Apa mungkin?
Tanah yang ku jejak saat ini sama dengan tanahku di sana
Saat baunya membuat aku muntah, terlalu tengik buatku!
Apa mungkin?
Udara yang ku isap saat ini sama dengan udaraku di sana
Yang saban pagi melatih paru-paruku berlari memompa darah menuju jiwaku
Meninabobokkanku dengan nada nafas-nafs bengek
Aku akan mati jika terus di sini
Kembali ku bertanya
Apa mungkin? ombak di depanku saat ini seperti ombak di bumiku?
Menggulungku dengan birahi, menghempaskanku dengan mimpi dan menyetubuhiku lewat gendingnya
Sedang aku merindu
Disini!!!!!!tanahnya terlalu bece tuk menopang hatiku yang kerdil
Aku berlari-lari dalam labirin, Gelap!!! Kemana!!!!
’tuk menghembuskan nafas pun aku menunggu mereka menjauh dariku menuju ke wc ukuran 1x1 meter
Kini aku menuup lubang hidung dengan mimpi tanah yang kurindu, "pemborosan udara", katanya
Jejalan sedikit demi sedikit masih pada lipat-;ipat rasa yang masih ada
Tentang bayangan saat ku bercinta dengan samudra
Hahahahahaha lembut bibirnya mampu membuat aku menangis
Dan belum lagi kerlingan mata gandrung Temu, dan aku juga rindukan nglaik-nlaik anginnya
Ini sebuah dialog? atau sekedar bertanding dengan waktu
AKU KALAH!!!! Sepi, sunyi, hampa, kosong, nol adalah ketiadaan
Semoga ini awal dari mimpi dalam dunia ada dan tiada
"Apa yang membedakan tanah yang ku pijak ini dengan tanah Blambanganku?
Apa air lautnya juga sulit di peluk seperti samudraku"
Segera ingin kukuirimkan rindu saat hati telah mati
Waktu berbenah meyimpulkan jubah merahnya antara senja dan malam
Dan berdendang,
"Banyuwangi......Ba......nyu.....wang....i......Banyu.....wang......i........aku.....rindu......Bnauwangi........aku rindu.......Banyuwangi.......aku.......rindu...........aku.......rindu.....Ba....nyu.....wang.....i....Aku rindu"
Tak kan pernah usai percakapan ini
Apakah esok ku masih bisa bercerta tentang tanahku, tentang bumiku, tentang ibuku, dan tentang cintaku
Apakah aku mampu berdiri lama di sini sedang dulu aku pernah bercinta di sana, di tanahku, dengan samudra, kekasihku dan cintaku?
Tinggal satu kerinduan abadi
Ketika ku mengikat untaian cinta Sri Tanjung dan Sidopekso
Disini!!!!!! di dadaku
dan ternyata, Minak jinggo itu masih satu dan meluruh pada darahku
Dan aku akui itu!!!!
Hanya ada dalam mimpiku
Apakah ini nyata rindu pada bumi Blambanganku?
Tanahku!!!!!!!!!
Ceritakan tentang bumiku, bumimu, buminya, bumi mereka...saat kita menjadi satu
Pada dunia pada langit, pada samudra, pada matahari, saat kita tak lagi bertemu
Persetubuhanku dengan Bnayuwangi akan ku mulai
Jika lakon lalu berawal dari Sidopekso bunuh Sritanjung dengan cinta....
Maka beda denganku....
Banyuwangi teah menikamku dengan pisau rindu telak di jantungku
Wahai.....satukan aku dengan ganda rindu
Tak kan pernah ada lagi pengkhianatan kedua
Segera ingin ku kirimkan rindu saat hati telah mati
Waktu berbenah menyimpulkan jubah merahnya antara senja dan malam
aku berdendang,
"Banyuwangi......Ba......nyu.....wang....i......Banyu.....wang......i........aku.....rindu......Bnauwangi........aku rindu.......Banyuwangi.......aku.......rindu...........aku.......rindu.....Ba....nyu.....wang.....i....Aku rindu......Bersatulah kau dalam aliran nafsuku"
Banyuwangiku....membuatku mati berpuisi
(dengan segenap kerinduanku pada tanahku)
Jakarta, 1- 3 Desember
4 komentar:
hmmm...Banyuwangi..
Tarian dan budayanya hampir mirip Bali
mmm jadi pengen ke banyuwangi nih. Tapi katanya puanass banget yaa
@ itik bali: karena kita tetanggaan...kebetulan juga aku kelahiran bali....
@brokoli : emang nggak pernah ke banyuwangi?kan deket banget sama jember?
Puisinya menghanyutkan,
jadi kangen sama tanah jawa.. :)
Posting Komentar