1 Jan 2015

SELAMAT HARI BAPAK DAENG MOESA

Saya yang kecil

Berkali kali saya bercerita ttg ayah saya.

Namanya Daeng Moesa. Iyaa 'daeng' yang menunjukkan bahwa saya keturunan Bugis.
Percayakan jika saya bilang bahwa saya bukan 100% Jawa apalagi Using?
Jika saya marah, maka Bang Bur, anggap lah abang saya yang di Batam selalu bilang, "Lihat lah Iraa. Kalau marah tampaklah dia bukan Jawa. Dia Bugis"

Ayah saya salah satu anggota Kahar Muzakar sebelum dia bergabung di Kodam Udayana Bali. Saya tidak pernah mencatatnya atau mencari tahu siapa sosok ayah saya sebenarnya. Beliau meninggal saat saya masih kecil.

Semacam Ayah, Ibu pun diam tanpa memberitahu siapa keluarga ayah yang tertinggal. Orang Jawa bilang "kepaten obor".


Saya sempat memberontak tapi akhirnya saya berdamai dan menghargai keputusan ayah dan ibu. Maka nanti saya akan pergi ke Makasar untuk menemui dan mencari keluarga ayah saya. Menyalami mereka dan mengatakan, "Saya iraa anak perempuan Daeng Moesa"

Cukup mereka tahu ada saya dan kakak saya. Lalu saya akan pulang kembali ke Jawa.

Kapan Raa? Nanti. Ketika saya yakin Tuhan sedang mengaturnya. Mungkin Ayah dan Ibu lupa anak perempuannya suka membaca novel roman sejarah yang berbau misteri. Lupa kalau anak perempuannya akan tumbuh dewasa dan akan mencari "ujung"nya. Ketika saya hanya butuh mempersiapkan diri saja..

"Aku mau ke Makasar cari keluarga bapak"
"Butuh tiket kapan?"
"Nanti kalau sudah siap"
"Disana menemui siapa Raa"
"Terserah Tuhan dan alam yang menentukannya"
"Jangan gila Raa"
"Ibu mungkin dianggap gila saat menikah dengan bapak lelaki asing dan bukan Jawa yang dikenalnya dalam waktu tiga hari. Bapak pun mungkin gila saat melarikan diri dari Makasar saat pasukan Kahar Muzakar di tangkap dan terombang ambing 3 bulan di lautan"

Nama ayah saya Daeng Moesa. Konon katanya bentuk kepalanya sama dengan saya. Matanya juga. Karena mata ibu saya sipit. Ayah saya tidak mewariskan nama gelar Bugis di nama lengkap saya. Nama saya hanya Rachmawati hampir sama dengan nama ibu saya yaitu Ismiwati.

Nama ayah saya Daeng Moesa. Saya mencintainya walau saya sudah lupa raut wajahnya. Dia sakit lalu meninggal di Sukowidi saat saya masih kelas 3 SD. Waktunya banyak di habiskan di Bali sehingga saya tidak punya moment banyak dengan dia.

Namanya Daeng Moesa. Saya merindukannya. Sangat. Semacam saya merindukan ibu, mbah dan anak anak saya yang tidak sempat terlahirkan.

Selamat Hari Ayah, Bapak Daeng Moesa.


Foto ini adalah saya ketika kecil. Bapak dan Mas Nurul. Foto diambil di Lapanga Puputan Bali. Saya menyelamatkan secuil kenang ttg dia. Bapak saya namanya Daeng Moesa dia yang mengajarkan saya bagaimana mencintai Indonesia

Banyuwangi, 12 November 2014

Tidak ada komentar: