16 Jan 2012

TENTANG ANITA.......

Malam hari ini, 14 Januari 2012. Nggak ada kejutan, nggk ada kado, nggk ada kue, nggk ada liln, nggak ada sodara, nggk ada teman, dan nggk ada Dino. Semua biasa saja”

Saya tersenyum menerima pesan dari seorang perempuan yang bernama Anita Tri Suci Januarti. Entah…saya sedikit mengingat. Karena saat kecil dulu saya suka menanyakan, “Dik ita siapa nama lengkapnya?”. Dan ia akan menjawab dengan cadel. Hei……anak perempuan kecil itu sudah menjadi perempuan dewasa. 23 tahun mungkin….

Saya tidak begitu dekat dengan dia secara fisik. Kami pun hanya beberapa kali bertemu. Saat masa kanak-kanak mungkin…… Jarak kami hampir terpaut 7 tahun. Di kota Blitar. Dia mengajak saya untuk mandi di kali yang airnya sangat dingin. Dengan batu-batu besar. Saya masih ingat masih shubuh dia sudah membangunkan saya dan mengajak saya berendam di Kali So…(apakah saya salah menyebutnya?). Saya mengingatnya dia adalah anak yang sangat ceria dengan segala kekurangannya.
Masih kecil dia selalu berkata, “Mbak ira…nanti aku di belikan kaca mata ya sama Bu De Is”. Saya selalu mengingat kalimat-kalimat kamu. Saya juga tidak tahu apakah ibu sudah membelikan kacamata untuk dia?. Jika belum nanti saya akan belikan, tapi saya rasa dia sudah sanggup untuk membeli kaca mata sendiri.


Dia beberapa kali mengunjungi saya ke Banyuwangi. Dia waktu itu kelas  6 SD. Aku ingat karena saat itu ibu akan mengajak dia untuk tinggal di rumah kami untuk melanjutkan sekolah SMP. Sayangnya entah alasan apa dia kembali ke Blitar. Aku juga masih ingat saat ibu saya membelikan dia baju muslim rok panjang yang ternyata kependekan saat lebaran. Karena dia mempunyai tinggi di atas normal (dibandingkan dengan saya yang hingga usia saat ini hanya setinggi 152 cm).  Ibu sempat berkata padaku, “Apapun yang terjadi nanti, Ita adalah cucu dari Mbah Yasin. Dia adik kamu”. Saya tidak tau apa maksud ibu berkata padaku. Bahkan sampai detik ini pun saya masih belum bisa memaknai pesan ibu saya kepada saya sampai ibu meninggal.

Ita jarang ada pada album keluarga besar kami. Ya tentu saja. Dia banyak menghabiskan masa-masa sekolah dia di Wlingi Blitar. Saya pernah tidak suka dengan gaya dia yang menurut saya telalu liar. Berbeda dengan kami.  Setelah dewasa akhirnya saya tau, dia tidak liar hanya cara pengajaran rumah kami yang berbeda. Tentu saja! Ibu saya adalah guru yang mempunya banyak aturan yang diterapkan di rumah kami. Saat kuliah saya mendapat kabar kalau nenek dia dari pihak ibunya meninggal. Ibu saya menyuruh saya untuk takziah ke Blitar. Saya berangkat dari Jember. Menginap hanya 2 malam. Saya menemukan Ita sebagai seorang gadis cantik yang sudah beranjak dewasa. Kami ngbrol banyak sekali bahkan dia mengajak saya makan di bakso langganan dia, mengajaknya ke sekolah dia dan ke salah satu radio yang ada di Wlingi Blitar. “Aku pingin kayak Mbak Ira. Jadi penyiar. Nanti kalau lulus SMA kira-kira aku bisa nggak ya di terima jadi penyiar ? kan aku…..”. Ita menggantung kalimatnya. Saya hanya memotivasi dia bahwa dia bisa menjadi apapun yang ia inginkan. Tapi saya sudah tidak ingat lagi kalimat apa yang saya ucapkan untuk dia.

Saya memanggilnya Ita.  Dia adik sepupu saya. Ibu saya sebagai anak pertama dari 5 bersaudara membuat saya mempunyai banyak adik sepupu. Di bandingkan dengan adik-adik sepupu saya yang lain Dik Ita memang sedikit jauh dengan saya.  Bukan ….bukan karena saya tidak sayang dengan dia atau dia bermasalah dengan saya. Tapi karena faktor sejarah dari keluarga kami. (saya menyebutnya sejarah. Karena sejarah adalah sebuah pembelajaran buat kami). Setelah dia pindah ke Jakarta dan saya juga pindah ke Jakarta kami semakin dekat. Walaupun hanya sekedar say hello dan reunian keluarga kecil-kecilan.

Walaupun saya pindah ke Batam, hubungan kami semakin membaik. Kami saling bercerita. Ya….cerita dua perempuan yang sama-sama dewasa. Kami sering bercerita rahasia-rahasia kecil masa lalu keluarga kami. Hubungan dia dengan seorang laki-laki yang saya menyebutnya “Dinosaurus”.  Ya…saya hanya berharap hubungan mereka berdua segera di resmikan.

Jika dibandingkan saya, mungkin perjalanan Dik Ita lebih panjang lebih berliku. Dan saya tidak mungkin menceritakannya di sini. Saya tidak ingin dia menjadi seperti saya. Tapi saya hanya berharap dia bisa survive dalam keadaan apapun. Menghadapi masa lalu ataupun masa depan dia nanti.

“Mbak….kalo ibu anda adalah sebuah puisi, ibu saya adalah superhero buat saya. Aku suka sedih kalo liat ibu nangis karena anak-anaknya. Padahal ibu sering khawartir sama anak-anaknya”

Saya menjawabnya, “Pasti ada alasannya kan dek..”

“Tapi kan nggk boleh gitu ya mbak”

Saya tidak bisa melanjutkannya lagi.  Dada saya terasa sesak. Kamu. Aku. Ibu kamu. Ibu saya. Selalu membawa cerita masing-masing dari masa lalu untuk catatan untuk masa depan kita.

Dik Ita……Mbak Ira sengaja buat catatan ini untuk kamu. Agar kamu merasa bahwa kamu tidak sendiri. Kamu punya Mbak Ira, punya keluarga Banyuwangi. Walaupun kamu selalu protes tidak pernah ada kamu di foto keluarga besar kita. Mbak Ira sayang sama kamu. Walaupun mungkin kita jarang bertemu secara fisik. Mbak Ira ingin kamu menjadi perempuan yang dewasa dan bisa bersahabat dengan kenyataan yang ada. Menyesal dengan masa lalu hanya membuat kita ketakutan. Berdiri di tempat yang sama tanpa pernah berani untuk melangkah. Bukankah itu kesia-siaan?. Aku ingin, kita yaitu aku dan kamu belajar dari kesalahan masa lalu dan tidak akan lagi mengulangnya. Kamu adalah perempuan yang sangat cantik, sempurna apalagi kalau kamu berjilbab sekarang.  Kamu harus terus melangkah berjalan ke depan tanpa ada penyesalan. Jangan pernah penyesalan masa lalu dan kekurangan membuat kamu diam tidak melangkah!!!
Banyak rahasia yang masih belum kita ketahui. Bukankah Tuhan suka bermain rahasia dengan umat-Nya? Rahasia Tuhan yang akan membuat kita bisa bertahan. Bukankah kita tidak pernah tahu masa depan yang diciptakan Tuhan untuk kita?
Selamat Ulang Tahun Ya Dik…..Mbak Ira percaya kamu punya kekuatan lebih untuk terus melangkah! Ibu saya yang kamu panggil Bu De Is pernah berpesan,
  
“Raa……Saat lahir kita sendiri. 
Saat mati pun sendiri. Lalu kenapa kamu harus takut dengan kesendirian?”.

Dan Mbak Ira berikan pesan Bu De Is kepada kamu. Kamu berada di keluarga besar Banyuwangi yang mempunyai perempuan-perempuan yang luar biasa. Dan kelak kamu akan masuk dalam deretan perempuan-perempuan luar biasa itu.



KAMU ADALAH DIRI KAMU SENDIRI.....TUHAN SELALU MENCIPTAKAN PEREMPUAN SEBAGAI MAKHLUK YANG MAMPU BERTAHAN DALAM KEADAAN APAPUN. KARENA ITULAH ANAK-ANAK LAHIR DARI RAHIM KITA KAUM PEREMPUAN

Tidak ada komentar: