Aku tulis surat ini dipelataran sebuah Bandara. Hujan sedang turun. Dan aku mulai menlis surat ini untukmu. Maaf, mungkin aku hanya bisa berkata lewat suratku karena tak ada keberanian untuk langsung berkata padamu. Hanya satu alasanku, karena aku tak mau melihatmu menangis di hadapanku. Bukankah kau laki-laki yang selalu menopang bahuku agar tetap berdiri?. Walaupun aku sangat tahu, dengan membaca suratku ini kau akan semakin membenciku.
Sayang.....kita pernah merajut mimpi-mimpi indah. Tentang masa depan. Tentang sebuah cita-cita. Tentang sebuah rumah kecil yang akan kita tempati berdua. Atau sekedar mengunjungi gunung kapur yang kau janjikan untuk melihat beberapa arca di atasnya. Tapi maaf....aku harus pergi dan mengubur semua mimpi kita. Benar katamu! aku terlalu muafik dan lemah untuk menentukan jalan hidupku sendiri. Tapi sekarang aku telah memilih sebuah jalan. Ya sayang....sebuah titian panjang yang benar-benar aku jalani sendirian karena diseberang sana ada sebuah masa depan dan cita-citaku yang selalu ku ceritakan padamu.
Aku masih ingat saat aku merebahkan kepalaku di bahumu dan kita menatap langit langit kamar itu. Dan saat aku bercerita tentang mimpiku, kau menatapku sambil berkata, "berati kau akan meninggalkanku Raa". Saat itu aku ingin menganggukkan kepala dan berkata "ya", tapi rasa takut kehilanganmu lebih besar dari mimpi-mimpiku. Karena aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Aku sangat takut saat kau selalu menyudutkanku dengan pilihan- pilihan yang tak mampu aku pilih. Bahkan saat aku telah mengalami sebuah proses yang cukup berat, kau pun tetap menarikku pada ujung tombak agar aku bisa meyakinkanmu. Dan kau selalu berkata berulang kali, "Tolong yakinkan aku Raa".Entah sudah ratusan kali aku meyakinkanku, tapi semua akhirnya larut dalam genangan hujan.
Sayang......aku harus pergi dan mengubur mimpi-mimpi kita meneruskan mimpi ku sendiri. Egois! ya..sangat egois! Bahkan kau mengatakan Selamat Raa kau telah membunuh perasaanku. Maaf, jika aku hanya bisa menuliskannya lewat surat-suratku, karena aku tak mampu mengucapkannya langsung dihadapanmu. Karena air matamu terlalu suci untukku, tangisanmu adalah sebuah ritme magis yang membuat aku selalu tak berdaya untuk tetap bertahan. Lalu untuk kenangan-kenangan itu? jangan suruh aku untuk menguburkannya seperti mimpi kita. Karena kenangan itu terlalu indah untuk dilupakan. Memutar slide-slide nya dalam otakku selalu
membuat adrenalinku naik. Menatap kedua matamu seakan menemukana telaga itu. Telaga yang enjadikanku wanita yang sempurna.
Ah....mungkin kau akan semakin marah membaca tulisanku dan berkata, "Jika kau mencintaiku, kenapa kau meninggalkanku" Aku akan menjawabnya sayang, "Aku meninggalkanmu karena mempunyai mimpi yang tak akan pernah bisa dimengerti oleh siapapun, termasuk juga olehmu". Bukankah aku selalu berkata, "perjalananku masih panjang" Keputusanku untuk pergi ini tak pernah aku rencanakan tapi sudah
bisa aku prediksi.
"Kamu seperti dukun Raa"
Kau ingat sayang. Di pertemuan terakhir kita. Aku sempat terhenyak saat sadar semua pakaian yang aku gunakan berwarna hitam. Perasaanku sangat kacau. Ini adalah mbol kesedihan. Simbol perpiahan.Dan saat aku merajuk dalam pelukmu sambil menceritakan feelingku yang tidak enak, kau hanya mengatakan,
"Ah...hanya perasaanmu saja Raa". Aku terus menatap matamu dalam-dalam. Kembali aku benamkan kepalaku dibahumu dan berusaha memainkan peran seindah mungkin agar kau tak menebak perasaanku saat itu. Dan aku akan terus mengikuti ritme percintaan sang hujan yang tak turun diantara peluk kita.
10.21 am Bandara Sukarno Hatta. Kurang lebih satu jam lagi pesawat akan membawaku mewujudkan mimpi-mimpiku. Dan aku harus segera menyelesaian surat ini untukm dengan sedikit genangan air mata. Ya sedikit genangan air mata, karena aku tak mau menangis di ruang umum ini. Kau tau kan? air mataku cukup mahal unuk dikeluarkan. Aku ingat saat aku pernah mengatakan itu, kau langsung mengecup keningku sambil
berkata, "Gaya mu Raa" dan kau tergelak sambil terus mengacak- ngacak rambutku.
Sayang, begitu banyak jalan yang telah kita lewati. Peristiwa yang kita lalu dengan rasa rindu, benci atau terakhir dengan rasa cemburu. bukankah kita masing-masing mempunyai rasa cemburu yang cukup besar. Hanya satu alasannya. Karena kita sama-sama saling mencintai. Dan sama-sama takut kehilangan. Sekali lagi sayang, maafkan aku. Aku sangat mencintaimu tapi seperti katamu tidak selamanya kau harus menunggu aku
menyelesaikan perjalanan yang tidak ada ujungnya. "Aku lelaki dewasa Raa. Dan aku tidak ingin menhabiskan waktuku sia-sia".
Aku mengerti dan sangat mengerti. Kau kini berhak mendapatkan perempuan yang lebih baik dari pada ku. Perempuan yang perempuan. Perempuan yang selalu ada saat kau membuka mata. Perempuan yang selalu menyediakan segelas kopi hangat untukmu setiap pagi dan sore hari. Perempuan yang akan membukakan pintu saat kau pulang malam. Dan perempuan yang akan mengenakan selimut di tubuhmu saat kau meringkuk kedinginan tengah malam. Perempuan yang akan melahirkan anak-anak laki-laki yang akan bisa kau ajak bernyanyi. Dan aku tau perempuan itu bukan aku!!
Sayang, waktuku semakin terkejar. Aku harus segera membereskan laptop dan ranselku. Pesawat ku akan segera berangkat. Oh...ya. Kau pernah berkata akan menungguku untuk kembali. Dan secara tegas katakan. Tidak perlu! karena aku tidak pernah tau kapan aku kembali. Tapi janji! suatu saat aku akan menemuimu walaupun aku sendiri tak pernah tau kapan waktu itu aka kembali.
"Teori apalagi ini". itu umpatmu. Ya sayang. Aku hanya pintar berteori tapi kenyataannya kau tak pernah tau betapa hancurnya perasaanku untuk pergi meninggalkanmu. Maafkan aku sayang. Dan aku percaya bahwa kamu akan baik-baik saja.
Aku mencintaimu seperti aku mencintai hujan dan kotamu.
Sayang, aku harus pergi. I Love u My Rain
pS. Tolong nyanyikan lagu-lagi itu selalu untukku
9 komentar:
waduh curhatnya..
ini tentang :My Rain:
Lalu, suami?
:p
suratnya sediiiiih >.<
Skenario yang kren, boleh dibuat film indie ???
3 hati ... 2 cinta
hemmm,....perpisahan yg diinginkan meski menghadirkan air mata ya mba :(
saya tahu dia pria hujanmu mbak, jangan bersedih karena kehilangan hujan. Suratnya sampai dengan selamat kok :)
hmmmmmmmmmmmmm................
Mb link blog ini sudah saya pasang di blog saya:). Link balik ya mb:). Thanks:):):)
sulit rasanya menjalani hidup seperti ini, hendak meraih masa depan namun harus meninggalkan org yg kita sayangi,,,
sedihhh,,,,
Posting Komentar