11 Jun 2010

INI ADALAH KISAH SEPOTONG PUISI , SECANGKIR KOPI DAN SEBUAH PONSEL

Aku tulis catatan-catatan kecilku ini dalam sebuah perjalanan. Saat aku sibuk berkutat dengan catatan-catatan baru pada dunia yang baru pula. Saat aku berhenti sejenak dan menikmati kopi. Yah…aku perpikir tentang kamu. Menggerak-gerakkan penaku, melahirkan puisi tentangmu lewat kesibukan-kesibukan menata hati di hari-hari baruku.
“ Apakah kau sibuk hari ini ”
“ Tidak sayang…aku selalu ada waktu untukmu “
“ Apakah kau merindukanmu “
“ Kenapa kau selalu tanyakan itu. Aku juga punya rindu seperti kamu sayang “
“ Aku sedang menulis puisi untukmu “
“ Oh ya….aku juga sedang berpikir tentang kamu “
“ Berpikir tentang apa “
“ Tentang sebuah pertemuan kita nanti “
“ Ah….kau membuat aku malu “
“ Hahahahaha….aku harus pergi sebentar saja “
“ Silahkan sayang ku. Oh ya…sampaikan salamku pada Tuhan. Katakan aku sangat merindukan-Nya “


Aku kembali melanjutkan catatan-catatan kecilku di antara sekian kesibukan yang harus aku kerjakan. Untung bukan deadline. Membiarkan anganku berlarian secara liar diantara gelap malam dan menaburkan bintang di sektar bulan. Wahai…aku menikmati kebahagian ini sayang. Sekana kuda yang terlepas dari sebuah penjara, berlari, berlari menyusuri pantai-pantai perawan dan tak pernah ada ujung saat kita akan melabuhkan hati. Melukiskan sebuah perasaan cinta. Ya….perasaan cinta. Yang sakitnya lebih nikmat dari kesembuhannya. Membuat aku kembali berdiri, bertahan dan kembali berani bermimpi.
“ Gombal kamu “
“ Ini bukan rayuan gombal “
“ Lalu kalau bukan gombal apa dong namanya? “
“ Ini kenyataan. Kalau aku benar-benar mencintaimu dan merindukanmu. Sangat!! “

Catatan-catatan ku terbuai pada perasaan-perasaan kesendirian, kesepian. Aku ingin memilikinya utuh. AKu tidak terbagi. Dan ia juga tidak terbagi. Kami akan jadi satu. Dan puisi-puisi itu lahir dari kesibukan-kesibukan ku berpikir tentang perjalanan panjang. Saling menceritakan sebuah kisah tentan 1001 malam. Kisah tentang epos sang puteri atau hanya sekedar cerita pada sebuah persinggahan. Dan kita akan saling menikmatinya pada kisah yang berakhir pada secangkir kopi. Cerita tentang malam. Cerita tentang hujan. Tentang dini hari. Dan tentang kerinduan.
“ Kau baik-baik saja kan? “
“ Iya sayang….jangan cerewet ah! Aku sangat baik sekali “
“ Jangan lupa makan “
“ Iya….aku bukan lagi anak kecil “
“ I love you my beibh “
“ I love you too my poetry “


Dan ini adalah kisah tentang secangkir kopi. Kisah tentang sepotong puisi. Dan kisah sebuah ponsel.
“ Ah….kok ponsel? Nggk banget ah…nggk ada garis merahnya “
“ Lo apa salah jika aku meng-kisahkan sebuah ponsel? “
“ Sedikit salah “
“ Tidak sayangku. Bukankah lewat ponsel ini kita sering bercinta”
“ Bercinta….? “
“ Iya…bercinta lewat kata-kata. Mencari kenyamanan dalam tumpukan kisah masa lalu. Bukankah Tuhan telah menyatukan kita dalam sebuah kisah salah yang indah “
“ Aku membutuhkanmu “
“ Aku juga sangat membutukanmu sayangku “

Dan sejak dini hari hingga malam hari ini. Jemari tanganku terpaku pada catatan-catatan kecilku ditemani oleh bercangkir-cangkir kopi, Serta kisah yang kau ceritakan padaku lewat sebuah ponsel. Dan aku terdiam sambil terus menulis puisi tentangmu

Memujamu adalah sebuah proses
Memujamu adalah sebuah perjalanan tanpa titik

Mencintaimu adalah sebuah keikhlasan
Mencintaimu adalah sebuah ke akuan

Dan merindukanmu adalah sebuah pertahanan yang menyakitkanku

Aku terdiam dalam tumpukan catatan-catatan kecilku. Bercangkir-cangkir kopi telah kosong tak berdasar. Ponselku mati teronggok diam. Saat kau mengatakan,

“ BUNDA,……kapan ini akan jadi nyata”

Aku tetap terdiam! Ah...andai kau tau betapa besar rasa ini padamu

Catatan ini aku pesembahkan
Pada hujan, pada malam yang tak perna berhenti memujamu
Kau tau....aku sangat mencintaimu

12 komentar:

ivan kavalera mengatakan...

sebuah episode jatuh cinta,...episode hujan...

-Gek- mengatakan...

Hujan lagi.. pelangi sudah?
:)

ceritatugu mengatakan...

lewat ponsel, asyik juga

Ninda Rahadi mengatakan...

eheeemmmm... sepakat sama mbak gek

oh ya mbak ira judulnya mirip blognya si kakve deh :P

yansDalamJeda mengatakan...

sepotong puisi, secangkir kopi dan sebuah ponsel. Diminum 3x sehari....

secangkir teh dan sekerat roti mengatakan...

bagaimana kalo secangkir TEH dan sekerat ROTI saja :)

annie mengatakan...

bunda ... kapan ini akan jadi nyata?
segera usai kau bangun dari mimpi, sayang ....
hehe, malam, Raa

TRIMATRA mengatakan...

aku suka sekali dengan gaya2 tulisanmu...unik menarik.
ps: saya ngajakin kolaborasi posting, jika sempat berpartisipasi yaa..? (reduksi sosialitas)

catatan kecilku mengatakan...

Bercinta lewat kata... ternyata dapat menjadi sangat indah ya mbak..

the others... mengatakan...

Aku akan menemani mbak Ira.. dg secangkir teh manisku...

Nathan mengatakan...

Pergilah, tapi tunggu aku di pintu-Nya...
aku kan mencintaimu seperti matahari pada purnama
yang kan selalu menanti hingga dunia berakhir nanti...

salam knal yagh...

mr.snugglemars mengatakan...

cinta versi perempuan,
beautifully written :D