26 Jul 2012

17 JULI NATUNA : Saya bahagia walau pun saya harus terisolir dan sendiri

Dari sebuah jendela...... Sky Air


Natuna… Luar biasa! Itu kalimat pertama yang saya ucapkan dengan bisikan dalam hati saat melintas di atas laut yang seakan hanya berjarak sejengkal di bawah saya. 1 jam 30 menit menggunakan pesawat foker yang isinya tidak lebih dari 50 orang. Takut? Iya saya takut! Perjalanan luar biasa untuk mewujudkan mimpi saya. Turun dari pesawat berulang kali saya meyakinkan diri bahwa saya tidak bermimpi. Iya … saya sudah berdiri di tanah Natuna perbatasan Indonesia di bagian Utara. Dan saya seorang diri … tidak ada satu pun yang saya kenal disini.

Mulai dari atas pesawat , lensa kamera saya tidak berhenti memidik. Decakan kagum saya membuat saya menggeleng-gelengkan kepala menikmati surga yang terhampar di depan mata. Natuna…. Jauh dari apa yang saya bayangkan. Sepi…. Bahkan terkesan ini bukan sebuah kabupaten tapi sebuah kampong yang memiliki bandara untuk pesawat. Sederhana dan semuanya berjalan sangat lambat. Lebih ramai kampong saya di Banyuwangi. Apakah saya bisa bertahan disini? Saya tersenyum. Saya lebih bisa bertahan di sini di bandingkan saat saya menginjak Jakarta. Sebentar lalu saya lirik blackberry saya. Hadoehhh…. Tanpa sinyal. Dan itu berarti akses hubungan saya keluar hanya bias dapatkan dengan nomer hp dan juga berharap modem laptop saya berfungsi.

Saya mendapatkan sebuah penginapan sederhana tapi sangat luar biasa. Sebuah penginapan kecil berbentuk rumah panggung di lantai dua dan belakang kamar saya adalah laut. Saya bersorak….. walaupun mewujudkan rumah panggung itu tidak pernah lagi aka nada tapi paling tidak saya bisa menikmati nya disini. Kamarnya cukup luas untuk saya seorang diri. Semua ornamennya adalah kayu. Saya bernafas berat.. ah seharusnya kamu menemani perjalanan saya kali ini. Sepersekian menit saya membuka laptop untuk menulis dan  saya kembali bernafas berat kembali. Modem saya sama sekali tidak ada sinyal. Pupus sudah….. akses internet saya benar-benar mati. Untuk kesekian kalinya saya harus kehilangan kontak dengan dunia luar sana. Tapi entah kenapa kali inisaya tidak mempermasalahkannya? Saya hanya menutup laptop berganti baju dan melanjutkan perjalanan saya ke Batu Sindu. Sebuah batu  penuh legenda tentang pasangan yang dipisahkan dan akhirnya sang perempuan tewas di Batu Sindu. Hei… jangan berpikir saya akan ikut meloncat dari batu itu walaupun saya dalam kedaan galau. Saya juga melihat dari kejauhan Pulau Senoa, sebuah pulau yang berbentuk seperti perempuan hamil yang tidur.  Kembali…. Perjalanan yang saya alami seperti halnya sebuah benang merah dalam kehidupan saya dan saya sangat menikmatinya.

Natuna…. Sebuah kabupaten yang jauh dari kata ramai dan hiruk pikuk masalah yang membuat saya menjadi makhluk asing di lingkungan saya sendiri. Di Natuna saya merasa nyaman, tenang dan damai walaupun saya tidak menemukan akses internet untuk pribadi saya.

“Dimana ada internet…”
“Lurus aja kak…. Kanan jalan tapi ya gitu lelet nya banget”

Akhirnya malam ini lepas jam 9 malam saya terdampar di sebuah warnet dengan musik yang berdentam keras. Ah.. entah kenapa saya tidak menyukainya. Padahal beberapa minggu lalu saya menikmati dentuman musik ini dengan bergoyang. Saya pikir house music yang di putar di warnet ini hanya mengganggu Natuna yang tenang dan damai. Ah .. sudahlah saya akan akhiri catatan saya yang tidak seberapa ini.  Saya hanya ingin mengatakan kepadamu bahwa saya baik-baik saja walaupun tidak penting saya mengabari kamu bagaimana keadaan saya saat ini.

Yang pasti malam ini saya benar-benar menikmati sebuah perjalanan yang membuat hati saya sangat bahagia. Iya sebuah kebahagian yang lupa kapan terakhir saya rasakan. Kebahagian yang lepas tanpa tekanan. Natuna telah memeluk saya.

“Itu masjid Raya Natuna”

Saya kembali berdecak kagum. Saya merasa melihat Taj Mahal. Sebuah masjid dengan latar belakang gunung ranai.
“Saya ingin sholat disana”

Saya terpekur dan seakan tidak percaya apa yang baru saja saya katakan. Dan akhirnya berkali-kali saya kembali bidikkan lensa kamera saya kea rah masjid itu. Sayangnya saya belum bisa membaginya di sini. Saat saya menyadari bahwa saya berada di Natuna tanpa akses internet yang memadai. Tapi biarlah paling tidak saya telah merekamnya dalam otak saya.

Perjalanan ku sampai sejauh ini hanyalah bermodal keyakinan seluruh naluriku…….

Saya membetulkan letak jaket hitam dan tiba-tiba bayang kamu mucul begitu saja.

“wujudkan mimpi kamu Nda…. Teruslah bermimipi”

Dan saya akan terus bermimpi dengan atau kamu disamping saya.  Natuna peluk saya …….. Saya bahagia walau pun saya harus terisolir dan sendiri

Natuna, 17 Juli 2012 : 22.00


Tidak ada komentar: