11 Feb 2013

Kepada Sahabat Kepompong.

Dulu kita sahabat, Teman begitu hangat
Mengalahkan sinar mentari
Dulu kita sahabat, Berteman bagai ulat
Berharap jadi kupu-kupu

Bagaimana kabar kalian? Saya doakan kalian baik-baik saja. Kalian masih ingat sat kita menyanyikan lagu miliknya Sindentosca yang judulnya “Kepompong”? di sebuah tempat karoeke? Senja itu. Selepas kita keliling Kota Batam.

Kita saling berpelukan, bergandengan dan saya merasa sangat bahagia saat itu. Ketika Tuhan mengirimkan sahabat-sahabat yang terbaik untuk saya. Iya…. Kita ber-5 berasal dari suku yang berbeda-beda, latar belakang yang berbeda dan sifat yang berbeda.

Sudah berapa perjalanan yang kita lalui ber-5? Sudah berapa pertengkaran yang kita pertentangkan? Sudah berapa ratus makan siang kita bersama? Sudah berapa pelukan yang kita lakukan? Sudah berapa perbincangan ? sudah berapa waktu yang kita habiskan?

Masih ingat mimpi konyol yang sempat kita perbincangkan. Sebuah rumah dengan banyak kamar dan kita berlima tinggal bersama di dalamnya. Tentang persahabatan kita yang akan diteruskan oleh anak-anak kita nantinya. Atau mungkin akan kita nanti akan di jodohkan? Agar cari menantu tidak jauh-jauh? Membuat dynasty baru dalam keluarga “kepompong”.

 
Saya ingat mendekati tengah malam saya naik motor ke studio hanya untuk curhat serta sebuah pelukan yang mengatakan, “Kak Iraa pasti bisa melewatinya”. Dan akhirnya membiarkan saya semalaman tidur di pojokan studio sampai pagi. 

Dan Ramzey sibuk menelpon Ella agar menggantikan posisinya untuk menjaga saya dan memastikan saya baik-baik saja. 


Atau Jun yang selalu siap untuk membelikan makan siang untuk makan siang kita berlima di  meja kecil di meja studio. Firman yang selalu membuat saya tertawa dengan komentar-komentar yang sering tidak nyambung dan istilah istilah yang hanya di mengerti oleh dia sendiri dan Tuhan,

Kini kita melangkah berjauh-jauhan, Kau jauhi diriku karna sesuatu
Mungkin ku terlalu bertindak kejauhan
Namun itu karna ku sayang

Lalu bagaimana dengan kita saat ini.

Entahlah ….. saya telah meletakkan kalian berlima dalam sebuah relung yang paling dalam jantung saya. Tempat yang tidak pernah di gantikan oleh siapapun. Bahkan mereka yang dating dari masa depan saya. Kalian yang pernah membuat saya sangat bahagia. Kalian yang pernah membuat saya sangat berarti. Kalian yang pernah membuat bahwa saya tidak pernah sendiri. 

Mungkin kalian sempat terabaikan oleh keputusan-keputusan gila saya yang dianggap sinting oleh kebanyakan orang normal. Ketika saya tidak bisa menjelaskan satu persatu kepada kalian dan saya memilih untuk diam saja dan pergi melangkah untuk mundur.

Iya …. Benar-benar untuk mundur untuk menyelamatkan banyak pihak. Menyelamatkan kalian…. Menyelamakan A, menyelamatkan B, menyelamatkan C dan menyelamatkan isi otak dan hati saya.
Kalian tahu…. Saya menyelesaikan catatan ini saat senja di Banyuwangi. Saat yang sama ketika kita sibuk menata akan kemana malam ini. Makan malam di Kedai di Tanjung Uma? Nonton film terbaru? Gramedia? Atau sekedar menghabiskan bensin keliling Kota Batam. 

