15 Des 2009

BALIBO.......!!! FIKSI...????? REALITAS??????

Seharusnya catatan tentang Balibo ini aku buat sejak lama, namun aku benar-benar tidak mampu mengapresiasikannya kalau belum langsung melihat filmnya walaupun data dan referensi film ini sudah aku kumpulkan.

Persisnya saat JIFFEST 2009, aku berharap besar!! dan dari Program Guide, Balibo rencananya di putar pada 6 desember jam 18.30 dan 10 desember jam 15.30. Namun Lembaga Sensor Film melarang pemutaran Film Balibo karya sutradara Robert Connoly satu jam sebelum penayangannya di Indonesia.
Pelarangan LSF terhadap pemutaran perdana Balibo oleh Jakarta Foreign Correspondents Club juga bearti film itu tidak akan di putar di JIFFEST 2009. Dan mendengar pelarangan itu aku langsung berhenti berharap!!! apalagi aku sama sekali tidak ada akses untuk melihat film itu secara langsung. Namun akhirnya harapan itu kembali muncul saat aku mendapatkan info jika Komunitas Salihara yang bekerja sama dengan Aliansi Jurnalis Independent (AJI) (Ah.....aku sempat aktif di AJI. Sayang tidak berlangsung lama. Rekan-rekan AJI Jember.....I Miss U All) mengadakan nonton bersama flim Balibo. Dan akhirnya......aku berhasil mendapatkan tiket tersebut secara gratis setelah mendaftar via email. Alhamdulilah.......Jumat, 11 Desember 2009 aku dan sahabatku Ika Ningtyas meluncur ke Serambi Salihara!!!

Tidak seperti nenonton di Bioskop!!! kita nonton di dalam ruangan tepatnya di Serambi Salihara, dan filmnya pun di putar menggunakan layar kecil. Tak apalah!!! yang penting adalah bisa melihatnya!!dan ada dubbing dalam bahasa Indonesia.


Film tersebut diawali dengan Juliana, yang berkisah tentang kejadian yang dialaminya saat berusia 8 tahun. Julianan adalah anak pemilik hotel tempat para wartawan Autralia menginap saat meliput di wilayah Timor-timor. Tokoh Juliana muncul sebagai tokoh yang berinteraksi langsung dengan kelima wartawan muda yang tewas, termasuk juga Roger, wartawan senior yang mencari nasib rekan-rekannya. Juliana juga menjadi saksi kejamnya invansi yang dilakukan oleh tentara Indonesia. Sedangkan Balibo sendiri adalah kota kecil di Distrik Bobonaro. Jaraknya hanya sekitar 10 kilometer dari perbatasan dengan Timor Barat, wilayah Indonesia. Sebuah Reruntuhan benteng Portugis berusia lebih dari 400 tahun masih berdiri di atas bukit yang menghadap ke pantai. Dan reruntuhan itu menjadi saksi tewasnya 5 wartawan Australia Greg Shackleton (27 tahun), Tony Stewart/ perekam suara (21 tahun), Gary Cunningham (27 tahun). Mereka bertiga berasal dari Channel 7. Sedangkan dua orang lainnya adalah dari TV pesaing yaitu Chanel 9 Brian Peters (29 tahun) dan Malcolm Rennie (28 tahun).  (saat melihat dua chanel ini berkonflik jadi ingat dua televisi nasional yang selalu mengklaim dirinya ekslusif). Ke lima wartawan tersebut memaksa untuk menuju ke wilayah Balibo untuk mendapatkan berita ekskusif tentang invasi yang dilakukan oleh tentara Indonesia. Hingga akhirnya, mereka terkepung di salah satu rumah.  Setelah sebelumnya sempat mengambil gambar rombongan tentara Indonesia yang melakukan invansi dan mengganti baju dari baju sipil ke baju loreng-loreng. Setelah bertahan cukup lama dalam rumah kosong akhirnya mereka memutuskan untuk keluar dari persembunyian. Hingga akhirnya, salah satu wartawan yaitu Greg Shackleton memberanikan diri keluar dari persembunyian dan menemui para prajurit tentara Indonesia dan mengakui jika mereka hanyalah wartawan dari Australia. Dan inilah adegan yang membuat mataku memanas. Tanpa basa-basi, seorang pemimpin operasi yang menggunakan pakaian sipil, berambut gondrong, kemeja lekat ditubuh, celana pipa lebar, menggunakan scraft dileher dan bertopi koboi, langsung menarik pelatuk tepat di kepala Greg. Setelah tembakan pertama itu, tentara Indonesia langsung memberondong para wartawan lainnya hingga tewas. Untuk menghilangkan jejak, mayat 5 jenasah wartawan itu di bakar beserta pita-pita hasil peliputan. Dan kejamnya lagi, mayat tersebut dibakar dengan sekam agar baranya lama, hingga 2 hari dan jasad benar-benar hancur. Fuich......kebebasan pers benar-benar dipertanyakan disini?


