30 Apr 2010

YURIKE SANGER (MEMPERTANYAKAN SEBUAH KE-REVOLUSIONER-AN?)

Catatan ini aku tulis setelah mengikuti sebuah diskusi buku yang di adakan di Komunitas Salihara dan Komunitas Bambu tentang “Percintaan Bung Karno dengan Anak SMA (Biografi Cinta Presiden Sukarno dengan Yurike Sanger) yang ditulis oleh Kadjat Adra’i, diterbitkan oleh Komunitas Bambu,Maret 2010. Banyak ketimpangan. Banyak pertanyaan yang tak bisa aku ungkapkan dalam diskusi itu. Ya…..Yurike yang menjadi topik pembicaraan tenggelam dalam pembelaan-pembelaan pada sang tokoh Sukarno.
Aku menulis catatan kecil ini dengan tidak mengurai kebesaran nama Soekarno. Seorang revolusionaris sejati. Seorang bapak bangsa yang tetap menjadi bagian dari anak manusia.

Namanya adalah Yurike Sanger kelahiran tahun 1945. Seorang gadis muda yang usianya masih belum genap 16 tahun. Dalam buku “Istri-Istri Sukarno” yang ditulis Reny Nuryanti dijelaskan saat itu Yurike masih tercatat sebagai siswi kelas 2 SMA VII Jakarta, namun di buku “Percintaan Bung Karno dengan Anak SMA” di ceritakan jika Yurike mengenal Sukarno saat masih kelas 3 SMP. Yurike mempunyai cita-cita menjadi pramugari dan memiliki seorang pacar yang bernama Wisnu yang bercita-cita menjadi seorang penerbang di Angkatan Udara. Pertemuan 
Yurike pertama kali dengan Sukarno adalah saat Yurike masuk dalam barisan Bhineka Tunggal Ika, yaitu barisan yang menyambut Sukarno dan tamu-tamu negara dengan menggunakan pakaian adat nusantara. Barisan ini berjumlah 50 pasang. Dan pertama kali, Yurike yang berasal dari Poso menggunakan pakaian kebaya Jawa saat kegiatan Presiden di Istora. Pertemuan pertama itu membuat Sukarno jatuh cinta pada Yurike sehingga meminta pengawalnya untuk langsung mengawal Yurike pulang ke rumahnya. Hingga akhirnya Sukarno menyatakan cinta pada Yurike Sanger, seorang gadis muda yang berusia belum genap 16 tahun dengan mengatakan,”Kamu akan menjadi istri terakhirku Yuri”
Yah…..Sukarno merubah nama Yurike menjadi Yuriwati karena akhiran –ke dibelakang nama Yuri dianggap terlalu kebarat-baratan. Dan Yurike menerima cinta sang President karena dia tidak punya alasan untuk menolaknya. “Bagaimana mungkin saya menolak seorang President?”. Yuri mengalami Cinderella Complex. Ya…..ia jatuh cinta seperti seorang puteri yang jatuh cinta pada Sang Pangeran.

Orang Tua Yuri sangat marah ketika Sukarno berniat meminang Yuri untuk menjadi istrinya. Namun kemarahannya di tumpahkan pada Yuri. Ayahnya juga menyuruh Yuri untuk mempertanyakan status istri-istri sebelumnya. Tapi Yuri tidak mempunyai keberanian untuk menanyakan langsung pada Sukarno. Selain karena Sukarno mempunyai istri yang banyak, ayah Yuri menganggap kalau anaknya masih sangat belia dan masih harus melanjutkan sekolah.

Pada tahun 1964, pernikahan Yuri dan Sukarno dilakukan secara sembunyi-sembunyi karena dianggap memalukan bagi keluarga besar. Bahkan saat Yuri bercerita jika teman-temannya mengejek pernikahannya, Sukarno langsung memerintahkan agar Yurike keluar dari sekolahnya. Perintah Sukarno membuat Yuri shock termasuk orang tua Yuri. Tapi mereka tidak bisa berkata apa-apa karena itu adalah perintah Sang President.
“Aku kaget! Berhenti seolah sama sekali tidak pernah terlintas di otakku. Semangat belajarku masih demikian besar bahkan aku ingin menjadi sarjana. Lalu tiba-tiba Bung Karno memintaku berhenti sekolah! Itu sama artinya dengan isyarat hilangnya semua cita-cita yang sudah ku tata rapi, sama artinya dengan menciptakan kondisi yang nantinya bisa berkembang ke situasi semakin buruk”

