30 Agu 2010

CURUG NANGKA : AIR TERJUN PENUH CINTA

Aku selalu bilang. Perjalananku masih sangat panjang dan ingin berhenti pada satu titik. Entahlah….ada satu kota yang merasa membuat aku nyaman. Sejak aku mengunjunginya untuk pertama kali sekitar 2 tahun lalu. Ya…..kota Bogor. Sebuah kota yang penuh hujan. Mengunjungi kota Bogor seakan mengakami Dejavu yang tak pernah bisa aku jelaskan secara logika. Apakah masa lalu atau masa depan yang mengantarku kesana,
Bogor…..kota Hujan, kota seribu angkot atau kota seribu Curug?

Ya, Curug! Air terjun dan pilihan pertamaku adalah Curug Nangka. Kunjungan pertama sempat gagal. Karena hujan sedang tidak bersahabat dan mewajibkan kami untuk turun karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan.
1 Agustus 2010. Perjalanan dari Ciampe dengan motor. Buat yang niat pake tranportasi umum luar Bogor seperti ku sedarhana. Naik KRL turun di stasiun Bogor diteruskan menggunakan angkot biru jurusan ciapus dan turun di pangkalan angkot. Tinggal jalan kaki. Jika dari terminal Baranangsiang (ingat! Bukan Baranangmalam hehehehehehe…….) naik angkot 09 jurusan Pasar Bogor turun di Ramayana,dilanjutkan dengan angkot yang nyampek ke Ciapus/Loa, Akan lebih nyaman kalau dengan kendaraan pribadi, karena bisa lebih eksplor dengan jalur lain.


Curug Nangka berlokasi di daerah Ciapus di kaki Gunung Salak, sekitar 15-20 km arah selatan kota Bogor. Tempat ini punya nama keren Cunang. Sarana jalan untuk mecapai lokasi sudah cukup baik dan perjalanan dapat ditempuh selama kira-kira 15 – 45 menit dari kota Bogor. Curug Nangka merupakan salah satu dari sekian banyak curug di kaki Gunung Salak. Curug Nangka masig tergolong di daerah bawah, karena masih banyak curug lain di atasnya, seperti Curug Kawung, Curug Luhur, Curug Kraton, Curug Sawer dsb yang namanya masih asing. Curug Nangka dicapai sekitar 300 meter dari parkir mobil, masih dengan jalan yang enak menuju Curug Kawung yang masih sekitar 500 meter lagi. Namun sering terlewat atau sedikit orang yang mau turun ke Curug Nangka karena lokasinya yg tidak begitu kelihatan dan turunan yang curam. Ada banyak fasilitas, camping ground, tenda yang bisa di sewa dan juga warung-warung kecil yang menyediakan minuman atau sekedar makanan ringan. Sayangnya, masih tidak ada niat untk bermalam di camping ground. Suatu saat pasti…menikmati malam di wilayah curug nangka.

Hhhmmm…..aroma pinus langsung menyapa jadi mengingatkan kota kelahiranku Banyuwangi. Dulu aku suka berlama-lama berhenti jika melewati hutan pinus. Aromanya yang khas benar-benar membuatku tenang. Belum lagi pemandangannya yang membuat mataku benar-benar fresh!
Dari parkiran menuju ke curug nangka sepertinya memang butuh tenaga ekstra terutama bagiku yang sedang dalam kondisi sakit. Tapi nekat! Belum lagi dengan bawaan ransel yang cukup dan sangat berat. Jaur jalan setapak curam menanjak dan licin karena hujan sepertinya memberi tantangan sendiri. Tapi menurutku masih lebih parah jalan menuju perkampungan Baduy. Seekali juag melewati aliran sungai yang super dingin. Tidak terlalu lama. Mungkin 15 menit, tidak sampai setengah jam curug nangka pun ada didepan mata.
Hiks….sedikit kecewa, karena debit air sangat sedikit. Tapi lumayanlah……..seperti biasa. Alam membuatku selalu tenang. 

Seperti layaknya, tempat wisata lainnya. Orang memadu cinta? Pastilah…..tapi rata-rata memang datang berkelompok atau berdua. Yang muda yang bercinta….seperti judul film jadul.

Tapi ada suatu yang berbeda. Seorang perempuan tua renta yang berjualan nasi uduk, gorengan dan air mineral yang dibawa dengan bakul. Benar-benar tua. Aku taksir usianya di atas 65 tahun! Dengan kaki lemahnya, dia lincah melewati batu-batu besar untuk menghampiri pengunjung untuk menawarkan dagangannya. Sumpah! Miris sekali! Ia sangat berbeda dan bersahaja di antara mereka yang masih sangat muda. Mungkin tidak ada yang memperhatikan ia, tapi tidak untukku. Ekor mataku terus mengkuti langkahnya. Aku bayangkan almarhum ibu. Ah…nenek tua itu masih harus bekerja di usia senja di tempat yang menuruku sama sekali tidak layak untuk dia bekerja. Di sebuah air terjun, yang untuk mencapainya saja butuh tenaga ekstra. Apakah ia tidak punya keluarga?apakah ia tidak punya anak? Cucu? Bukankah diusia senjanya, ia menikmati kasur hangat dan selimut? Atau mungkin bercengkerama di antara keluarga yang hangat dan memberi dia bahagia? Menikmati masa-masa senja yang penuh bahagia? Pertanyaan-pertanyaan yang terus berputar-putar di otakku. Bagaimana dia bisa sampai di sebuah air terun yang terjal, bagaimana kalau ia tiba-tiba jatuh, tiba-tiba sakit, jika dagangannya tidak lauk? Ah….aku percaya Tuhan akan menjaga umatnya.
Sayangnya, aku tak pandai bahasa sunda.  Sehingga aku tidak bisa berkomunikasi aktif dengannya. Menikmati nasi uduk yang terasa aneh di mulutku, karena mungkin terlalu lama dalam bakul. dan lambab terkena cipratan air terjun, sambil menikmati wajahnya yang bersahaja. Wajah penuh ketulusan dan keikhlasan. Dan wajah penuh cinta di wajah nenek tua. 


Tidak terlalu lama aku di Curug nangka. Kami kembali pulang menuju parkiran. Kami…..? ya…aku tidak sendiri karena ada lelaki yang menemani perjalananku. Aleee………………….kapan-kapan mau kan jadi guide aku lagi. Hehehehe…tenkyu sudah bawakan ranselku. Dan ingat! Jangan pernah panggil aku pesek lagi!

Memang, di Curug Nangka aku menemukan banyak cinta.



(tidak langsung pulang, tapi melanjutkan perjalanan melewati pegunungan Halimun, walaupun nggak sampeai naik ke Gunung Salak. Kereennnn……kapan-kapan kamu harus ajak aku ke semua air terjun disana ya)


Salam buat anak-anak ALCA dan keluarga. Miss U All! Aku pasti kembali lagi!!!!

Catatan aku persembahkan pada Hujanku
yang mengajarkan aku kesabaran dan ketenangan
Pada Kotaku yang selalu buatku rindu
Pada sebuah perjalanan panjang
Hingga aku akan segera menemukan sebuah titik akhir





9 komentar:

Unknown mengatakan...

salam sahabat
duh neng ira bikin saya jadi pingin kunjung hehehe

back to nature mengatakan...

mantafeee..
jalan2 mulu nnih si eneng..

wahyu mengatakan...

mantep banget nih t4nya....pasti dingin yaaa....

Slamet Riyadi mengatakan...

tempatnya asri juga, sejuk
tapi kok airnya dikit? gak deres banget ya mba ira?

yg bagus kayanya diperjalannya

NanLimo Bertuah mengatakan...

Hmm.... kasihan ibu tua itu...
andai saja aku kaya raya nan berlebih... hehehe..

Husnul Khotimah mengatakan...

pengen ikut, dan pengen merasakan nasi uduk nenek itu juga, pasti rasanya beda ihhihi.. air terjun yang indah :">

-Gek- mengatakan...

bagus ya Curug Nangka.. btw, berduaan aje tuhh???

;)

catatan kecilku mengatakan...

Duh, sedih lihat foto nenek tua itu mbak... Di usianya yg sedemikian renta dia masih harus berjuang mempertahankan hidup ya mbak..

the others.... mengatakan...

Pemandangannya indah mbak.. jadi pengen kesana deh.