6 Sep 2011

SAYA BENCI JIKA HARUS BERKATA INI


Seharusnya saya sudah tidur dan memejamkan mata sore ini. Menghidupkan AC mematikan TV dan lampu. Yaa....saya harus banyak istirahat walaupun saya tidak sedang ingin beristirahat siang hari ini.
Entah pikiran saya sedang tidak bersahabat. Saya selalu benci jika berbicara menggunakan perasaan.
Berbicara.....? ahhh bagaimana ini di sebut pembicaraan? jika hanya aku saja yang menginginkan pembicaraan. Sedang kamu cuma diam-diam dan diam tanpa mengungkapkan perasaan. Saya seperti orang bodoh. Mencampur adukkan perasaan antara profesional dan perasaan. Saya punya hak untuk memutuskan untuk mengambil keputusan. Tapi sekarang?

Banyak yang ingin saya tanyakan. Banyak yang ingin saya katakan. Bukan...bukan tentang kita. Tapi tentang sesuatu yang menyangkut banyak orang. Tapi kamu adalah salah satu orang yang terpenting dalam kehidupan saya. Yang saya anggap paling mengerti saya. Salah satu "sahabat" terbaik saya.  Tapi sekarang? saya tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya mengulur-ngulur waktu hingga kamu mulai lagi mau berbicara kepada saya sampai suatu batas yang saya sendiri tidak bisa menentukan kapan waktu itu tiba.
"Kita profesional saja. Bukankah semua bisa kita bicarakan baik-baik?.


Saya belajar dari kata-kata itu. Belajar dalam sebuah kesulitan yang saya buat sendiri. Dari kebodohan dan kecerobohan saya. Dari ketidakprofesioanalan saya sebagai seorang pemimpin. Yang mencampur adukkan semuanya dalam otak saya.

Ah....saya benci jika saya harus bicara seperti ini apalagi menulis catatan ini. Tapi bukankah kau tau? jika aku hanya bisa jujur berbicara lewat catatan-catatan saya. Entahlah...paling tidak beban saya sedikit berkurang. Tidak peduli apakah kau membaca catatan ini atau tidak.

Saya sekarang hanyalah perempuan bodoh dalam catatan-catatan saya. Jangan......jangan pernah suruh saya untuk mengeluarkan keegoisan saya sebagai seorang "Raa"

Fuichhh........saya benci. Sangat membenci diri saya di saat seperti ini.

Saya berharap ada mukjizat Ramadhan esok hari. Saat saya membuka mata dan mengambil sebuah keputusan dan pembicaraan tanpa emosi serta kepala dingin. Bukankah kita berdua sudah sama-sama bisa bangkit dari keterpurukan selama minggu-minggu terakhir ini? walaupun saya tahu bukan hal yang mudah untuk saya dan juga untukkmu.

Percayalah....Dalam kehidupan saya kau tetap salah satu yang terbaik dalam catatan-catatan perjalanan saya.

Sahabat...saya benci jika harus mengatakan ini. Bahwa saya hanya ingin berbicara dan memastikan bahwa semuanya akan baik-baik saja.  Ketika saya belajar untuk menjadi manusia yang lebih bertanggung jawab.
Batam, 14 Agustus 2011





Tidak ada komentar: