20 Nov 2012

: SEPOTONG PAGI


Hai sayang .... apa kabar mu nak? Maafkan bunda mu ya, mungkin beberapa minggu terakhir aku terlalu sibuk dengan duniaku. Jangan merajuk sayang ..... bunda tidak akan pernah melupakan mu.

Kau tahu nak, sepagi ini bunda bergegas menemuimu. Bukan untuk berkeluh kesah, tapi karena aku rindu pada kamu. Fuich..... makam keluarga kita tiba-tiba sangat luas. Semak-semak menjalar menutup beberao nisan. Aku menghela nafas. Bukannya aku melupakan kamu dan mereka. Baru aku sadar bahwa aku egois, yang tidak pernah menyempatkan waktu walau sejenak untuk menabur bunga atau membaca doa di pusara kalian.

Di sini nak....  aku merasa benar-benar sendiri. Iya sendiri. Aku berpikir ini yang membuat aku menjadi perempuan egois. Jika tidak egois bagaimana aku bisa bertahan seperti saat ini.
Semalam ada sebuah pesan

"Prinsip tanpa keras kepala nggak akan jadi, seperti naik kereta tanpa tiket"

Aku melangkah mendekat di beberapa nisan yang tertutup tanaman merambat. Beberapa pelepah pohon kelapa jatuh menimpa genteng yang rapuh. Disini awal saat aku mengenal kematian, saat ayah di makamkan dan aku sibuk menyesap potongan-potongan tebu, dan masih menggunakan kaos oblong tanpa lengan dan celana pendek doreng bekas spanduk. 


Kemudian satu persatu. Embah ku, ibu ku dan ilalang kecilku. Aku bersahabat dengam aroma mistis kematian. Bermain-main dikeranda dan duduk manis dibawahnya sambil bermimpi ayahku akan bangkit lagi kemudian membopongku sambil bermain-main di pantai. 

Setelah sekian tahun saat aku menjadi gadis kecil yang sadar bahwa ayah ku sudah mati. Iya mati ... yang artinya aku tidak boleh cengeng dan tidak boleh membuat ibu ku bersedih. Mati yang berarti aku harus melakukan apapun sendiri termasuk mengambil raport yang seharusnya di ambillkan oleh ayahku, saat ibu ku juga masih sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan aku dan kakak ku. Mati berarti adalah aku harus berjalan seorang diri sepulang sekolah sambil terseok-seok membawa tas sekolah sedangkan teman-teman yang lain sibuk di pangku dan digendong oleh orang tuanya.

Aku selalu menangis..... tapi menyembunyikannya dari ibuku. Karena aku liat dia terlalu lelah sambil membawa koreksi PR murid-murid nya. Aku akan mencium tangannya dan lari ke dalam kamar sambil menyembunyikan air mataku, aku hanya ingin mengatakan, " Bu.... adek dapat rangking 1"

Dan aku kini melangkah menjinjit di antara nisan yang bertuliskan nama-nama yang aku kenal. Termasuk nisan yang berwarna hijau, tanpa sebuah kemenangan.

"Ibu.... adek kangen. Adek sendirian. Adek kesepian" 

Aku baru sadar tangan ku terlalu kecil untuk mencerabut akar-akar liar. Aku marah, aku teriak, 

"Hei.... bisa kah kalian bangkit.... bangun dan temani aku?"

Air mata ku tak terkendali. Mati itu adalah sendiri Raa.......

Menghampiri makam tanpa nisan. Aulia..... temani bunda nak.

Aku selalu belajar berdamai dengan kematian. Bukan hanya hari ini. Tapi hari-hari sebelum dan setelah hari ini.

Mati itu adalah aku kesepian

Mati itu adalah aku harus menghidupkan lampu seorang diri

Mati itu adalah aku pulang .... dan tidak pernah ada yang menunggu dan aku tunggu didalam rumah
Ujung mata ku membasah.........

"Panggil aku Raa, dengan double a. Bukan Ra"

"Untuk banyak hal, kamu suka bilang iya. Pakai saja. Aku saja. Gampang... kenapa untuk nama raa atau ra jadi tidak gampang?? Ceritakan apa sebab nya"

"Karena saya adalah raa.... amour raa perempuan matahari"

Saya melihat ke timur...... memicingkan mata. Menantang matahari.

Sepotong pagi, sepotong mata coklat. Kamu .... bisa temani saya? Saya menepi

"Kenapa harus matahari"

"Tidak pernah ada mata telanjang yang mampu melihat matahari Kalaupun dipaksa dia akan buta. Satu lagi.....matahari di takdirkan sendiri. Tidak pernah ada dua matahari di muka bumi ini. Kalau ada? Tandanya kiamat"

Wajahmu membayang! Ada sepotong cinta yang tersimpul...... di sepotong pagi

Published with Blogger-droid v2.0.9

1 komentar:

Curly_t@uRus mengatakan...

hai iraa...
pbkr? aku baru berkunjung lagi ke rumahmu, dan mendapati postingan mengenai ini. Aku juga jadi teringat dengan kuburan ayahku, desember nanti 1 tahunnya aku hidup tanpa ayah. Ada rasa kangen bisa bercengkrama dengan beliau, bisa beliin dia camilan enak sepulang aku kerja dan gajian..ahh jadi teringat itu semua. But life must go on sist...boleh bersedih, tp sesaat aja ya..