Setelah menikah, Yuri tinggal di rumah milik King Gwan, orang China yang lari ke luar negeri karena terlibat manipulasi kelas kakap. Yurike tinggal seorang diri ditemani dengan beberapa ajudan dan pembatu rumahtangga. Dia hidup terasing tanpa kawan dan saudara. Tidak ada TV, tidak boleh ada teman yang datang berkunjung dan Yuri hanya ditemani sebuah radio transistor. Kesibukan Sukarno sebagai Presiden dan istri-istri lainnya membuat dia merasa kesepian. Ia tetap mendapat “giliran” tapi dengan waktu yang tidak pasti. Selain itu status Yuri sebagai istri president juga tidak ditunjukkan pada public. Karena saat yang bersamaan Sukarno juga memiliki beberap istri termasuk Hartini yang tinggal di istana Bogor. Selain itu, Sukarno selalu meminta kepa Yuri agar selalu terlihat charming jika ia datang berkunjung. Rapi dalam berpakaian maupun penampilan. Fuichhh…..sebuah keegoisan laki-laki.

Pada tahun 1965, Yuri hamil. Tapi sayangnya kehamilannya bermasalah sehingga dia harus mengalami abortus. Namun abortus tersebut di rahasiakan dari Yuri. Dia hanya tau jika ia mengalami usus buntu sehingga harus dioperasi. Yurike sama sekali tidak diberi hak untuk mengetahui kebutuhan kesehatannya sendiri. Setelah mengetahui abortus, Yuri kembali shock apalagi saat ia dilarang hamil selama 3 tahun. Dia beristirahat di rumah sakit. Orang-orang rumah sakit tidak ada yang tahu jika Yuri adalah istri seorang President. Mereka hanya mengetahui jika Yuri adalah istri muda dari seorang pejabat penting.

Hingga suatu hari ada dokter muda yang jatuh hati pada Yuri. Ia merasa kasihan melihat seorang gadis muda yang tinggal seorang diri di rumah sakit. Untuk menghibur, dokter muda itu memberikan sebuah TV 14 inc di kamar Yuri serta membawakan beberapa majalah. Sukarno tahu kejadian tersebut. Ia marah besar dan memerintahkan agar dokter muda itu dipindah dari rumah sakit tersebut.
Namun dari majalah dari sang dokter muda, Yuri menemukan gambar suaminya, Sukano berciuman mesra dengan Ratna Sari Dewi. Serta melihat gambar suaminya sedang bermesraan dengan bintang film Itali, Gina Lolobrigida, saat melakukan kunjungan ke Roma. Setelah kejadian itu, Yuri banru menyadari jika ia bukan satu-satunya perempuan yang dicintai oleh Sukarno. Ada Fatmawati (first lady yang keluar dari istana karena menolak di poligami), Hartini, Haryati, Ratna Sari Dewi, Kartni Manoppo dan beberapa perempuan lainnya.
Namun Yuri masih tetap berusaha menjadi istri yang baik bagi Sukarno. Bahkan Yuri meminjam uang sebesar 2 juta rupiah kepada teman Tionghoa untuk Sukarno yang akan menikahkan anaknya. Saat Sukarno dalam “penjara” Wisma Yaso, Yuri pun masih dua kali membesuk. Saat itu Sukarno meminta agar Yuri mengajukan cerai atas dirinya. Namun Yuri menolak. Dan Yuri bercerai secara alami dengan Sukarno yang meninggal pada 21 Juni 1970. 

Sepeninggal Sukarno Yuri menikah dengan Insinyur muda bernama Andy Babe dan memiliki 3 anak yaitu Wahyu, Eka dan Didi. Mereka bercerai karena Andy menikah karena menganggap Yuri sebagai janda president memiliki banyak harta. Kemudian Yuri menikah kembali dengan Insiyur Muda yang bernama Subekti dan memiliki satu an yang bernama Lita.
Dari kabar, Yurike masih sehat dan masih tinggal di Indonesia walaupun ada yang mengatakan kini ia tinggal di luar negeri.
***

Soal wanita adalah soal masyarakat, sebab kita tidak dapat menyusun negara dan tidak dapat menyusun masyarakat, jika (antara lain-lain soal) kita tidak mengerti soal wanita 
Soekarno

Apakah cerita percintaan antara Yurike dan Sukarno adalah sebuah keadilan? Mengkutip dari catatan Mariana Amirudin (Direktur Yayasan Jurnal Perempuan)

(1) Jika Sukarno mengatakan urusan perempuan adalah kepentingan bangsa maka keadaan Yurike menjadi terbalik. Pandangan revolusioner (bila memang Sukarno konsisten) seharusnya memberikan kesempatan Yurike untuk meneruskan sekolahnya dan mewujudkan cita-citanya. Karena siapapun Yurike, dia adalah perempuan yang bisa berkecimpung pada kepentingan bangsa. 

