22 Jan 2015

DUTA SELFIE PLANET HI HO

Catatan ini dibuat oleh seorang perempuan yang tiba-tiba saja ditunjuk sebagai "Duta Selfie" di Planet Hi Ho. Sebut saja namanya Iraa.

Baiklah jamaah Dunia Iraa yang saya cintai.

Fenomena selfie di media sosial tiba-tiba booming selaris powerbank di onlineshop. Terutama selfie di tempat-tempat "keren". Hingga suatu saat saya menyadari bahwa fenomena selfie membuat kita kehilangan kepekaan dengan keadaan disekitar kita, terutama alam ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Contohnya adalah ketika sekumpulan manusia datang ke Pantai dan apa yang dilakukan? sibuk foto sana sini. Mulai gaya loncat sampai memonyongkan bibir. Berkali-kali "take photo".

Lihat hasilnya lalu ketawa sendiri sambil sibuk berkata "ini bagus... ini jelek jangan di upload ya".

Kalau nggak ya sibuk cari sinyal login ke media sosial dan holaaaaa.....upload foto.

Baiklah. Jujur sejujur jujurnya. Sayalah tokoh utama kisah di atas.


Baiklah. Sepertinya saya harus tobat selfie. Ehh maksudnya bukan tidak mau selfie dan upload foto-foto selfie. Tapi mengurangi kadar kenarsisan saya.

Ketika sibuk selfie maka saya melupakan bentuk awan. Melupakan angin yang berhembus. Mengabaikan matahari yang tenggelam. Tidak meperhatikan bagaimana hujan turun lalu membuat genangan air. Mengabaikan bentuk ombak yang bisa berubah dalam sepersekian detik. Melupakan suara burung burung yang melintas di atas kepala. Mengabaikan daun-daun yang bergerak atau pokok bambu yang bergesek.

Iyaa gara-gara sibuk berselfie. Alam seakan hanya menjadi tempat eksistensi agar dianggap "gaul" dan "keren". Poto-poto selesai ya sudah langsung pergi. Duhhh saya membayangkan betapa berdosanya saya pada "alam" yang telah saya abaikan keberadaannya.

Maka saat ini saya akan memilih saja menikmati apapun yang ada di sekitar saya. Duduk diam nenikmati alam. Mau laut, gunung, senja atau hanya sekedar duduk di Taman Sritanjung. Saya berhenti untuk sibuk berselfie.

Catat yaaa. Sibuk berselfie. Bukan tidak ber selfie.

Kalau sebelumnya satu jam di lokasi, 45 menit dibuat selfie dan 15 menit untuk duduk manis maka saya merubahnya. 5 menit selfie dan sisanya saya akan menikmati pemandangan. Membiarkan tubuh saya merekam semuanya karena "kamera" yang abadi adalah mata dan otak.

Baiklah. Sudahkan anda ber-selfie hari ini? ber-selfie-lah dengan baik dan benar. Bukan hanya sekedar full muka apalagi sambil melet-meletin lidah. Percayalah hidung kamu juga tidak akan tambah mancung saat berkali-kali selfie. Yang perlu diganti adalah latar tempat kamu berselfie.

Oh yaa bicara selfie, tercatat pada tahun 1839 Robert Cornelius perintis dunia fotografi membuat ekspresi dirinya untuk pertama kali.

Wikipedia juga mencatat jika Putri Kekaisaran Rusia, Anastasia Nikolaevna, adalah salah satu remaja yang diketahui pertama kali mengambil fotonya sendiri melalui cermin untuk dikirim kepada temannya pada tahun 1914. Dalam surat yang dikirim bersama foto itu, ia menulis: "Saya mengambil foto ini menggunakan cermin. Sangat susah dan tangan saya gemetar".

Nah awal penggunaan kata selfie terjadi pada tahun 2002. Kata ini pertama kali muncul dalam sebuah forum Internet Australia (ABC Online) pada tanggal 13 September 2002.

Selfie awalnya lebih dikenal Swafoto atau foto narsis atau foto potret diri yang yang diambil sendiri dengan menggunakan kamera digital atau telepon kamera. Di Korea dikenal istilah selca atau self camera.

Baiklah jamaah duniairaa yang baik hati.

Demikian catatan per"selfie"an dari ‪#‎duniairaa‬. Jika ada yang tidak sepakat saya tidak akan marah kok.
Saya masih yakin seyakin yakinnya. Selfie bukan dosa. Selfie bukan kejahatan. Selfie tidak melanggar hukum.

Kecuali kamu selfie duduk di kepala temen kamu.

Salam Jepreeet!!!

Tertanda Duta Selfie Planet Hi Ho.
-----------------------------------
Foto Selfie ini diambil di Badengan Taman Nasional Alas Purwo. Rasanya menyenangkan duduk manis melihat rusa dan banteng makan rumput di jarak yang sangat dekat. Sayangya tidak ada warung kopi yang dekat.

Saya yang selalu terpana dan jatuh cinta berkali kali pada indahnya Indonesia.

Tidak ada komentar: