Tiba-tiba saja ada rasa nyeri di dadaku saat mengingatmu. Saat
melihat langit tanpa batas dan hujan turun balik jendela kaca. Aku
merasa butuh kamu saat ini………bukan hanya sekedar melintas di hadapanku
lalu menghilang. Tapi duduk di samping ku dan mendengar keluh kesahku.
Atau memelukku sambil mengecup sedikit cuping hidungku sambil berkata,
“kamu bisa Nda……”. Dan aku akan mengangguk saat aku merasa bahwa kamu
adalah satu-satunya lelaki yang bisa membunuh keegoanku.
Ya….nyeri
ini semakin terasa sangat. Saat tubuhku benar-benar melemah. Ah….kenapa
aku selalu tidak ingin terlihat kalah di hadapanmu? Kenapa aku ingin
selalu tampil sempurna di depanmu? Kenapa aku selalu ingin selalu
melayanimu? Entahlah….apakah aku adalah perempuan yang bodoh yang
terjebak pda sebuah perasaan membutuhkan. Ya aku membutuhkanmu.
Terkadang aku juga ingin bertanya apakah kau juga membutuhkanku?
Ya….aku
membutuhkanmu. Benar-benar membutuhkanmu. Walaupun sekedar untuk
menggosokkan minyak angin di punggung ku dan meletakkan tanganmu di
bekas lukaku ketika nyeri itu benar-benar membuatku terdiam dalam waktu
yang cukup lama. Atau mungkin sekedar memelukku saat aku menggelung
kesakitan tengah malam. Terlalu tinggi khayalanku………
Dan aku membutuhkan kamu. ….
Kau
tau sayang, Malam itu……aku tertegun melihat wajahmu yang terlelap
tidur. Kata ibu ku, “Raa…wajah asli seseorang akan terlihat saat dia
tidur pulas”. Dan aku suka melihatmu saat tertidur. Wajahmu tenang.
Nafasmu satu-satu keluar meninggalkan gerakan teratur dari dada mu yang
naik turun. Ada keringat yang mengembun di ujung hidungmu dan sebagian
mengalir diantara telinga dan lehermu. Kau meringkuk tenang seperti
seorang bayi. Aku terduduk di sebelahmu mu menikmati setiap senti
wajahmu. Ah….tiba-tiba aku ingat ayahku. Setiap aku akan berangkat
sekolah aku selalu duduk di tepi tempat tidur berharap dia bangun dan
aku bisa salaman sambil mencium pipinya. Tapi ibu ku melarang,
“Sssstt…..Raa! bapak jangan di bangunkan. Bapak baru datang tadi abis
shubuh dari Bali. Berangkat sana…..becak Pak Johar nunggu”. Aku merengut
dan sedikit menyentuh jambangnya yang tumbuh di rahangnya yang kotak.
Ayahku menggeliat dan ibuku melotot kepadaku. Aku langsung berlari
menjauh sambil berteriak salam kepada ibu untuk berangkat ke sekolah.
Saat aku pulang sekolah aku kecewa karena ayah ku sudah tidak ada lagi
di rumah karena ia harus bertugas kembali. Perang……ke Timur
Timor……..Berbulan-bulan………
Menatap wajahmu aku seperti
kembali ke jaman kanak-anakku…….Aku tidak mau kehilangan kamu seperti
aku kehilangan Ayahku dan orang-orang yang aku sayangi. Dengan gerakan
perlahan aku menyentuh rahangmu. Kasar dengan rambut kasar yang mulai
tumbuh. Seperti rahang ayahku. Kamu menggeliat sedikit dan aku langsung
menarik tanganku. Kau kembali mendengkur pelan. Aku mencondongkan
tubuhku perlahan dan mencium ujung hidungmu perlahan sambil mengusap
keringat yang mengalir di lehermu. “Love U dear”. Kau diam hanya
bayangan bola matamu yang sedikit bergerak. Aku berjingkat dan meninggal
kan mu yang tetap bergelung. Sekali lagi aku menatap wajahmu. Setetes
air mata jatuh. Aku benar-benar tidak mau kehilangan kamu! Titik!
Dan aku merasa membutuhkanmu sekarang. Saat semuanya bergelut menyatu menjadi bom waktu yang siap meledak setiap saat.
“Janji sama yah….jangan dibicarakan dulu. Keep Smile”
Aku menghela nafas berat dan melihat ke luar dari jendela.
: Dear…..aku membutuhkanmu. Menawarkan sakit ku. Membunuh rinduku dan mengendalikan emosiku. Ketika kau adalah sesuatu yang menetralisir dalam pikiranku.
Hujan di luar semakin menggila. Dan aku sibuk menata hati ku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar