12 Agu 2010

KU TULIS SURAT PADAMU TUHAN........

Allah…aku buat surat ini pada-Mu tepat di awal Ramadhan tahun 2010. Tentu saja…..tidak seperti surat-surat lainya. Aku tidak akan menanyakan kabar-Mu. Karena Kau adalah Maha Segalanya. Maha Mengetahui sebelum aku berpikir apa yang ada dalam isi hatiku saat ini. 

Allah…..aku tulis surat ini sembari aku menikmati hujan di depan jendela. Lebat sekali hujan yang Kau kirim. Percikannya bahkan membasahi wajah dan keyboard laptopku. Tapi tak apa. Karena aku sangat mencintai hujan. Tapi tentu saja, aku lebih mencintai Mu. Dibandingkan apapun yang sangat aku cintai didunia ini. Karena kau adalah sebenar-benarnya Kekasih yang sangat mengerti aku. Kau tak pernah protes saat aku menduakan-Mu. Kau juga tak pernah cemburu jika aku melupakan-Mu. Bahkan Kau tidak pernah berpaling dari ku saat aku mulai melupakan-Mu.

Allah….terkadang aku berpikir apa yang aku cari di dunia Mu ini. Dalam perjalanan-perjalanan panjang yang aku lewati, semuanya kosong. Walaupun ada satu tempat yang sangat membuatku nyaman, tapi aku tau Kau masih belum memberikan ridho pada ku untuk tinggal di kota itu. Untuk menyempurnakan ibadahku. menjadikannya Imam terakhir dalam kehidupanku.

Tuhan……ini adalah Ramadhan kesekian kalinya yang aku lalui seorang diri. Semalam suntuk di awal Ramadhan tahun ini aku selalu terpekur sendirian. Berpikir apa yang telah aku lakukan selama ini. Kegila-an apa yang telah aku kerjakan. Dosa-dosa yang telah aku tulis sendiri dalam catatan-catatan pengakuan dosaku tiap malam. Apa yang telah terjadi dalam kehidupanku. 

Setiap malam pertama di Bulan Ramadhan, perasaanku selalu kalut. Ini adalah Ramadhan kedua ku tanpa Ibuku. Ya…wanita sempurna yang selalu membangunkanku tiap sahur dengan kecupan di keningku. Dan selalu menyediakan susu hangat dan menunda berbuka puasa jika aku masih belum pulang ke rumah. Dan aku selalu merindukan ibuku di malam pertama Ramadhan. Dan aku dan Ibu akan sibuk membersihkan rumah atau berebut mukena yang akan digunakan pada saat Tarawih. Aku masih ingat, saat ibu selalu menggandeng tanganku untuk menyebrang jalan menuju mushola kecil di kampungku. Kebiasaan yang selalu dilakukan walaupun aku telah menjadi peremuan dewasa.
“Raa sudah gede bu. Nggak usah di gandeng ah. Kan malu”
“Biarin. Kan kamu tetep anak ibu. Mumpung ibu masih bisa gandeng kamu. Kamu nanti kamu kangen pingin digandeng sama ibu”
Ah….benar Tuhan. Di malam-malam Ramadhan ini aku benar-benar merindukan gandengan tangan ibuku yang menutun aku menju ke mushola kecil untuk menghadap Mu Ya….dan bukankah kini Ibuku telah menghadap Engkau?

Dan 20 tahun yang lalu (atau bahkan 20 tahun lebih), awal tahun 1990-an Ayahku juga menghadap-Mu kan? Saat itu aku masih terlalu kecil untuk mengerti kehilangan. Aku juga masih belum punya cukup banyak memori kenanganku bersama lelaki yang aku panggil Ayah. Hanya saja yang aku ingat adalah sepulang dari shalat tarawih, ibuku memelukku erat dan mengatakan, “Ayah sudah nggak ada Raa”. Dan aku saat itu pernah protes pada-Mu. Kenapa Kau ambil ayahku secepat itu. Saat aku masih terlalu dini menyandang status anak yatim dan mendampingi seorang perempuan dengan status janda mati. Dan Tuhan ku…..selama hampir 20 tahun aku 

Dan kehilangan terakhir adalah setahun yang lalu. Masih pada awal Ramdhan di tahun 2009. Saat Fetusku yang kedua juga pergi saat ia masih berusia 3 minggu dalam rahimku. Ah….Tuhan ternyata Kau lebih mencintai oran-orang yang aku cintai. Tapi aku bisa mengerti dan aku bisa memahami. Karena aku yakin Kau tau yang terbaik untuk umat-Mu.

Hujan masih belum reda. Bahkan semakin lebat. Aku sampai kewalahan, agar jendela kamarku tetap dalam posisinya. Sebenarnya au ingin lanjutkan surat terbuka ini pada Mu. Tapi jujur tidak ada keberanian membuka satu per satu dosa dan aibku pada-Mu. Dan bodohnya aku. Walaupun aku tidak menulis surat terbuka ini pada-Mu, tentu Kau tau tiap langkahku. Tiap detik gerakanku. Dan apa yang ada dalam hatiku. Bukankah Kau Maha Sempurna?

Sepertinya aku harus tuntaskan surat terbuka ku ini Pada –Mu . Dan aku pikir tidak perlu aku lanjutkan. Hanya saja aku berharap Pada-Mu. Tuntun aku agar aku menjadi lebih baik dalam agama-Mu. Mewujudkan mimpi-mimpi ku bersama hujan. Tapi sebentar. Apakah aku pantas meminta kebahagian kepada-Mu. Sedangkan aku sendiri tak pernah menjalankan kewajibanku?. Ah……tentu Kau tau yang terbaik untuk ku .
Aku akhiri surat terbuka ini pada –Mu. Dengan segala kelemahanku. Kuatkan aku dalam keimananku pada-Mu. Dalam Ramdhan ini.
(maaf ....jika aku berpikir utuh tentang Mu di Ramadhan ini). Jadikan aku benar-benar Muslimah yang sejati


3 komentar:

Latifah Hizboel mengatakan...

Surat yang indah dari seorang hamba yang beriman, semoga dirimu menjadi Muslimah yang sejati amiin...

Oh iya mba, Liqo dibawah lagi main temapt permaiann anak2..jadi ga sempat difoto...

Irma Senja mengatakan...

sebuah surat yg sangat menyentuh mba,...
jangan pernah radu,karena DIA maha mendengar semua doa dan permohonan.

kehilangan membuat mba Raa bgt tegar menjalani hidup ini...
tetap semangat ya mba...

catatan kecilku mengatakan...

Banyak hal yang telah mbak Raa lalui dalam hidup ini, dan itu semua telah membuat mbak Raa menjadi sosok yang sangat tegar.
Allah mencintai mbak Raa dengan cara yang berbeda.