kelima wartawan yang di duga tewas dalam invasi di Timor-timor

adegan film yang menggambarkan kekejaman peperangan

Kenekadan untuk sebuah kebenaran!!!

Salah satu wartawan menggambar bendera dan nama Australia di dinding sebuah rumah tempat mereka berlindung dan dianggap sebagia "kedutaan" bagi mereka. Alhasil mereka tewas di dalam "kedutaan" yang mereka buat sendiri

foto yang tertinggal saat mereka masih di Dili

Penyelamatn diri!!
Empat minggu setelah peristiwa itu, Roger East, wartawan senior Australia diundang oleh Jose Ramos Horta untuk menjadi pimpinan di Kantor Berita Timor-Timor. Awalnya Roger sempat menolak, tapi ia kemudian menyetujuinya asalkan Ramos Horta memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui jejak ke lima wartawan muda yang dikabarkan hilang. Roger pun diberi kesempatan untuk menelusuri jejak-jejak yang ditinggalkan, mendatangi lokasi-lokasi yang sempat diliput oleh kelima wartawan muda. Hingga akhirnya Roger sampai di Balibo, tempat terakhir kelima wartawan itu meliput. Dan Roger menemukan abu jasad kelima wartawan muda itu. Setelah melewati perjalanan yang cukup menegangkan dan memberikan kesan, Roger akhirnya memutuskan menerima tawaran Ramos Horta walaupun keadaan sangat genting. Roger pun menolak ajakah Ramos Horta untuk keluar dari Timot-timor untuk menyelamatkan diri dari invasi tentara Indonesia. Roger beralasan harus ada yang memberikan informasi pada dunia apa yang terjadi sebenarnya di Timor-timor. Agar PBB bisa segera mengambil tindakan untuk menyelamatkan warga sipil yang tidak bersalah. Akhirnya...nasib Roger pun berakhir di ujung pistol. Saat ia sedang mengirim berta, kamarnya didobrak oleh tentara Indonesia. Roger diseret dan disiksa hingga akhirnya ia tembak mati dan mayatnya dibiarkan jatuh ke dalam laut. Aku masih ingat kata-kata terakhir Roger sebelum dia tewas, " I'am Jurnalis......I'am Jurnalis......" Kata-kata itu terus diulang. Dan jujur  perasaanku seakan campur aduk. Aku pernah dan bisa merasakan bagaimana susahnya mendapatkan informasi!! Bah........!!

"Roger East" & "Ramos Horta"


Film Balibo memotret eskalasi politik yang panas menjelang invasi dan detik-detik tewasnya kelima wartawan itu. D sisi lain, sutradar Balibo Roger Connolly telah menggunakan jasa sejahrawan Dr Clinton Fernandez dari Akademi Pertahanan Australia di Universitas New South Wales untuk memandu konteks sejarahnya. Dan dari setumpuk dokumen Tomor-Timor, Australia, Inggris, Amerika sampai Portugis (tak ada satupun data dari Indonesia), Fernandez menyimpulkan, "Militer Indonesia terlibat dalam upaya teror dan destabilisasi yang kemudian di salahkan kepada kelompok prokemerdekaan.  Berikutnya mereka tinggal an masuk sebagai penjaga ketertiban".
Sumber yang digunakan Connoloy untuk mendeskripsikan detik-detik pengepungan dan penangkapan di Balibo berasal dari penyidikan jaksa di pengadilan koroner New South Wales pada Februari 2007 yang bisa diakses langsung lewat Internet.
Beberapa pihak sempat menyatakan, jika film Balibo berpotensi mengorek luka lama. Luka sebelah mana? Peristiwa Balibo telah 3 dekade di bicarakan antara Jakarta dan Canbera. Padahal kedua negara tersebut seia sekata, dan pemerintah Australia membenarkan kelima  wartawan tewas dalam baku tembak. Tapi tidak untuk keluarga, kerabat dan pemerhati hak asasi manusia yang menuntut keadilan. Luka lama kedua yang telah terkorek adalah luka bagi publik dalam negeri. Banyak adegan film yang menyegarkan ingatan akan kekejaman peperangan. Ikon familiar begitu nyata di film ini, Baret merah, loreng hijau, senjata AK-47. Dan yan paling mengerikan adala perilaku penyandang ikon di dalam film yang mengarahkan rentetan tembakan pada rakyat sipil, eksekusi di di muka umum serta wajah anak-anak dan perempuan yang menangis ketakutan. Yang membuat aku geli sekaligus merasa ironis adalah saat wajah presiden kedua RI berada di surat kabar dan dijadikan bungkus gorengan, Fuich....aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Kembali ke "khitah"-nya sebagai film fiksi. Balibo tak pernah disebut sebagai film dokumenter. Balibo pun mengandung banyak fiksi. Termasuk tokoh Juliana yang menjadi saksi invasi pertama kali di Timor-timor  7 Desember 1975 di pelabuhan Dili bertepatan dengan tewasnya Roger East.  Termasuk juga perkelahian Roger dengan Ramos Horta di kolam renang yang sebenarnya tidak pernah terjadi.
Lepas dari ini fiksi dan realitas!! seandainya itu benar terjadi kenapa kebebasan pers harus di bungkam.? bukankah mereka hanya mencari berita tentang kebenaran yang harus disampaikan pada masyarakat luas disana? kenapa kebenaran harus ditutupi? huh......aku paling benci jika harus menuliskan sesuatu yang berhubungan dengan pembungkaman pers!!!!
aku jadi ingat pertanyaan yang diajukan temanku saat masih SMA dulu
"Apa cita-citamu Raa"
"Jad wartawan"
"Wartawan....? nggak ada yang lebih elit lagi? wartawan itu kerjaannya cuma nyari kesalahan orang"
" kalo nggak ada wartawan ngga mungkin ada berita"
Aku langsung mendelik marah saat itu. karena masih belum punya referensi untuk menyangkal pernyatan temanku yang baru-baru ini keluar dari penjara karena kasur Narkoba. 
Walaupun hanya 6 tahun aku menekuni dunia Junalis, tapi aku menyadari betapa pentingnya profesi yang dianggap sebelah mata ini. Seandainya mereka tahu betapa sulitnya mencari sebuah keadilan dan sebuah pembenarab dari sebuah berita. Dan semoga tidak ada lagi pembungkaman pers!!! tidak ada lagi kasus Balibo....Semoga!!!!
Sumber tulisan di atas aku ambil dari beberapa situs dan juga Tempo edisi 7-13 Desember 2009


Catatan ini aku persembahkan kepada seluruh pekerja Pers!!! Sahabat-sahabat Junalisku!!!
kebenaran itu akan selalu menjadi pemenang!!
Catatan ini aku buat saat bedrest karena virus tipes. Maaf sahabat jika kata-kataku banyak yang tidak sinkron, aku baru sadar jika penyakit juga mempengaruhi kemampuan ku untuk memilih diksi yang tepat.