Pernikahan Yuri dan Sukarno adalah sebuah kesia-siaan dari seorang perempuan muda. Saat teman-teman seusianyamasih sekolah, Yuri harus menjadi soerang istri tanpa mempunyai kesempatan untuk berkembang. Tidak ada kebebasan yang seharusnya di dapatkan seorang perempuan dalam statusnya sebagai istri. Bahkan sebagai seorang istri president, dia juga tidak mempunyai hak untuk mengetahui kejadian plitik di negaranya. Termasuk statusnya sebagai istri president yang disembunyikan dari publik. Relasi yang tak seimbang bahkan bisa disebut kontra revulosioner ataukah kontra feminis?.
Setelah menikah pun, Yuri pun sebagai janda president tidak mendapatkan apa-apa termasuk harus keluar dari rumah yang ditempatinya selama ini karena di sita oleh pihak kejaksaan. Sehingga dia pun kembali pada keluarga yang selama di di pisahkan oleh Sukarno. 

(2) Yuri terasing dari masa remajanya. Yaitu dari teman-teman dan orang tuanya. Perkembangan dia di masa remaja hilang termasuk beban psikologis dia sebagai istri kesekian yang membuat dia merasa tertekan saat mengetahui dia bukan satu-satunya perempuan yang dicintai oleh Sukarno. (Bisa kita bayangkan, seorang gadis belum genap 16 tahun harus belajar untuk membagi cinta. Sumpah!!! Membayangkan saja aku tidak sanggup). 

(3) Yuri mengalami ganguan reproduksi. Hal ini tentu saja bisa terjadi, karena secara kesehatan reproduksinya masih belum siap untuk menjadi seorang ibu karena masih berusia belasan. Selain status istri president yang disembunyikan dari masyarakat membuat status sosialnya menjadi begitu rendah. 

(4) Dapat kita bayangkan berapa besar biaya yang dikeluarkan negara untuk menanggung rumah tangga Sukarno yang terdiri dari beberapa istri, dan bagaimana ajudan dan pengawal ikut terlibat dalam urusan rumah tangga seperti biaya sehari-hari, biaya makan bahkan biaya jalan-jalan ke luat negeri.

Sebuah kontradiksi yang benar-benar nyata ada. Sukarno sangat menhormati perempuan. Bahkan ia menulis buku dengan judul Sarinah (yang diambil dari nama pengasuhnya) yang muncul dari de pemiiran Sukarno bahwa masalah perempuan penting buat kemajuan bangsa. Dalam buku Sarinah, Sukarno beranggapan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam derajatnnya sebagai manusia. Bahkan Sukarno juga membagi toga ide peranan perempuan:
1. Order-onsje (bebas berorganisasi)
2. Perjuangan persamaan hak (feminisme)
3. Perjuangan Ideologis (Kontra feminisme)
Menurut Sukarno, perempuan harus dalam posisi ketiga yaitu sejajar dengan laki-laki dalam hak dan kewajibannya tetapi berbeda dalam kodratnya. Kodrat yang dimaksud adalah perjuangannya dalam keluraga untuk mendorong laki-laki.
Mengutip dari pernyataan Mariana Amiruddin.
Dalam buku tersebut, Sukarno memandang perempuan dalam perspektif marxisme-sosialisme. Paradigma bahwa perempuan lemah, sedangkan laki-laki kuat, terbentuk dari sejarah. Dimulai ketika memasuki barbarisme di mana perempuan sebagai sumber berharga dari umat manusia di ubah menjadi budak. Sukarno dalam pandangan marxisme dan sosialismenya seringkali mengkritik kapitalis, menurutnya pernkahan dalam masyarakat kapitalis dianggap Sukarno sebagai pelarian perempuan dari ketidakberdayaannya sehingga melahirkan ketergantungan terhadap laki-laki. Dalam konteks kapitalisme, perempuan yang mulanya belum menikah memiliki kebebasan untuk menikmati dan mengeksplorasi pikiran an gaya gunanya sendiri. Namun ketika menikah kebebasan seperti itu seakan dilumpuhkan. Sukarno, meski menganut pologami, tetap percaya bahwa suami istri bisa membangun hubungan yang demokratis dalam pernikahan. (maaf….kalau kamu kesulitan untuk menelaah maksudnya)
Hhhmmmm……………..pemikiran yang bagiku tidak konsisten! Antara teori dan kenyataan yang ada sama sekali tidak sinkron!

