1 Jan 2015

DEAR KAMU




Dear kamu.

Apa kabar mu hari ini? apakah kamu baik-baik saja. Sudah berapa kita tidak berbicara? kamu yang terlalu sibuk atau aku yang selalu menyibukkan diri ? atau kita terlalu berjarak ?

Tahukah kamu ketika menyusuri jalan beberapa malam lalu aku menemukan sebuah rindu. Dia aku bawa ke pantai dan mengajaknya berbicara pada pasir secara diam diam. Lalu alu pendam rindu di dekat sebatang pohon yang tumbang. Aku membisu dengan mata-mata berkaca.

Maka aku temukan sepi yang bisa kutuang kapan saja sepenuh hati. Lalu bergulung gulung melewati garis pantai dan merangkum jejak jejak kita. 

Tahukah kamu? ku rapal baik-baik sebuah doa untuk kamu.

Dear Kamu. 

Apakah kamu juga merindukan aku? Jika kamu tanya aku iyaa maka aku menjawabnya. Dear kamu. Aku merindukan kamu.


Bukan sekedar rindu untuk menggenggam tangan mu. Tapi rindu sekedar untuk bercerita bahwa sepatu ku rusak kena hujan kemarin sore. Lalu bertanya pada mu sepatu atau sandal mana yang cocok untukku? bercerita tentang rencana membuat kamar depan untuk menjadi rumah baca lalu membantuku memilih rak buku dan menatanya di kamar depan. Nanti aku akan ajak kamu membuat burung bangau dan kita rangkai di pintu dan jendela. Atau meminta bantuanmu untuk membeli tanah pupuk untuk menanam lombok di belakang rumah.

"Sederhananya kita sedang saling menunggu. Rumitnya kita tidak pernah saling tahu"

Dear kamu,

Tahukah kamu jika aku akan menggenapkan seribu burung bangau kertas. Nanti aku akan tuang di pangkuan kamu. Nanti pintalah agar kelak aku akan tetap mencintai kamu. Aku sudah mulai merangkainya karena aku takut jika aku yang akan meninggalkan kamu.

Kamu sadar? jika selama ini kamu yang seenaknya datang dan pergi lalu tidak peduli bagaimana perasaan ku. Bukan aku takut kehilangan kamu, tapi hal yang paling aku takuti adalah aku tidak lagi mencintai kamu. Karena itu Dear kamu, aku menyiapkan seribu burung bangau kertas untuk kamu. 

Dear kamu.

Jika suatu saat kamu bertanya dan aku diam tidak menjawab tapi hanya menggenggam tanganmu dengan erat. Maka percayalah saat itu aku ingin mengatakan jika aku takut kehilangan kamu. Sungguh.

Abadilah kamu dalam tulisan ku. Kamu akan tetap hidup. Sejauh apapun kamu pergi. Dan aku akan tetap tinggal disini saja.

Menunggu hujan di Desember ketika aku menemukan kamu.

"Heiii nama ku Iraa"

Dan mengenangnya semacam tenggelam.

Dear kamu.

Aku perindu yang tidak perlu kamu tahu

Tidak ada komentar: