Pernah kan aku bisikkan padamu, jika aku mencintai hujan seperti aku mencintai dirimu.
Dalam perjalanan panjang yang aku anggp kau adalah muaraku.
Baru setengah jalan. Saat aku benar-benar lelah dan ingin mengakhiri semmuanya untuk menuju peraduanmu. Mneikmati senja dan secangkir kopi. Bercerita berdua dan saling mencela dan tertawa dengan ikhlas. Kau tau sayang…..aku lupa kapan aku terakhir kali tertawa dengan keikhlasan? Mungkin saat itu! Saat kau menyentuh hidungku sambil berbisik, “Dasar pesek”
Ya…saat ini aku benar-benar rindu. Rindu pada tawamu. Rindu pada gerutumu atau sekedar rindu genggaman tanganmu yang ku eratkan didadaku. Rindu menatap langit kamar sambil bercerita tentang hujan. Ya…hujan yang selalu mengiringi kisah kita. Mulai dari pertemuan hingga pergumulan kita dalam rindu.
Tapi pernahkah kau ingat? Hari terakhir kita bertemu. Siang! Panas! Jangankan Hujan, awan pun tak ada. Dan kita berdua sama-sama berkeringat berdiri di atas aspal yang panas di pertigaan jalan itu. Aku sedikit menyeka
Aku menatap matamu yang teduh sambil menghapus peluh di ujung dahimu. Anak rambutmu basah. Dan aku mengecup dahimu, karena aku sangat mencintaimu. Dan aku mencium ujung jemarimu, saat gersang! Panas! dan memejamkan mata berharap saat itu hujan turun dan kita berdua akan menari tarian hujan. Berteriak-teriak sambil mempermainkan ujung selendang dan aku memeluk erat pinggangmu. Entah kenapa! Setiap kemarau kita berdua seperti kehilangan jiwa. Kita saling merindu bahkan hanya duduk terdiam berjam-jam tanpa melakukan apapun. Kenapa kita terpisah saat musim kemarau tiba!
Saat ini aku terdiam di balik Jendela! Berharap hujan datang dan aku bisa menggambarkan wajahmu di balik air yang menggenang. Berdoa perlahan agar hujan tiba di depanku. Menggerakkan otak kanan ku untuk menuntun jemari-jemariku menggambarkan perasaan ku padamu. Perasaan rindu-dan rindu! Ketika rindu benar-benar menjadi satu dalam sebuah adrenalin yang memuncak.
Dan aku sadari! Hujan takkan pernah lagi datang dalam hidupku. Dan aku benar-benar merindu! Menatap ujung jendela tanah meretak! Terbelah dan aku bayangkan kau datang padaku membawa payung dan kita akan menari tarian hujan!
Mataku mulai memanas dan aku sadar kau tak akan pernah datang menemuiku!
Hujan tau bagaimana membuatku rindu! Ya sangat rindu!entah....apakah hujan juga rindu padaku dan cahayaku?
5 komentar:
hujan membuatku rindu akan pelangi..
blog ini tambah keren aja.. huhuhu, ajarin dounk mbak. :)
nggak disini aja, dimana-mana cerita hujan itu pasti mengisahkan tentang seseorang :)
mbak ira penggemar berat hujan ya... hujan itu memang membuat otak lancar menulis, entah mengapa ya mbak? he3
menyentuh, mengingatkan pada seseorang yang kurindu
terimakasih atas postingnya.
postingnya sangat membantu.
kunjungi jg bahan bacaan saya :
jurnal ekonomi andalas
Posting Komentar