakan pengabdian.

Dan saya banyak belajar disana

tiba-tiba saya ingat Film Titanic

""Promise me you'll survive. That you won't give up, no matter what happens, no matter how hopeless. Promise me now, Rose, and never let go of that promise."

apa kabar Jack ya? apakah dia bertemu dengan Neptunus dan Putri Duyung?


Tidak ada komentar: