30 Jul 2013

INI TENTANG ALRI 0032 BANYUWANGI

Maret 2013 

Saya semakin tergila-gila dengan sejarah. Kali ini bukan sejarah klasik tapi kolonial. Tempat yang saya datangi adalah sebuah pemakaman.

Iya… saya selalu berkata bahwa kuburan itu adalah salah satu tempat yang “keren”

Banyuwangi mempunyai 2 Taman Makam Pahlwawan. Satu sangat tertata indah seperti sebuah taman di depan Kantor Pemkab Banyuwnagi. Bahkan dilengkapi dengan Wifi (konsep yang yang menghilangkan kesakralan. Ke makam buat wifi-an bukan buat merenung atau apalah namanya itu). Konsep yang aneh ya?

Bangunan yang ada di wilayah Pantai Boom Banyuwangi yang di dominasi warna putih. Karena dulu saya adalah anggota pramuka dan sempat menjadi anggota Saka Bahari maka saya selalu mendapat tugas tabur bunga bulan Agustus di makam itu.

Dulu saya tidak pernah peduli. Upacara, tabur bunga dan finish……. Walaupun saya sempat berpikir bagaimana jadinya ada sebuah taman makam pahlawan di pinggiran pantai. Yang saya tahu setiap wilayah, taman makam pahlawannya ada satu. Bukan dua seperti di Banyuwangi.

Akhirnya saya menulis ini.

Tidak banyak yang mengenal bangunan berbentuk kapal yang berada di pintu masuk sebelah kanan Pantai Boom Banyuwangi.

Mungkin juga mereka tidak sadar bahwa bangunan yang di dominasi warna putih itu adalah sebuah kuburan. Atau tepatnya makam pahlawan. Kabupaten Banyuwangi mempunyai dua Taman Makam Pahlwan. Salah satunya adalah yang menyelinap di antara rimbunan bakau yang saat ini masuk di wilayah Kampung Mandar. Kata kawan saya alasannya masuk Mandar karena berada lepas dari jembatan. Saya butuh pembuktian lagi.

Pasukan ALRI 0032 ini sebagian anggotanya berasal dari pelajar dai Kaigun Kokusyo Morokrembangan Surabaya (Penerbangan Angkatan Laut pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia) yang setela lulus pendidikan di tempatkan di Penerbangan Angkatan Laut di Lawang Malang. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, terjadi perebutan dna peralihan kekuasaan dari Jepang ke Indonesia. Anggota Penerbangan Angkatan Laut baik yang ada di Lawang maupun yang dari Morokrembangan Surabaya, menggabungkan diri kedalam Badan Perjuangan pemuda Angkatan Laut dibawah pimpina Letnan Suwarlan.

Pada bulan April 1946 mereka ini diperintahkan oleh Markas Besar Angkatan Laut di LAwang untuk berangkat ke Jogya guna mengikuti LPTKP (Lanjutan Polisi Tentara Kementrian Pertahanan) di markas Kementrian Pertahanan RI di Gondokusuman no 2 Jogjakarta. Selesai mengikuti pendidikan LPTKP selama kurang lebih 4 bulan, mereka dikembalikan ke Jawa Timur dengan nama pasukan 0032 TLRI (Tentara Laut Republik Indonesia) di bawah Letnan Suharto yang markasnya berada di Batu – Malang.

Pada bulan September 1946 sebagian dari Pasukan ALRI 0032 ini, yaitu yang dari seksi 3 di bawah pimpinan Letnan Misman diberangkatkan ke Pangkalan –X Banyuwangi, dengan tugas utama untuk mempertahankan Pelabuhan Banyuwangi dari ancaman pendaratan agresor Belanda. Pada bulan April 1947 Seksi -3 pasukan ALRI 0032 ini diganti dengan Seksi-1 Pasukan ALRI 0032 ini dibawah pimpinan Letnan Sulaiman yang susunan seksinya adalah sebagai berikut. Komandan Seksi 1 : Letnan Sulaiman Komandan Regu 1 : Serna Aspangkat Komandan Regu 2 : Serma Pudjiardjo Komandan Regu 3 : Serma Wasito Komandan Regu 4 : Serma Ippin Sugeng Bintara staff : Serma Y. Basri Wakil Komandan Regu 1 : Sersan Ahmad Adji Wakil Komandan Regu 2 : Sersan Suparmak Wakil Komandan Regu 3 : Sersan Sirus Wakil Komandan regu 4 : Sersan Sutjipto



Dan 44 orang anggota pasukan ALRI 0032 lainnya
 
Tahun Juli 2947, tanda-tanda pasukan Belanda akan melakukan pendaratan di pantai Banyuwangi terlihat dari banyaknya perahu layar yang mendekati di wilayah dekat Watu Dodol, Meneng, ketapang, Sukowidi, Banyuwangi dan sebagainya. Pos pos pertahanan 21 Juli 1947. Pasukan Belanda mengadakan aksi polisionil pertama kali menjelang matahari terbit. Suara tembakan dari pelabuhan Banyuwangi. Demikian juga di wilayah pantai-pantai lainnya di sekitar Banyuwangi

Pos-pos pertahanan yang berada di sebelah utara Pelabuhan Banyuwangi, seperti Gunung Remuk, Watu Dodol, Meneng, Ketapang dan Sukowidi mengundurkan diri masuk ke pedalaman untuk meneruskan perlawanan dengan perang gerilya.

Pasukan ALRI 0032 maupun yang dari Pangkalan X yang bertugas mempertahankan pelabuhan Banyuwangi mendapat perintah dari Markas Besar ALRI di Lawang untuk segera mengundurkan diri. Namun perintah menarik diri di tolak Letnan Suleman. Jam 3 sore. Secara tiba-tiba pasukan Belanda menyerang pasukan ALRI 0032 dari arah Kota Banyuwangi. Namun oleh pasukan ALRI 0032, serangan tersebut di duga di lakukan jaringan TRI yang ada di asrama Inggrisan, yang mengira pasukan ALRI adalah pasukan Belanda yang sudah mendarat di pelabuhan.