Sukarno adalah tokoh yang aku banggakan. Aku mengenalnya sejak aku mengenal huruf yang bisa aku baca. Tapi begitu bicara tentang perempuan aku sepertinya hanya bisa angkat tangan tanpa bisa ada pembelaan walaupun ada yang mengatakan ia menikah dengan alasan politik. Tapi tetap saja bagiku nonsense!!!! Seorang revolusioner, seorang reformis dan yang progresif harus melibatkan perempuan untuk mendapatkan pendidikan, mampu di bidang ekonomi, tekhnologi, sains ataupun lainnya. Bukan hanya soal kerumahtanggaan seperti perlakuan Sukano.
Ironisnya……dalam wasiatnya pada Suharto, Sukarno hanya menyebut dua istrinya yaitu Hartini dan Ratna Sari Dewi. Sedangka ke tujuh istri lainnya termasuk Yurike bukan siapa-siapa. Mereka hanya menjadi sejarah dalam majalah-majalah popular, pada diskusi-diskusi dan pada catatan-catatan kecil.

 (ki-ka: Mariana Amiruddin - Direktur Yayasan Jurnal Perempuan, JJ Rijal-Kobam, dan Peter Kasenda)

Seperti diskusi yang aku hadari. Benar-benar timpang!!!! Kesengsaraan Yurike sebagai perempuan tenggelam dalam sebuah pembelaan tentang kekultusan dan pembenaran atas nama seoranga revolusioner sejati!
Benarkah? Entahlah……..
Sekali lagi......aku tulis catatan ini tanpa menguraing kekagumanku pada beliau. Bapak Bangsa Indonesia SUKARNO!


Sumber:
Percintaan Bung Karno dengan Anak SMA (Biografi Cinta Presiden Sukarno dengan Yurike Sanger) - Kadjat Adra'i
Bung Karno: Pernyambung Lidah Rakyat - Cindy Adams
Istri-Istri Sukarno - Reni Nuryanti dkk
Sakura di Tengah Prahara - M. Yuandazara
Revolusi Bangsa yang Belum Sejalan dengan Revolusi Perempuan - Mariana Amiruddin
Soekarno, wanita dan kekuasaan - Peter Kasenda

Nb: maaf kawan.....aku berusaha mencari gambar Yurike S tapi gagal!

Catatan ini aku persembahkan pad Yurike S.
Perempuan tegar yang aku kagumi
Pada Sukarno, Bapak Bangsa yang aku hormati
Pada sejarah yang mengajarkan tentang sebuah perjalanan
dan pada perempuan yang mengaggungkan atas nama kesetian
namun mempertanyakan sebuah ke-revolusioner-an?


8 komentar:

yansDalamJeda mengatakan...

Yurike....
Yuri oh Yuri....
Kalau saja aku jadi Sukarno?!

Unknown mengatakan...

geram juga saya setelah tau kalu sukarno seperti itu...

"pemikiran yang bagiku tidak konsisten! Antara teori dan kenyataan yang ada sama sekali tidak sinkron!"

setuju...

catatan kecilku mengatakan...

Iya mbak.., repot memang jika bicara tentang wanita2 dalam hidup Soekarno.

the others mengatakan...

Wow... ulasan mbak Ira panjang lebar nih... sptnya begitu banyak yg ingin disampaikan...

Vicky Laurentina mengatakan...

Aku sedih setiap kali ingat bahwa bapak bangsa kita senang poligami.

Adalah suatu keunikan sendiri memisahkan sosok Sukarno, antara sosok negarawan besar dengan sosok penggiat koleksi istri.

Agak ironis jika saya menonton Megawati berorasi panjang lebar tentang kebesaran ayahnya, padahal ibu kandung Megawati (yaitu Fatmawati) bukan istri yang disebut Sukarno dalam wasiatnya kepada Suharto.

Simpati besarku kepada Yurike, dan istri-istri Sukarno lainnya yang harus rela berbagi suami.

Unknown mengatakan...

salam kenal dari AlQadri

http://aby-umy.blogspot.com

kalo ada waktu mampir yah??

etikush mengatakan...

"Saat Sukarno dalam “penjara” Wisma Yaso, Yuri pun masih dua kali membesuk. Saat itu Sukarno meminta agar Yuri mengajukan cerai atas dirinya. Namun Yuri menolak. Dan Yuri bercerai secara alami dengan Sukarno yang meninggal pada 21 Juni 1970. "


katanya sengsara?
kok diberi kesempatan untuk minta cerai malah gak mau...
gimana tho?

YUDHAY mengatakan...

NO MAN LIKE THIS
http://www.sukarnoart.blogspot.com/