20 komentar:

sibaho way mengatakan...

toh masyarakat sudah dewasa ya mbak. mungkin pemerintah masih terkena sindrom akut orde baru: paranoid

FaiS mengatakan...

jD penasaran ni mo nonton...

yasuyassyash mengatakan...

shock ngebacanya..
sekejam itu yah tentara indonesia..
ga mau cari suami yang orang militer ah..
*loh

ceritatugu mengatakan...

sayang inyong ngga bisa ikut nonton

Rumah Ide dan Cerita mengatakan...

Turut bersimpati atas tewasnya kelima jurnalis tersebut.
Tapi kenapa ya film ini di propagandakan begitu rupa oleh australia? Apa mereka tak pernah menyadari apa yang mereka telah perbuat terhadap suku ABORIGIN. Musnah !

Timor-timor di bawah portugal adalah koloni (jajahan). Sedang di bawah Indonesia adalah propinsi.

Lagipula invasi Indonesia itu atas hasutan (dikompori)amerika yang tak ingin pengaruh komunis meluas di Aisa Tenggara (waktu itu Timor sangat di kuasai partai komunis).

Sebaiknya sebagai negara bertetangga jangan saling memprovokasi. (Saya juga tak percaya TNI semembabai buta itu menembaki rakyat sipil).

SeNjA mengatakan...

kayanya bagus ya filmnya.
semoga sekarang udh sehat ya mba...

yans'dalamjeda' mengatakan...

Balibo? Penasaran????

ivan kavalera mengatakan...

Bisa benar bisa tidak. Tapi satu catatan, pihak barat selalu memiliki konspirasi yg canggih dan sistemik untuk mendiskreditkan Indonesia.

kedai kopi mengatakan...

pasti mantap nih film. saya mau nonton juga ah. gak apa2 kedai kopi ditutup dulu hihihi..

-Gek- mengatakan...

yuks, boleh dibaca di postingan saya beberapa minggu yang lalu tentang "Sejarah HITAM Timor Lorosai"

Eh, cepetan sembuh ta Mbak, kelamaan di komputer itu,, hehehe.
Peluk dari jauh..

Unknown mengatakan...

filmnya oke kayanya mbak
aku banyak banget baca Reviewnya di blog2
thanks sharingnya ya mbak..
cepetan sembuh..

Kabasaran Soultan mengatakan...

nice repew ...
Jadi penasaran deh

Seti@wan Dirgant@Ra mengatakan...

review yang mantap Raa....
Moga cepat pulih seperti sedia kala.

attayaya mengatakan...

ini versi ausie ya?
kalo versi Indonesia gimana

NOOR'S mengatakan...

Kalau dilihat sepak terjang penguasa orde baru, kayaknya kasus Balibo bukan sekedar fiksi ya...

Jhoni20 mengatakan...

itulah kejamnya perang!!!!!! apapun hasilnya tidak ada yang baik yg dapat dihasilkan dari peperangan!!!!

Poppus mengatakan...

mmm filmnya bisa didownload gak ya? hhhihihuhu. Pengen nontooon!

Reni mengatakan...

Ceritanya bikin aku jadi penasaran mbak..
Semoga sekarang mbak Ira sekarang sudah sehat lagi.. AMin.

ryva mengatakan...

melihat ceritanya kayaknya kejam banget ya filmnya tapi jadi penasaran pengen lihat, slm kenal dari q n jgn lupa mampir balik

13ahar mengatakan...

makin mencuri perhatian aja ni cerita,, dan makin penasaranlahku,,

kapan ya?????