Saat itu Komandan Regu-2 Serma Pudjiardjo langsung naik ke atas tempat perlindungan memegang bendera kecil merah putih di kedua tangannya sambil berteriak: “Jangan tembak Bung, teman sendiri”. Namun tembakan itu tidak berhenti.

Lalu Letnan Suleman menelpon ke pasukan ALRI yang ada di Sukowidi kurang lebih 3 km sebelah utara pelabuhan Banyuwangi, ternyata yang menerima telpon justru pasukan Belanda. Dan ternyata pasukan TRI yang ada di asrama Inggrisan telah mundur dan dikosongkan tanpa sempat memberitahukan pasukan ALRI 0032 yang berada di pelabuhan Bnayuwangi. Lalu akhirnya terjadi pertempuran tidak seimbang antara pasukan ALRI 0032 dengan Belanda.

Pertempuran mencapai klimaks saat kedua pasukan tersebut hanya berjarak kurang dari 150 meter. Dan pertempuran berlangsung kurang lebih selama 1 jam. Saat kehabisan peluru, Letnan Suleman memerintahkan anggotanya menyebrangi sungai sebelah selatan pelabuhan. Pelabuhan Banyuwangi atau Pelabuhan Boom merupakan delta atau semacam pulau kecil di depan muara sungai yang dikelilingi laut. Sore itu laut sudah pasang. Hal itu membuat pasukan ALRI mengalami kesulitan membebaskan diri. Hal tersebut mempermudah pasukan Belanda membunuh mereka.

Yang lolos dari maut dalam pertempuran sebanyak 21 orang dan seorang dari Polisi Tentara laut Pangkalan X. Dan mereka di tangkap hidup-hidup di bawa ke pos penjagaan sebelah utara asrama pasukan AL 0032. Setelah disiksa, pada pukul 18.30 semua pasukan yang ditangkap di giring ke tepi laut sebelah selatan asrama dan dihabisi dengan cara ditembak.

Namun sebelum hukuman dijatuhkan Letnan Suleman sempat protes minta supaya

1. Diperlakukan sebagai tawanan perang sesuai dengan hukum Internasional
2. Diberi kesempatan untuk menaikkan Sang Saka Merah Putih
3. Menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya
4. Memekikkan “Merdeka” tiga kali.

Keempat permintaan ini tidak digubris, tapi malah diperintahkan tangan ditaruh di belakang adan kemudian diikat dengan tampar bekas tali kelambu asrama. Di gandeng memanjang dengan posisi duduk membentuk tapal kuda. Dan mereka gugur ......

Pada tahun 1950 Presiden pertama RI Bung Karno telah menyempatkan diri untuk berziarah ke makam Pasukan ALRI 0032 ini dan beliau berkenan pula membubuhkan prasasti dengan tulisan tangan beliau sendiri berbunyi: “Hormatku Padamu Pahlawan” serta beliau tanda tangani dibawahnya.

Membaca dan menulisnya kembali membuat saya yang lahir di kemerdekaan berpikir. Apa yang sudah saya lakukan untuk Indonesia?

Oh ya.. ada tambahan tulisan kawan saya Ika Ningtyas. Masih ttg penyerbuan 0032 ini.



Serangan Belanda ke Banyuwangi melalui Pelabuhan Boom dalam sejarah nasional kita kenal sebagai Agresi Militer Belanda I. Perselisihan pendapat akibat perbedaan penafsiran dalam melaksanakan Perjanjian Linggarjati menimbulkan konflik antara Indonesia dan Belanda. Pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda mengeluarkan nota berupa ultimatum yang harus dijawab pemerintah Indonesia dalam waktu 14 hari, karena tidak mencapai kesepakatan terhadap nota tersebut maka pada tanggal 21 Juli 1947, tengah Malam Belanda melancarkan serangan keseluruh daerah republik Indonesia.

Sayangnya di sejarah nasional, Banyuwangi tidak pernah disebut sebagai daerah yang mendapat serangan Agresi Militer. Pasukan-pasukan belanda bergerak ke Jakarta dan Bandung untuk menguasai Jawa Barat, dan dari Surabaya untuk menguasai Madura dan wilayah Jawa Timur, serta satu pasukan lagi untuk memduduki Semarang. Di Sumatra pasukan Belanda berusaha menguasai perkebunan-perkebunan disekitar Medan. Instalasi minyak dan batubara di Palembang dan sekitarnya juga diserang dan dikuasai.

Padahal Banyuwangi menjadi salah satu daerah yang diserang Belanda setelah Surabaya. Belanda perlu melumpuhkan wilayah Jawa Timur di bagian selatan dengan terlebih dahulu menaklukan Banyuwangi. Besarnya peranan pasukan ALRI 0032 untuk menghadang Belanda di Banyuwangi mendapat perhatian serius dari Presiden Soekarno, sehingga dia datang tahun 1950 untuk meresmikan makam pahlawan 0032.

Ini adalah salah satu pentingnya penggalian sejarah lokal. Saya berharap para guru sejarah di SMP-SMA bisa mengajak siswa-siswanya ke makam ini dan Pelabuhan Boom ketika menjelaskan materi Agresi Militer Belanda 1. Sehingga pelajaran sejarah tak sekedar dongeng.....

Mari belajar mencintai Indonesia.... mencintai Banyuwangi.....


1 komentar:

Seiri Hanako mengatakan...

wisata sejarah

makasih infonya ya

salam sukses selalu