1 Jun 2011

INGGIT : KETIKA PEREMPUAN TAK MEMPERTANYAKAN PENGORBANAN (Kuantar ke gerbang : kisah cinta ibu inggit dengan bung karno – Ramadhan KH)

1 Juni 2011. Saya tau…..pasti hari banyak yang akan menulis tentang pancasila. Tentu saja karena hari ini adalah hari lahirnya Pancasila.
Tapi saya ingin mengulik sisi lain dari sebuah perjalanan saat awal Sukarno memasuki gerbang kemerdekaan. Sisi lain seorang Inggit

Inggit…ya..Inggit Garnasih. Saya tidak tahu apakah menyebut Ibu Inggit sebagai istri pertama Sukarno ? atau isti kedua? Sukarno mengenal pernikahan untuk pertama kali dengan Utari anak dari Tjokroaminoto. Tapi pernikahan mereka ternyata tidak bertahan lama. Bahkan Sukarno sempat mengatakan bahwa ia sama seali tidak pernah menyentuh Utari sebagai seorang istri. Walaupun banyak rekan-rekan Sukarno yang tidak pernah percaya dengan hal itu.


Kembali ke ibu Inggit. Beberapa hari ini saya menyelesaikan sebuah buku karangan Ramadhan KH yang berjudul “Kuantar ke gerbang: kisah Cinta Ibu Inggit dengan Sukarno”. Saya sangat hapal dengan sejarah Sukarno. Perjuangan dia. Perempuan-perempuan yang dekat dengan dia. Saya tau dan sangat tau. Bahkan seakan-akan saya iut setiap langkah Sukarno. Tapi ibu Inggit beda. Sangat beda…….
S.I. Poeradisastra salah satu penulis biografi Inggit sempat mengatakan, “Saya mohon maaf sebesar-besarnya kepada semua janda Sukarno dengan segala jasa dan segala segi positifnya masing-masing, tetapi saya harus mengatakan, bahwa hanya Inggit Garnasihlah yang merupakan tiga dalam satu diri. Ibu, kekasih, dan kawan yang memberi tanpa menerima. Kekurangan Inggit yang tak mampu melahirkan anak bagi Sukarno”

Ibu Inggit bukanlah seorang gadis. Dia bukan seorang wanita terpelajar. Tapi saat usia 18 tahun, Inggit telah terlibat sebagi panitia Kongres Pertama Sarekat Islam yang secara tidak langsung memberinya ruang untuk mengetahui situasi politik di Indonesia. Mantan suaminya, Sanusi juga salah seorang aktivis di Sarekat islam. Ya…..Ibu Inggit mengenal Sukarno saat dirinya menjadi isri Sanusi, dan saat Sukarno menjadi suami Utari. Tapi bukankah sebuah pernikahan tidak hanya sekedar memuaskan hasrat biologis. Sanusi yang terlau sibuk dengan pekerjaannya, membuat Ibu Inggit merasa kesepian. Utari istri Sukarno yang tak bisa mengimbangi pemikiran dan kegiatan Sukarno. Utari yang lebih memilih bermain-main lompat tali ataupun boneka dari pada mendampingi Sukarno. Apakah salah Sukarno dan Ibu Inggit saling jatuh cinta? Salahkan Sukarno melamar Ibu Inggit kepada Sanusi yang saat itu masih berstatus suami Ibu Inggit? Salah kah Ibu Inggit menikah dengan Sukarno? Singa podium yang usianya jauh lebih muda dibandingkan dirinya?

Ibu Inggit adalah sosok yang sering terlupakan. Dia tenggelam diantara istri-istri Sukarno yang lain. Ibu Inggit mengalami masa-sama sulit. Saat Sukarno membangun partai untuk pertama kalinya PNI. Mendampingi Sukarno saat berkeliling dari satu tempat ke tempat lain untuk mengobarkan semangat rakyat Indonesia. Menyemangati Sukarno agar lulus dan menjadi seorang sarjana. Bekerja banting tulang menjual jamu dan membuat kutang untuk mencukupi kebutuhan ekonomi mereka saat Sukarno masih belum bekerja. Mengurusi  Mendampingi Sukarno saat mengalami masa-masa terberat di dalam penjara hingga akhirnya menjadi orang buangan di Pulau Ende Flores hingga akhirnya dipindahkan ke Bengkulu.  Menenangkan hati Sukarno saat partai yang di bentuknya pecah. Ibu Inggit yang selalu memanggil Sukano dengan panggilan sayang .”Kusno” ataupun “Kasep”. Ya….itulah bukti ketulusan Inggit mendampingi Sukarno. Saat kemiskinan dan kekurangan. Inggit tidak seberuntung istri-istri Sukarno lain, seperti Fatmawat, Hartini, Ratna Sari Dewi, Haryati, Kartini Manopo, Yurike Sanger dan Heldy Djafar yang mendampingi Sukano saat tengah berjaya dna puncak kekuasaan. Ibu Inggit mendampingi Sukano di masa sulit. Namun ialah yang telah membentuk pribadi Sukarno menjadi pejuang dan orator ulung.

Tapi kesetian Sukarno kalah di Bengkulu. Saat mengenal Fatma yang kelak menjadikan Fatimah dan menjadi “first lady”. Fatma yang seusia dengan Omi anak angkat Sukarno dengan Ibu Inggit. Dengan satu alasan bahwa Sukarno ingin memiliki anak keturunan langsung. Sukarno tidak ingin menceraikan Ibu Inggit. Dia inggin menjadikan Ibu Inggit tetap menjadi “the First”. Tapi…..Ibu Inggit tetap dengan pendiriannya. Sukarno diijinkan menikah dengan Fatma dengan catatan mereka harus bercerai.
Ibu Inggit adalah perempuan sempurna, tapi hanya satu dia tidak bisa memberikan keturunan. Bagiku sangat egois. Tapi apakah Sukarno saat itu berpikir sama seperti aku? Saya rasa tidak……..

Seharusnya Ibu Inggit yang mendampingi Sukarno masuk ke dalam Istana. Seharusnya Ibu Inggit yang menjadi First Lady. Seharusnya Ibu Inggit yang duduk di sebelah Sukarno saat ia menjadi presiden. Mendampingi Sukarno melakukan lawatan-lawatan ke negara tetangga. Seharusnya Inggit yang menemani Sukarno. Hanya satu alasan…..karena Ibu Inggit tidak bisa memberikan anak!!!!! Kelebihan semua dari Ibu Inggit terhapus terbawa arus sejarah, Kekurangan Inggit hanya tak mampu melahirkan anak bagi Sukarno. Dan Inggit hanya mengantarkan Sukarno ke depan gerbang….ya gerbang Istana
Ah…tiba-tiba aku ingat dirimu. Ya..aku dan kamu! Entahlah…kau tentu tau maksudku. Usiaku.Ketidak mampuan ku hingga saat ini.


Aku mencintaimu……walaupun terlalu tinggi saat aku berbicara cintaku seperti cinta Inggit pada Sukarno! 

3 komentar:

JBJ mengatakan...

Mengutip dari sebuah perkataan " Kesuksesan seorang Laki-laki tak terlepas dari sosok seorang Perempuan " ya seorang perempuan... kita sadari bahwa kita seorang laki2 lahir dari mulut rahim seorang perempuan, entah iya seorang perempuan bagsawan,ningrat,miskin bahkan " maaf " lahir dari seorang rahim perempuan yang tidak baik, tetap saja iya adalah seorang wanita yang harus kita hormati... kalau seorang perempuan sukses apakah ada yang mengatakan, dia sukses karna seorang lelaki????????????

htanzil mengatakan...

mau tanya, di review ini dikatakan kl S.I. Poeradisastra pernah menulis biografi Ibu Inggit, kl boleh tau apa judul buku dan penerbitnya ya?

Thx

Unknown mengatakan...

nice quote utk buku bu inggit, bolehkah saya tanya mengenai dimana bsa mndapatkan buku "Ku antar Kau ke Gerbang" ini ?