Saya menghela nafas dan menahan air mata saya. Ketika saya membuka folder foto-foto lama kita. Sudah cukup lama saya tidak membukanya karena memang tidak pernah ada keberanian untuk membukanya. Ada sebuah kesakitan yang tidak bisa saya jelaskan lewat kata-kata. Dan itu sebuah alasan ketika saya tidak pernah menyebutkan nama-nama kalian dan status facebook, blog ataupun twiter di kurun waktu 6 bulan terakhir ini. Tapi nama kalian selalu ada dalam doa-doa saya. Percayalah……

“Jangan Kepompong”

“Tapi Kepompong itu kan keren …. Kayak lagunya Sindestoca. Persahabatan”

“Kepompong itu hanya sementara. Dia tidak abadi. Jadi hanya sebenetar. Setelah jadi kupu-kupu maka akan terbang masing-masing. Tidak akan berkoloni”

“Tapi ……. Janganlah berteori seperti itu”

“Kita berbicara kenyataan. Memang kepompong itu adalah bagian dari metamorphosis yang sempurna. Dari telur lalu menjadi ulat dan diam menjadi kempompong lalu terbang menajdi kupu-kupu”

“Jangan pernah meninggalkan saya. Saya bahagia dengan persahabatan ini”

“Saya janji akan jaga kamu Raa”

Hei ….. kalian tahu tidak sampai detik ini saya masih menggunakan gelang yang saya beli di bandara Ngurah Rai Bali. Saya membeli gelang 5 buah. Saya masih mengenakan sampai detik ini saat saya menulis catatan ini. Warnanya sudah kumal. Berkali-kali saya harus bertengkar dengan dokter dan suster saat menyuruh saya melepas saat mereka memeriksa saya, saat saya di meja operasi dan saat saya di infus. 

“Ini gelang yang sama dengan sahabat-sahabat saya Dok. Agar saya tidak merasa sendiri”

Untungnya dokter tampan itu mengiyakan. Alhasil gelang ini masih selamat hingga sekarang.

Saya juga masih menyimpan cincin yang kita beli di sebuah pasar malam yang ada graffiti nama kita masing-masing. Saya ingat kita membelinya di Batam center saat hujan dan tanah merah yang lengket membuat sepatu kerja saya menajdi sangat kotor. 

Iraa kangen kalian ……. #ngusap air mata#

Dan akhirnya benar. Kita telah menjadi kupu-kupu yang masing-masing telah terbang jauh. Saya terbang ke Jawa. Firman dan Ella memutuskan untuk berkoloni dan menghasilkan kepompong kecil yang benama Afun. Ramzey terbang dengan mimpinya menajdi artis. Dan Jun…..

Sudahlah. Kita sudah memutuskan untuk hidup dengan pilihan kita masing-masing. Tapi percayalah kalian adalah cerita terindah yang di tuliskan Tuhan untuk saya.
 
Saya hanya berdoa pada Tuhan agar Tuhan menjaga kalian. Memberikan catatan perjalanan yang indah dan setiap langkah kalian. 

Saya mengakhiri catatan ini dengan mencium gelang persahabatan kita. Maafkan saya. Maafkan atas keegoisan saya selama ini. Maafkan atas kebodohan saya kekonyolan saya. 

Persahabatan bagai kepompong, 
mengubah ulat menjadi kupu-kupu
Persahabatan bagai kepompong, 
hal yang tak mudah berubah jadi indah


Persahabatan bagai kepompong, 
maklumi teman hadapi perbedaan

Persahabatan bagai kepompong, 
Na na na na na na na na na


Semua yang berlalu, biarkanlah berlalu
Seperti hangatnya mentari

Siang berganti malam, Sembunyikan sinarnya
Hingga ia bersinar lagi


Dulu kita melangkah berjauh-jauhan, kau jauhi diriku karna sesuatu
Mungkin ku terlalu bertindak kejauhan
Namun itu karna ku sayang


Saya bersenandung seorang diri sambil memejamkan mata dan membayangkan kalian berada di sekitar saya sambil saling berpelukan. Saya merindu kalian. Sahabat "kepompong"



Tertanda
Iraa Rachmawati








1 komentar:

reni mengatakan...

Mbak Raa... berarti sekarang sudah di Banyuwangi lagi? Sejak kapan?

Aku sedih baca cerita mbak di atas, berpisah dari sahabat2 terkasih memang berat... tapi itulah hidup, kita tak bisa selamanya bersama orang2 yang kita cintai :)