15 Feb 2012

RUMAH KAYU TEPI PANTAI TEMPAT KITA KEMBALI


 : Dear,

Boleh aku bercerita? Duduklah di sampingku dan aku akan memulai cerita tentang mimpiku. Hei….minum dulu teh panas mu agar kamu mengerti apa keinginanku.

Kamu tahu salah satu mimpiku? Aku selalu menuliskan nya di status facebook dan catatan-catatan sederhana ku. Sebuah rumah kayu di pinggir pantai dengan model  dermaga  yang menjorok ke pantai. Pasti kamu memotong ceritaku dengan mengatakan, “Itu namanya Kelong Nda”.  Aku akan mengangguk-angguk sambil meneruskan cerita tentang mimpiku.

Aku benar-benar bermimpi bisa tinggal di rumah yang seluruhnya terbuat dari kayu yang terpancang kuat di pelataran di tepi pantai.  Dengan lantai, dinding, tiang, dan kuda-kuda menggunakan kayu serta pondasi terbuat dari umpak batu. Untuk jenis kayu nanti kamu yang menentukan. Apakah menggunakan jenis kayu jati atau jenis kayu yang lain. Aku pasrahkan ke kamu. Bukankah kamu yang lebih paham tentang hal itu? Pasti kamu bertanya kenapa aku memilih rumah dari kayu? Ah…alasan yang mungkin tidak perlu aku jelaskan pada mu sayang, karena kamu tahu betapa aku sangat mencintai kehidupan yang natural. Bersatu dengan alam. Itu istilah yang selalu aku katakan padamu. Aku pernah membaca sebuah buku, rumah kayu mempunyai keistimewaan. Saat musim dingin, hawa panas akan menguap dari kayu itu. Sedangkan ketika musim panas, kayu bisa menyerap udara panas menjaid lebih sejuk. Lalu kenapa pantai? Pantai mengingatkan aku pada ayahku yang katanya adalah seorang suku laut dari suku bugis. Bukankah kita berdua adalah anak-anak dari suku laut? Ada ketenangan saat aku berada di pantai. Selain itu aku membayangkan jika kita tinggal di rumah kayu di pantai, rumah kita akan berayun saat gelombang air pasang menerobos di bawah rumah kita. Pasti menyenangkan. Aku tidak ingin rumah yang terlalu besar. Tapi cukup untuk kamu, aku dan anak-anak kita yan belum lahir , serta menampung sahabat-sahabat aku dan sahabat-sahabat kamu. 


3 kamar. Satu kamar utama untuk aku dan kamu. Dan kamar lainnya akan kita siapkan untuk anak-anak kita kelak, atau untuk tamu yang berkunjung kerumah kita. Ruang depan adalah satu ruangan luas yang tidak perlu di sekat. Agar siapapun yang datang bisa merasakan bahwa kita berdua adalah orang yang terbuka dengan siapapun. Aku tidak masalah tamu-tamu yang berkunjung melihat apa yang sedang aku lakukan di ruang itu. Ruang luas itu adalah ruang tamu sekaligus ruang keluarga kita. Dengan jendela-jendela besar seperti milik suku Baduy, dan nantinya jendela itu akan menghadap langsung ke laut. Ah Dear……aku bisa menikmati udara laut setiap waktu. Tinggal membuka pintu dan jendela aroma laut langsung menyeruak. Kamu tentu masih ingat saat aku suntuk dengan muka kusut, aku membawa ranselku. “Kemana Nda”. Aku menjawabnya, “Ke Pantai”. Ya sayang. Ada dua hal yang membuat aku nyaman dan tenang. Yaitu di sisi kamu dan pergi ke pantai.

