10 Mei 2013

SAYA IRAA DAN SAYA BUKAN CALEG


"Iraa mau nyaleg?". Saya menggeleng......

"Ayolah Raa....... butuh keterwakilan perempuan. 30 persen lo. Kamu bisa bersuara jika kamu jadi legislatif"

Saya menyeruput kopi saya, "Oke... saya mau. Tapi ada catatan penting yaitu sebuah perjanjian tertulis bahwa saya harus menang. Saya di nomer urut satu. Saya tidak perlu mengeluarkan uang. Tidak perlu memberikan kompensasi apapun pada partai. Dan saya tidak mau di atur oleh partai jika seandainya saya menjadi legislatif. Sepakat nggak?

"Ya nggk bisa kayak gitu la Raa..... "

"Saya tidak akan membodohi diri saya sendiri. Yang butuh saya itu kamu untuk menggenapkan 30 persen suara perempuan kan? sudahlah..... saya tetap memilih di jalan saya. Bisa bayangkan kalau saya jadi anggota legislatif. Saya cuma perempuan yang di jadikan boneka sama partai"

"Ah segitunya kamu Raa?"

"Jadi gini ......Kamu tau toilet? tempat orang buang air besar? nah dalam ruang sempit jika ada orang yang buang air besar dan kamu berdiri di depan toilet dengan pintu yang terbuka. Kamu mecium bau busuk nggk?"

"Ya... iyalah...."

"Nah kalau kamu sendiri yang buang air besar. Kamu berdamai kan dengan bau busuk yang kamu keluarkan sendiri di toilet?. Iya kan... hidung mu sudah nggk akan peka lagi. Saya sudah memilih untuk tidak memlih dan di pilih. Dan saya pikir ini adalah hak politik saya juga. Tapi saya juga tidak pernah berkoar-koar dan mengajak orang mengikuti cara pandang saya sama politik. La wong setiap hari saya juga berpoltik kok. Sebentar boleh saya tanya apa itu politik ke kamu?"

"jadi anggota dewan"

Saya tertawa terbahak-bahak,
"Duhhh jadi selama ini saya bicara panjang lebar sama orang yang nggk paham politik. Bapak.... di otak kamu itu politik cuma pragmatis.

Gini.... Politik adalah ilmu tentang negara, tentang pemerintahan, atau pengetahuan tentang kehidupan bernegara. Sehingga orang yang ahli kenegaran adalah dia disebut politicus. Saya tidak bilang saya membenci politik.

Politik sangat erat kaitannya dengan masalah kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan publik dan alokasi atau distribusi. Pemikiran mengenai politik di dunia barat banyak dipengaruhi oleh Filsuf Yunani Kuno seperti Plato dan Aristoteles yang beranggapan bahwa politik sebagai suatu usaha untuk mencapai masyarakat yang terbaik.

lalu itu yang membuat saya tidak nyaman. Masalah kekuasaan yang membuat orang melegalkan berbagai cara.

Tapi sudahlah ini sama konyolnya saat aku bertemu dengan sekumpulan orang-orang yang berteriak hidup marhein dan saat saya tanya tau nggk siapa marhaen? mereka cuma diam sama geleng-geleng. Kayaknya kamu adalah kader politik yang gagal"

Saya menyeruput kopi saya dan membiarkan kawan saya ini berlalu sambil 'misuh-misuh' dan saya hanya tertawa dan berteriak "hati-hati... kalau nggk kepilih jangan stress. Kalau kepilih jangan lupa ngopi sama saya"

Dan akhirnya saya membaca sebuah koran sepagi ini tentang caleg artis yang makin menjamur di tahun 2014.

Angel Lelga lupa penempatan dapil nya. Saya tersenyum sendiri. Lupa? bagaimana jika sudah terpilih? lalu bagaimana dengan artis Vena Melinda yang juga lebih sering muncul di infotaiment?

Di beranda facebook saya berseliweran mereka yang akan jadi anggota legislatif. Saya tidak apriori dengan keberadaan mereka. Malah saya bangga karena sebagian memang kredibilitas dan jam terbang mereka dalam pendampingan pada masyarakat sudah saya tahu.

Lalu bagaimana - kalau boleh pinjam istilah sahabat saya ika -"Banyak yang euforia menjadi caleg. Kualitas, belum tentu"

Iya.... kulitas yang menjadi sebuah pertanyaan besar buat saya. Apa iyaa hanya akan menang dengan memasang baliho besar-besar dan setor uang kepada partai? seperti di sebuah media online yang saya baca baru saja yang mengharuskan membayar sejumlah uang untuk menang dan itu diumumkan ke publik!

"Sudah 70 lebih legislator ditahan karena kasus korupsi. Ini menunjukkan parpol kita sangat korup, menghalalkan segala cara dan doyan menumpuk harta. Entah yang berjargon nasionalis hingga berplatform agamis sekalipun terkena virus korup ini. Dan, alasan ini wajar membuat masyarakat skeptis, meninggalkan parpol sehingga parpol kebanyakan hanya berisi orang2 yg ingin mencari kekuasaan saja atau kasarnya cari pekerjaan"

Itu kata Ika di komentar status nya sendiri. Keren juga sahabat saya ini.

Dan saya menjadi bagian masyarakat yang skeptis walaupun saya masih optimis bahwa Indonesia akan membaik. Saya percaya itu........

Membaca rekapitulasi pendaftaran daftar caleg sementara di media online. Keterwakilan perempuan semuanya memenuhi standart di atas 30 persen.

Akhirnya saya tetap memilih untuk tidak memilih dan tidak memilih untuk tidak di pilih. Jika seandainya ada yang bilang ahhh kamu itu cuma bisa komentar kalo ada legislatif yang tidak benar, la wong kamu sendiri nggak memilih dia. Seharusnya kamu milih ......

bagaimana saya memilih jika pilihan yang diajukan di depan saya tidak ada yang baik di mata saya?

Berita politik membuat saya mual secara tiba-tiba sama seperti ketika melihat berita tentang Eyang Subur dan komentar Muhammad Nuh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang mengatakan, " Sambil nonton Liverpool melawan Chelsea tadi malam, saya terus menerima laopran unas di seluruh Indonesia"

Mungkin saat dia berkomentar seperti itu, ratusan guru dan ribuan murid sedang berpikir bagaimana nasib ujian nasional mereka. Atau ada sebagian yang sedang bergadang karena harus membawa soal-soal ujian ke tempat-tempat terpencil. Menterinya duduk manis di depan tv sambil nonton bola.

Miris yaaaa.....

Dan ini hanya terjadi di Indonesia!


1 komentar:

Agen Judi Online mengatakan...

sebuah jawaban yang nasionalis,,
salut kak dengan kakak,,