Perjalanan kita dimulai
Menantang matahri
Kita langkahkan kaki kecil
Menuju bukit dan penginapan kedua
Tekanan alma menyatukan kita
Ah…kabut mulai menggulung mimpi
Antara gelanyut pucuk mega
Senafas wangi kembang kopi
Kita berdua jatuh cinta
Memagut sedikit madu dan meneruskan
Pada auditorium milik raga kita
Tak ingin aku nikmati
Dinding berontak
Memaksaku menulis puisi
Di tiap senti tubuhmu dengan darahku
Pengorbanan?
Atau sekedar secangkir kopi yang kau tuang di perutku
Malam merangkak
Kita satukan mimpi kita untuk nanti bukan?
Tak ingin kujamah saat-saat itu
Ada sebuah kisah
Dalam auditorium malam kita
Mengeja satu satu nafas dan pagutan dingin
Wahai, aku nikmati setengah permainan ini
Masih ada peta buta yang ku tunggu di depan kamar
Atau terlalu dini kita mengerjapkan mata?
Lagu sunyi yang iringi tarian kita
Tanpa nada
Tanpa lirik tanpa puisi
Yang sempat ku tuang dari permohonanku
Waktu telah menyelamatkan kita
Dari malam-malam pembunuh
Aku pecinta yang gagal
Jika ada makan malam
Maka adalah sepiring kepasrahan
Ah….sayang semoga tak berakhir
Seperti sisa kopi dalam cangkirmu dan cangkirku
Atau tentan kisah Dampo Awang yang mencuri seribu perawan di tanah jawa
Bukankah pagi telah menyapa Auditorium kita
Menjinjitkan kaki satu persatu
Menghilang dari dunia nyata
Kita bahagia di dunia maya
Seperti bukit sore
Tempat kita menikmati sedikit ciuman
Pada matahari dan pada hujan
Duhai lelaki yang mencinta
Sederhanakan dongeng tentang malam
Menghapus biru nama
Mencuri hati pujangga
Esok malam
Ingin kembali ku tulis seribu puisi
Di dinding Auditorim 104
Sambil kunikmati tubuhmu dengan tintaku
Pecintaku, terimakasih
Membuat surga dan sepasang nyamuk yang menghisap darah kita
Karena
Akan ada malam-malam yang akan kita lukis berdua
Kupersembahkan pada sebuah Auditorium satu kosong empat
"Sebentar ya sayang, masih magrib"
Okelah...nanti kita lanjutkan puisi ini hingga 10 kali
hhhmmmm......catatan yang sama satu bulan lalu
6 komentar:
salam sahabat
wah kirain auditorium apa .....bermakna sekali good luck ya
Salam..
Mb aku datang, sudah lama sekali ya gak mampir kesini...
semoga masih lacar dalam menjalankan Ibadah Puasanya ya Mb
tulisannya manis, hangat, sarat makna.. yang kadang saya ga ngerti.. hihihi..
Met Puasa Mbak...
Btw, cerita tentang sapa itu yang nyulik 1000 perawan.. ceritain kapan2 ya mbak.. :)
Auditorium 104... dimanakah itu..?
Mengapa begitu kuat kenangan tentangnya..? :)
Mbak Raa..., lebaran mudik ke Banyuwangi tidak..?
Mbak, ditunggu kehadirannya di tempatku... Ini undangan istimewa.
Posting Komentar