Nanti, aku akan meletakkan selembar tikar dari bambu dan meja kecil dari kayu serta beberapa bantal kecil yang bisa kamu gunakan untuk menerima teman-teman kamu untuk santai disana. Kalian bisa bermain musik atau mungkin sekedar minum kopi atau teh. Jangan khawatir aku nanti akan bantu kredit Home Theater kecil yang akan kita pasang di ruang utama itu. Agar rumah kita tidak terlalu sepi. Atau alasan kuatnya adalah karena kita berdua suka music. Ah….aku yakin pasti kita akan berebut film apa yang akan kita tonton lebih dahulu. Sedangkan di sisi dinding lain aku akan meletakkan sebuah rak buku unik yang terbuat dari bambu. Aku pernah melihatnya di sebuah pameran dan aku yakin kamu bisa membuatnya untuk ku. Berbentuk undakan tangga, sederhana dan unik sehingga aku bisa meletakkan puluhan koleksi buku ku disana. Setiap waktu aku bisa membacanya, termasuk kamu, teman ku dan teman kamu serta siapapun yang masuk ke rumah kita bebas untuk membacanya. Di sebelahnya juga akan aku letakkan secara bersisian dua meja yang juga terbuat dari kayu yang tingginya bisa kita atur. Pasti kamu akan tertawa sambil bertanya kepadaku, “Kenapa harus dua Nda”. Jawabannya sederhana. Karena aku tidak mau berbagi meja dengan kamu. Egois ya……? aku tidak mau saat ingin menulis aku harus menunggu kamu menyelesaikan pekerjaan yang menuntut kamu berjam-jam di depan laptop.  Sepakat kan? Sedangkan di sisi dinding lain akan aku penuhi dengan photo-photo hasil jepretanku. Photo-photo persinggahan ku dalam perjalanan ku yang berakhir di rumah kayu tepi pantai bersama kamu. Termasuk photo-photo kenangan kita yang akan membuat kita tersenyum-senyum sendiri mengingatnya. Photo saat kamu masih berperut datar dan aku tanpa lemak di bagian pinggangku. Kamu tidak pernah tahu kan sayang kalau aku menyimpan banyak foto mu dalam laptop aku. 


Kamu pasti protes, “Aku juga mau kerja dalam kamar kita”. Sayang, kali ini aku akan menolaknya tegas. Kamar kita hanya khusus untuk istirahat. Tidak boleh untuk kerja. Dan tidak ada TV di sana. Agar kamu benar-benar bisa beristirahat dengan tenang. Kamar kita cukup berisi kasur yang ku letakkan di dipan yang tidak terlalu tinggi dengan meja di sampingnya tempat aku meletakkan teh panas untuk kamu tiap pagi. Aku juga akan pasang kelambu untuk menjaga agar kamar kita tetap hangat walaupun aku membuka jendela besar yang membebaskan angin laut masuk ke kamar kita. AC? Tidak…..aku tidak akan memasang AC. Tidak sehat buat kesehatan kamu. Satu cermin setinggi ku dan satu lemari baju aku rasa sudah cukup buat kebutuhan kita. Kau tau sendiri kan aku adalah orang yang simple. Dan di sebelah kamar kita akan aku sambung dengan sebuah kamar mandi tanpa kloset. Hanya di sekat sederhana cukup. Bukankah itu kamar pribadi kita?. Berisi gentong yang berisi air. Ya…..kamar mandi tanpa atap dengan lantai kayu. Saat mandi nanti air akan langsung turun ke bawah ke laut. Lebih bersahabat kan? Aku melihat konsep ini saat mengunjungi rumah pantai di wilayah Guntung Riau Daratan. Aku suka konsep itu. Membayangkan mandi langsung di bawah langit. Atau mungkin aku bisa hujan-hujanan disana tanpa harus malu di lihat orang. Oh Tuhan….betapa bahagianya aku membayangkan itu. Dan nanti di ujung kamar aku akan buat sekat sederhana untuk tempat sholat kita. Tempat khusus kita beribadah dengan hiasan kaligrafi dan photo Masjid Pulau Penyengat. Aku mau kamu menjadi imam ku. Aku bisa mengaji di sudut itu dan kamu akan membetulkan bacaan Al-Qur’anku. Atau mungkin kita bisa berjamaah saat shubuh, magrib, isya atau bahkan tahajud. Kamu dan aku tidak perlu susah-susah keluar kamar. Kita bisa berwudhu di kamar mandi yang kita buat di dalam kamar kita kan?

Lalu untuk dapur? Aku mengernyitkan kening. Kau tau sendiri kan sayang. Aku tidak begitu pandai memasak. Ah yang terpenting dapur yang nyaman. Aku mau dapurnya di bagian belakang. Hanya terpisah pintu dengan ruang utama. Meja makan? aku tidak suka. Aku lebih suka meletakkan nya di lantai dan kita bisa makan lesehan. Iya kan? Ah entah kenapa sekali lagi aku suka dengan konsep rumah Baduy. Tidak perlu ribet dengan aturan meja makan yang membuat aku pusing. Kamu tentu setujukan dengan usulku dengan tidak meletakkan meja makan di rumah kita? 

Sedangkan untuk hal-hal pribadi seperti cuci baju, cuci piring aku akan lakukan di belakang rumah. Seperti yang dilakukan oleh perempuan-perempuan di kampung nelayan. Walaupun kita bukan nelayan tapi tidak ada salahnya kan kalau aku mengikuti gaya hidup mereka yang sederhanan dan bersahaja. Kau tahu kan bahwa suku laut ada di darahku walau aku benar-benar tidak bisa berenang. Aku juga akan memelihara beberapa burung merpati. Jika mereka sudah jinak aku akan membiarkannya lepas tanpa di kurun di dalam kandang. Di beberapa waktu nanti aku, kamu dan anak-anak akan bersama-sama memberikan makan pada merpati-merpati peliharaan kita. Sebentar aku tanya padamu, “Apakah merpati bisa tinggal di wilayah pesisir?” Aku yakin kamu akan tergelak sambil bilang, “Searching di mbah google Nda”

: Dear, aku sangat ingin kan tinggal di rumah impianku bersama kamu. Setiap senja kita akan duduk di teras rumah yang akan aku isi dengan pot-pot berisi ilalang dan beberapa bungan kertas serta kaktus. Kenapa harus ilalang? Ya..karena kamu adalah ilalang aku. Yang bertahan dalam keadaan apapun untuk terus menemani aku. Atau mungkin kita akan duduk di undakan batu yang menghubungan pasir pantai dengan teras rumah. Kita akan saling berpeluk dan membiarkan anak-anak kita bermain air dan pasir di depan rumah. Atau jika mereka sedikit dewasa mereka bisa belajar berenang dengan dirimu atau sekedar bersampan di laut untuk mencari gonggong, siput laut khas Kepualaun Riau untuk santapan makan malam kita. Dan aku akan sibuk mengabadikan gambar kalian dengan kamera ku atau duduk di teras untuk menyelesaikan tulisanku. Tentu dengan kamu dan anak-anak sebagi inspirasiya. Jika kamu dan anak-anak bosan makan dalam rumah aku akan menggelar tikar di atas kelong yang kita pasang di depan rumah. Dan kalian, kamu dan anak-anak kita kelak bisa menikmati makan sambil bersenandung tentang lautan. Ajarkan mereka bernyanyi……

: Dear. 
Aku menceritakan mimpi tentang rumah impianku dengan perasaan berbunga-bunga. Sampai-sampai aku meneteskan air mata. Aku tidak tahu. Begitu besar harapan ku untuk tinggal di rumah kayu di tepi pantai bersama kamu. Melayanikamu sebagai satu-satunya perempuan dalam hidup kamu. Dan aku menjadi ibu dari anak-anak kamu. Dan saat kita sudah berusia senja, kita tinggal duduk di teras rumah menunggu anak-anak kita datang dan berkata, “Ayah….bunda…….aku pulang ke rumah kita”. Ya sayang…..rumah kayu tepi pantai tempat aku mengakhiri perjalanan panjang ku. Ada kamu dan anak-anak kita kelak.



Rencananya mau buat lomba...tapi sudahlah....ternyata saya tetap bisa membeli Android dengan tulisan saya. 



3 komentar:

Tirta Darmantio mengatakan...

semoga rumah impian nya terwujud yaa,, semangat :)

RanggaGoBloG mengatakan...

ditujukan pada siapa ni yah?

info obat alami mengatakan...

subhanallah,,jujur sjujurnya meski terlihat lebay,,mata ini teralirkan air yg menganak sungai,membaca dan membayangkan betapa bhagianya kalian,,,hdup bersama alam yang terusak oleh pghuninya sndiri,,nmun kalian tetap setia dgan alam,,dan impian bhagi yg kn trcipta,,,slam bhagia,,,whai shabatku di seberang sana.