Matahari muntah
Mengeluarkan hawa yang membakar adrenalin
Tidak hanya sebentar tapi selama 90 menit aku dengannya
Bahagia…daun melayang menembus waktu
Dunia, ingin ku rangkul tuk tumpahkan rinduku padanya
Bukan pada angin yang tak berhembus
Kita berkata-kata sangat perlahan, seperti menikmati satu persatu butir nasi sambil menunggu rasa lapar
Tidak untuk kita karena waktu siang adalah terindah
Kita bercumbu dalam angan tanpa kata
Saling memeluk tanpa menyentuh, hanya hati…
Aku lahir dari tatapan matamu yang tenang meninggikan egoku
Aliran sungai imajinasiku menenggelamkanna dan tinggal karang yang rapuh
Matahari kembali muntah
Mungkin dia cemburu melihat aku di antara rinai hujan? Karena aku bahagia?
Kau tahu,
Ingin aku berkata bahwa kau inspirasi dalam fantasiku
Atau mungkin kau mau mengisinya?
(saat aku menikmatimu dengan secangkir kopi di suatu pagi)
2 komentar:
Hei..lihat...hujan pagi datang lagi tapi justru turun di larut malam.
Rupanya mbak Raa benar2 pecinta hujan (plus kopi) ya..?
Posting Komentar